Beda daging kambing dan daging onta
Keduanya adalah halal, pernah dimakan oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam, bisa digunakan sebagai hewan korban dan hadyu bagi yang menunaikan haji. Akan tetapi keduanya memiliki perbedaan :
Kambing disembelih dengan cara direbahkan sementara onta disembelih dengan posisi berdiri sebagaimana firman Alloh :
وَالْبُدْنَ جَعَلْنَاهَا لَكُمْ مِنْ شَعَائِرِ الله لَكُمْ فِيْهَا خَيْرٌ فَاذْكُرُوْا اسْمَ الله عَلَيْهَا صَوَافَّ فَإِذَا وَجَبَتْ جُنُوْبُهَا فَكُلُوْا مِنْهَا وَ أطْعِمُوْا الْقَانِعَ وَالْمُعْتَرَّ كَذَالِكَ سَخَّرْنَاهَا لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebahagian dari syi'ar Allah, kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya, Maka sebutlah olehmu nama Allah ketika kamu menyembelihnya dalam Keadaan berdiri (dan telah terikat). kemudian apabila telah roboh (mati), Maka makanlah sebahagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami telah menundukkan untua-unta itu kepada kamu, Mudah-mudahan kamu bersyukur. [alhajj : 36]
Daging kambing bisa digunakan dalam rangka aqiqoh sementara tidak ada satupun nash yang memerintahkan aqiqoh dengan daging onta
Daging onta menyebabkan wudlu batal dan tidak pada daging kambing
عن جابر بن سمرة رضى الله عنه أنَّ رَجُلاً سَأَلَ النّبيّ صلى الله عليه وسلم أتَوَضَّأُ مِنْ لُحُوْمِ الْغَنَمِ ؟ قال إنْ شِئْتَ قال أتَوَضَّأُ مِنْ لُحُوْمِ الإِبِلِ قال نَعَمْ أخرجه مسلم
Dari Jabir bin Samuroh rodliyallohu anhu bahwa ada seorang lelaki bertanya kepada nabi shollallohu alaihi wasallam : apakah aku mesti berwudlu setelah makan daging kambing ? beliau menjawab : jika engkau mau. Ia bertanya lagi : apakah mesti aku berwudlu setelah makan daging onta ? beliau menjawab : benar [dikeluarkan oleh Muslim]
Hadits ini disimpulkan oleh syaikh Muhammad Sholih Utsaimin bahwa daging onta membatalkan wudlu. Sementara Syaikh Abdulloh Abdurrohman Albassam berkata : daging onta memiliki kekuatan setan maka untuk menghilangkannya adalah dengan berwudlu.
Maroji’ : taudlihul ahkam, Syaikh Abdulloh Abdurrohman Albassam