Belajar kepada burung yang salah
Seorang pemalas, tidak mau bekerja, hidupnya senantiasa menggantungkan pada diri orang lain. Ketika ditanya oleh temannya tentang kemalasannya itu maka ia menjawab bahwa yang ia lakukan adalah semata-mata mencontoh seekor burung yang pincang, buta dan tidak bisa terbang karena sayapnya patah. Hidupnya dihabiskan di sarangnya. Untuk kebutuhan makannya setiap hari ada temannya yang selalu memberinya rizki sehingga ia bisa bertahan hidup. Rupanya burung yang cacat ini yang ia tiru sehingga ia mempunyai keyakinan bahwa malaspun pasti rizki akan datang padanya.
Orang inipun diberi wejangan oleh temannya “ kalau engkau hendak meniru burung, kenapa tidak engkau tiru burung yang sehat yang senantiasa mencari rizki lalu sebagiannya dia bagikan kepada burung yang cacat, bukankah tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah ? “