Orang jahil perlu dimaafkan
Sewajarnya perhitungan nabi Muhammad shollallohu alaihi wasallam ketika berupaya mencari suaka ke Thoif tidaklah salah, sebab di sana banyak kerabat dekat beliau. Tentu saja beliau berharap kerabat dekat itu akan mendukung perjuangan beliau.
Sayangnya hidayah itu tidak memandang hubungan keluarga. Kehadiran beliau yang ditemani pembantu setianya Zaid bin Haritsah tidak saja ditolak, bahkan beliau diperlakukan kasar dan melampaui batas. Beliau diejek, diusir dan dilempari batu hingga terluka. Beliau dan Zaidpun lari menyelamatkan diri dari kejaran mereka.
Ketika sampai di satu tempat, beliau berdoa dengan doa yang masyhur, menggambarkan kepasrahan beliau atas kejadian itu. Alloh mengutus malaikat Jibril bersama malaikat penjaga gunung yang sudah siap menunggu perintah rosululloh shollallohu alaihi wasallam untuk melakukan pembalasan terhadap mereka.
Imam Bukhori meriwatkan rincian kisah ini dengan sanadnya dari Urwah bin Zubair bahwasanya malaikat penjaga gunung tersebut memanggil rosululloh shollallohu alaihi wasallam sembari memberi salam kemudian berkata : wahai Muhammad ! hal itu terserah padamu, jika engkau menginginkan aku meretakan mereka dengan dua gunung di kota Mekah yaitu gunung Qubais dan gunung Qu’ayqo’an maka akan aku lakukan.
Rosululloh shollallohu alaihi wasallam malah menjawab “tidak perlu bahkan aku berharap kelak Alloh memunculkan dari tulang rusuk mereka orang-orang yang beribadah kepada Alloh semata yang tidak melakukan perbuatan syirik sedikitpun ”
Respon positif yang diberikan beliau atas penistaan kaum Thoif itu menunjukkan jiwa besar dan kelapangan dada yang luar biasa. Hanya mereka yang memiliki jiwa besar dan hati yang lapang saja yang bisa berbuat seperti itu.
Akhirnya memang terbukti, di masa berikutnya rosululloh shollallohu alaihi wasallam betul-betul banyak mendapatkan pendukung yang setia dari pemuda-pemuda Thoif.
Ketika itu rosululloh shollallohu alaihi wasallam sangat yakin dan optimis meskipun para orang tua mereka tidak bisa diharapkan masuk islam dan menjadi pendukung ajaran beliau, akan tetapi anak-anak mereka yang terdiri dari para pemuda yang jumlahnya jauh lebih besar sangat mungkin mendapat hidayah dari Alloh Ta’ala.
Sekiranya rosululloh shollallohu alaihi wasallam menerima tawaran malaikat itu, tentulah mereka hancur. Tak ada lagi yang bisa diharap kecuali keuntungan semu berupa dendam yang terbalaskan. Tapi kelapangan hati dan keluasan pikiran beliau, menjadikan beliau memilih jalan mulia yakni membalas kejahatan dengan kebaikan, berupa pemaafan dan doa. Perilaku rosululloh shollallohu alaihi wasallam selaras dengan firman Alloh Ta’ala :
ادْفَعْ بِالَّتِى هِيَ أحْسَنُ
Balaslah kejahatan mereka dengan perbuatan baik [fushilat : 34]
Maroji’ : majalah hidayatulloh, edisi juni hal 16