Bisakah orang tua menyuruh anaknya agar menceraikan istrinya
Dalam sejarah ada tiga orang tua yang memerintahkan anaknya untuk menceraikan istrinya yaitu Ibrohim kepada Ismail, Umar bin Khothob kepada puteranya Abdullah bin Umar dan seseorang yang dikisahkan oleh Abu Darda’ :
1. Kisah ismail
فجاء إبراهيم بعد ما تزوج إسماعيل، يطالع تركته فلم يجد إسماعيل، فسأل امرأته عنه فقالت: خرج يبتغي لنا، وفي رواية: يصيد لنا، ثم سألها عن عيشهم وهيئتهم، فقالت: نحن بشرّ، نحن في ضيق وشدة، وشكت إليه، قال: فإذا جاء زوجك اقرئي عليه السلام وقولي له يغير عتبة بابه، فلما جاء إسماعيل كأنه آنس شيئاً، فقال: هل جاءكم من أحد؟ قالت: نعم، جاءنا شيخ كذا وكذا فسألنا عنك فأخبرته، فسألني: كيف عيشنا فأخبرته أنا في جهد وشدة، قال: فهل أوصاك بشيء؟ قالت نعم أمرني أن أقرأ عليك السلام ويقول: غير عتبة بابك.
قال: ذاك أبي وقد أمرني أن أفارقك، الحقي بأهلك. فطلقها وتزوج منهم أخرى، فلبث عنهم إبراهيم ما شاء اللَّه ثم أتاهم بعد فلم يجده فدخل على امرأته فسأل عنه، قالت خرج يبتغي لنا، قال: كيف أنتم؟ وسألها عن عيشهم وهيئتهم، فقالت: نحن بخير وسعة وأثنت على اللَّه تعالى، فقال: ما طعامكم؟ قالت اللحم، قال: فما شرابكم؟ قالت الماء، قال: اللهم بارك لهم في اللحم والماء. قال النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم ولم يكن لهم يومئذ حب ولو كان لهم دعا لهم فيه قال: فهما لا يخلو عليهما أحد بغير مكة إلا لم يوافقاه.
وفي رواية: فجاء فقال: أين إسماعيل؟ فقالت امرأته: ذهب يصيد، فقالت امرأته: ألا تنزل فتطعم وتشرب؟ قال: وما طعامكم وما شرابكم؟ قالت: طعامنا اللحم وشرابنا الماء. قال: اللهم بارك لهم في طعامهم وشرابهم. قال: فقال أبو القاسم صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم بركة دعوة إبراهيم قال: فإذا جاء زوجك فاقرئي عليه السلام ومريه أن يثبت عتبة بابه. فلما جاء إسماعيل قال: هل أتاكم من أحد؟ قالت: نعم أتانا شيخ حسن الهيئة وأثنت عليه، فسألني عنك فأخبرته، فسألني كيف عيشنا فأخبرته أنّا بخير. قال: فأوصاك بشيء؟ قالت نعم يقرأ عليك السلام ويأمرك أن تثبت عتبة بابك. قال: ذاك أبي وأنت العتبة أمرني أن أمسكك
Dari ibnu Abbas rodliyallohu anhu : …… kemudian setelah Ismail menikah datanglah Ibrohim untuk melihat anaknya yang telah ditinggalkan begitu lama, saat itu bertepatan Ismail sedang pergi berburu hingga tidak bertemu Ismail, Maka Ibrohim bertanya kepada Istrinya. Jawab istrinya : ia pergi berburu untuk kami. Kemudian ketika ditanya tentang kehidupan mereka berdua, istri Ismail menjawab : kami dalam kesukaran dan mengeluh tentang keadaan sehari-harinya. Ibrohim berkata : Bila suamimu datang sampaikan salamku padanya dan katakan agar ia merubah tiang rumahnya. Setelah Ibrohim pergi datanglah Ismail dan seolah-olah merasa ada sesuatu di rumahnya. Ia bertanya kepada istrinya : apakah tadi ada orang datang ? Istrinya menjawab : ada orangnya ciri-cirinya begini dan begitu dan aku katakan bahwa engkau pergi berburu. Ketika ia tanya tentang kehidupan kita, maka aku jawab : kita dalam keadaan kesukaran. Ismail bertanya : apakah ia menitip pesan ? jawabnya : benar, ia menitip salam buatmu dan menyuruhmu untuk merubah tiang pintumu. Ismail berkata : sebenarnya orang tua itu adalah ayahku dan menyuruhku untuk menceraikanmu maka sekarang pergilah kembali ke keluargamu.
Setelah itu Ismail menikah lagi dengan wanita lain dan setelah tinggal beberapa lama datanglah Ibrohim akan tetapi tidak menemukan Ismail maka ia bertanya kepada istrinya tentang suaminya maka dijawab : ia keluar mencari rizki buat kami. Kemudian ditanya : bagaimana penghidupan mereka. Jawabnya : Alhamdulillah serba cukup. Lalu ditanya tentang makanan mereka maka dijawab : daging. Ketika ditanya tentang minuman mereka maka dijawab : air. Ibrohimpun berdoa “ ya Alloh berkahilah mereka dengan daging dan air “ Abu Qosim shollallohu alaihi wasallam berkata : itulah berkah dari Ibrohim selanjutnya. Ia berkata : nanti bila datang suamimu maka sampaikan agar tetap menjaga tiang pintu rumahnya.
Ketika Ismail tiba, ia bertanya : adakah orang yang datang. Sang istri menjawab : benar, seorang tua yang sopan, ia bertanya tentang engkau dan aku serta penghidupan kita berdua maka aku jawab : Alhamdulillah dalam keadaan selamat dan kecukupan. Ismail bertanya : apakah ia menitip pesan ? dijawab : Ia menitipkan salam dan berpesan agar menjaga tiang rumahnya. Ismail berkata : itu adalah ayahku dan engkau adalah tiang rumah itu sehingga aku disuruh untuk tetap menjalin rumah tangga denganmu ……. [HR Bukhori]
2. Kisah ibnu Umar
وعن ابن عمر رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قال: كانت تحتي امرأة وكنت أحبها وكان عمر يكرهها فقال لي طلقها فأبيت. فأتى عمر رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم فذكر ذلك له. فقال النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم طلقها رواه أبو داود والترمذي
Dari ibnu Umar rodliyallohu anhu berkata : aku memiliki istri yang aku sangat mencintainya sementara Umar bapak saya tidak menyukainya. Beliau berkata : ceraikan istrimu ! aku menolaknya. Maka Umar mendatangi nabi shollallohu alaihi wasallam untuk menceritakan kejadian itu. Nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda : ceraikan ia [HR Abu Daud dan Tirmidzi ]
3. Kisah lelaki di hadapan Abu Darda’
وعن أبي الدرداء رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أن رجلاً أتاه فقال: إن لي امرأة وإن أمي تأمرني بطلاقها. فقال سمعت رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم يقول الوالد أوسط أبواب الجنة فإن شئت فأضع ذلك الباب أو احفظه. رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ
Dari Abu darda’ rodliyallohu anhu : ada seorang lelaki yang mendatanginya seraya berkata : sesungguhnya aku punya istri sementara ibuku menyuruhku untuk menceraikannya. Abu Darda’ berkata : saya mendengar rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : orang tua adalah ibarat pintu aljannah yang paling tengah, terserah apakah engkau akan menyia-nyiakan pintu itu atau engkau akan menjaganya [HR Tirmidzi]
Syaikh Muhammad Sholih Utsaimin berkata :
Akan tetapi tidak semua orang tua mempunyai hak untuk mewajibkan anaknya agar menceraikan istrinya sebagaimana ketika imam Ahmad ditanya oleh seseorang : sesungguhnya ayahku menyuruhku untuk menceraikan istriku padahal aku masih mencintainya. Imam Ahmad berkata : jangan engkau ceraikan ! ia berkata : bukankah nabi shollallohu alaihi wasallam pernah memerintahkan ibnu Umar untuk menceraikan istrinya atas perintah ayahnya yaitu Umar bin Khothob ? imam Ahmad bertanya : apakah bapakmu kwalitasnya seperti Umar ?
Karena Umar sebagaimana kita ketahui sekali-kali tidak akan memerintahkan anaknya untuk menceraikan istrinya tanpa alasan syar’i. Oleh karena itu bila ibumu dan bapakmu menyuruhmu untuk menceraikan istrimu sementara engkau masih mencintainya dimana di satu sisi tidak ada alasan syarr’i yang menyebabkan terjadinya perceraian maka jangan menceraikannya
Maroji’ : syarh riyadlush sholihin, Syaikh Muhammad Sholih Utsaimin 1/702