Kepada para duda
Suami yang baik adalah yang bisa mengenang kebaikan istri setelah sang istri wafat. Rosululloh shollallohu alaihi wasallam memberikan kepada kita dengan sebaik-baik pelajaran tentang apa yang mesti dilakukan sang suami setelah kepergian istrinya
وعن عائشة رَضِيَ اللَّهُ عَنْها قالت: ما غرت على أحد من نساء النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم ما غرت على خديجة رَضِيَ اللَّهُ عَنْها وما رأيتها قط، ولكن كان يكثر ذكرها، وربما ذبح الشاة ثم يقطعها أعضاءً ثم يبعثها في صدائق خديجة. فربما قلت له: كأن لم يكن في الدنيا إلا خديجة فيقول: إنها كانت وكانت، وكان لي منها ولد مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Dari Aisyah rodliyallohu anha berkata : aku tidak pernah mencemburui satupun di antara istri nabi shollallohu alaihi wasallam, akupun sebenarnya tidak pernah mencemburui Khodijah karena memang aku belum pernah sekalipun berjumpa dengannya akan tetapi yang membuat aku sedikit merasa tidak enak adalah karena beliau sering menyebut-nyebutnya, terkadang beliau menyembelih kambing lalu memotong sebagian anggota tubuhnya lalu membagikannya kepada teman-teman Khodijah. Terkadang aku berkata : seolah-olah di dunia ini tidak ada orang selain Khodijah. Beliaupun bersabda : sesungguhnya Khodijah memiliki keistimewaan ini dan itu dan darinyalah aku mendapatkan keturunan [muttafaq alaih]
Syaikh Muhammad Sholih Utsaimin berkata : berdasarkan hadits ini bahwa memuliakan teman dari orang yang telah wafat bisa dinilai sebagai bentuk pemuliaan kepada orang yang telah wafat itu
Akhirnya bisa diambil pelajaran dari hadits ini bahwa seorang suami akan membiasakan dua hal sebagai bentuk penghormatannya kepada sang istri yang telah wafat :
• Mengenang selalu kebaikan-kebaikan sang istri
• Memberikan hadiah atau pemberian lainnya kepada teman-teman istri
Maroji’ : syarh riyadhush sholihin, Syaikh Muhammad Sholih Utsaimin 1/711