Jangan salah pilih

Jangan salah pilih

Salah memilih tukang cukur anda akan merugi satu bulan
Salah memilih baju anda akan merugi satu tahun
Salah memilih pasangan anda akan merugi seumur hidup
Salah memilih agama anda akan merugi dunia akhirat

Demikianlah prinsip yang wajib kita pegang bahwa islam adalah agama yang benar sementara yang lain adalah batil adalah prinsip yang sudah baku yang tidak bisa dirubah lagi. Demikianlah Alloh tanamkan prinsip ini dalam firmanNya :

إنّ الدِّيْنَ عِنْدَ الله الإسْلاَمُ

Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam [ali imron : 19]

وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الإِسْلاَمِ دِيْنًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِى الأخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ

Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, Maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan Dia di akhirat Termasuk orang-orang yang rugi. [ali imron : 85]

عن أبى هريرة رضى الله عنه عن رسول الله صلى الله عليه وسلم أنَّهُ قَالَ : وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لاَ يَسْمَعُ بِيْ أحَدٌ مِنْ هذِهِ الأُمَّةِ يَهُوْدِيٌّ وَلاَ نَصْرَانِيٌّ ثُمَّ يَمُوْتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أرْسِلْتُ بِهِ إلاَّ كَانَ مِنْ أصْحَابِ النَّارِ رواه مسلم

Dari Abu Huroiroh rodliyallohu anhu dari rosululloh shollallohu alaihi wasallam bahwasanya beliau bersabda : demi jiwa Muhammad yang ada di tanganNya, tidaklah seseorang dari kalangan umat ini yang mendengar seruanku baik dari kalangan Yahudi atau Nasrani lalu ia mati sementara ia tidak mengimani risalah yang datang kepadaku kecuali ia pasti akan temasuk penghuni neraka. [HR Muslim]

Oleh karena itu seruan wihdatul adyan (menyamakan semua agama) adalah satu kekufuran bahkan ia dimasukkan oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab sebagai pembatal keislaman seseorang. Dimana beliau berkata :

مَنْ لَمْ يُكَفِّرِ الْمُشْرِكِيْنَ أوْ شَكَّ فِى كُفْرِهِمْ أوْ صَحَّحَ مَذْهَبَهُمْ كَفَرَ إجْمَاعًا

Barangsiapa tidak mengkafirkan orang musyrik atau ragu akan kekafirannya atau membenarkan pemahaman mereka maka ia telah kafir secara ijma’

Maroji’ : alwala’ walbaro’ fil islam min mafahim aqidatis salaf, Muhammad bin Sa’id bin Salim Alqohthoni hal 76