Tiada maaf bagimu
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dalam kitab tauhidnya berkata :
أنَّ مِنَ الإِعْتِذَارِ مَا لاَ يَنْبَغِى أنْ يُقْبَلَ
Tidak semua permintaan maaf mesti diterima ( ada juga permintaan maaf yang harus ditolak )
Kesimpulan beliau didapat dari kisah ketika seorang munafiq dalam perjalanan pulang dari perang tabuk dimana ia membuat lelucon dengan mengatakan bahwa rosululloh shollallohu alaihi wasallam adalah buncit perutnya alias jago makan dan paling pengecut bila perang sedang berkecamuk. Ia katakan demikian sebagai lelucon dengan harapan membuat para sahabat tertawa dan terhibur selama perjalanan sehingga penatnya badan sedikit terkurangi.
Ternyata Alloh turunkan ayat yang memvonis bahwa orang tersebut telah kafir akibat lelucon yang dia bikin.
Dengan serta merta orang itupun datang kepada rosululloh shollalloh shollallohu alaihi wasallam untuk meminta maaf sambil mengatakan : sebenarnya aku hanya bersendau gurau dan mengobrol sebagaimana obrolan orang yang mengadakan perjalanan jauh sebagai pengisi waktu. Orang itu berpegangan pada sabuk pelana onta nabi shollallohu alaihi wasallam sedang kedua kakinya tersandung-sandung batu. Lalu rosululloh shollallohu alaihi wasallam membacakan ayat :
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ لَيَقُوْلُنَّ إنَّمَا كُنَّا نَخُوْضُ وَنَلْعَبُ قُلْ أبِا لله وَءَايَاتِهِ وَرَسُوْلِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِءُوْنَ ؟ لاَ
تَعْتَذِرُوْا قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ إيْمَانِكُمْ
65. Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab, "Sesungguhnya Kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja." Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?"
66. Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman [attaubah : 66-67]
Beliau ucapkan itu tanpa menengok dan tidak bersabda kepadanya lebih dari itu. Artinya beliau tidak memberikan maaf kepadanya.
Ternyata nabi shollallohu alaihi wasallam beberapa kali tidak memberikan maaf kepada orang-orang tertentu karena kesalahan mereka yang melampaui batas dalam memusuhi islam di antaranya pada fathu Makah :
1. Ibnu Abi Sarh yang dibunuh karena murtad setelah hijroh dan kembali ke Mekah
2. Ibnu Khothol yang bergelantungan di kain ka’bah dengan harapan diampuni oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam akan tetapi beliau tetap menetapkan hukuman mati terhadapnya
3. Muqish bin Shobabah dimana setelah masuk islam ia melakukan pembunuhan terhadap sahabat anshor lalu murtad dan kembali ke Mekah akhirnya pada fathu Mekah atas intruksi nabi shollallohu alaihi wasallam akhirnya dibunuh oleh Numailah bin Abdulloh
4. Alharits dibunuh oleh Ali karena termasuk orang yang sangat keras permusuhannya terhadap rosululloh shollallohu alaihi wasallam selama beliau berdakwah di Mekah
Dan yang tidak boleh dilupakan adalah ketetapan beliau untuk menghukum mati semua laki-laki bani Quroidzoh yang sudah baligh, karena merekalah suku Yahudi yang terlalu banyak memberikan permusuhannya kepada rosululloh shollallohu alaihi wasallam.
Dalam hal ini Syaikh Muhammad Sholih Utsaimin berkata : bila ada orang yang suka melampaui batas dalam menyakitimu dengan memukulmu, mengambil hartamu, menghinakanmu dan lain sebagainya sementara kalau engkau memberikan maaf kepadanya justru hal tersebut akan menyebabkan ia semakin berani untuk terus menzalimimu dan orang lain maka tidak usah memberikan maaf kepadanya. Balaslah kelakuannya dengan tanganmu kecuali kalau engkau berada di bawah pemerintahan syar’i maka berikan pengaduanmu kepadanya agar menindak orang dzolim tersebut.
Maroji’ :
Arrohiq almakhthum, Syaikh Shoifurrohman Almubarok Fukhri hal 474
Syarh riyadlush sholihin, Syaikh Muhammad Sholih Utsaimin 1/906
Kitab tauhid, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab bab 48