Baju gamis digugat
Seorang tokoh JIL mengemukakan kegerahannya dengan fenomena maraknya aktifis pengajian yang terkesan bergaya kearab-araban. Di antaranya pemakaian baju gamis. Mereka katakan bahwa Abu Jahalpun memakai baju gamis. Tapi anehnya orang ini sering memakai baju setelan jas lengkap dengan dasinya mirip pakaian penjajah Belanda yang kafir itu.
Sungguh gamis bukan pakaian khas Arab meskipun orang Arab sejak dahulu memakainya sebagaimana ibadah haji sudah dikenal semenjak dahulu hingga akhirnya diteruskan oleh Abdul Muthollib dan masyarakat Quraisy termasuk di dalamnya Abu jahal sang penentang dakwah rosululloh shollallohu alaihi wasallam.
Apakah gamis dipersoalkan hanya karena ia dipakai oleh Abu Jahal dkk yang notabenenya mereka adalah orang Arab, jika demikian kitapun harus mempersoalkan thowaf di ka’bah karena iapun merupakan kebiasaan masyarakat Qurais semenjak dahulu. Sang tokoh inipun seharusnya ikut resah dengan fenomena jas beserta dasinya yang banyak dipakai para kyai jaman sekarang yang dulu pernah ditentang oleh para kyai NU karena ada nuansa tasyabuh dengan penjajah Belanda.
Untuk mendudukkan masalah ini marilah kita perhatikan apa yang dituturkan oleh Ummu Salamah rodliyallohu anha istri rosululloh shollallohu alaihi wasallam :
عن أم سلمة رَضِيَ اللَّهُ عَنها قالت: كان أحب الثياب إلى رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم القميص. رواه أبو داود والترمذي
Dari Ummu Salamah ia berkata, "Pakaian yang paling disukai oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah gamis." [HR Abu Daud dan Tirmidzi]
Syaikh Muhammad Sholih Utsaimin berkata : gamis disukai oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam dikarenakan lebih mampu menutup aurot, ia adalah pakaian yang hanya terdiri satu potong sehingga memudahkan untuk memakainya daripada memakai baju dengan sarung.
Sementara Syaikh Mushthofa Albugho menambahkan bahwa memakai gamis lebih memperlihatkan kesan tawadlu. Hadits ini juga memerintahkan kita untuk mencintai apa yang dicintai oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam termasuk dalam hal berpakaian.
Pertanyaan kepada sang tokoh adalah, salahkah bila seseorang menyukai apa yang disukai oleh makhluq yang paling diridloi Alloh ? Bukankah bukti tanda cinta kepada seseorang adalah mengikuti apa saja yang dia lihat dari orang yang dicintai ?
Untuk lebih jelas dalam mendudukkan masalah ini marilah kita telaah alquran. Ternyata dalam alquran kita dapati kata “gamis” Alloh ulang-ulang sebanyak enam kali dan semuanya berkisah tentang Yusuf alaihissalam.
Kitapun sudah memaklumi bahwa Yusuf adalah nabi yang berasal dari kalangan Bani Isroil karena bapaknya adalah Ya’qub yang tidak lain keturunan Ishaq alaihissalam. Betapa kelirunya bila gamis divonis sebagai baju orang Arab apalagi dilontarkan dengan penuh kesinisan.
Dalam surat Yusuf, dituturkan oleh Alloh bahwa gamis dipakai oleh Yusuf pada masa kecil dan berlanjut hingga masa remajanya.
Tentang pemakaian gamis pada masa kecil, Alloh berkisah tentang Yusuf yang dibuang ke sumur oleh saudara-saudaranya :
وَجَاءُوْا عَلَى قَمِيْصِهِ بِدَمٍ كَذِبٍ قاَلَ بَلْ سَوَّلَتْ لَكُمْ أنْفُسُكُمْ أمْراً فَصَبْرٌ جَمِيْلٌ وَالله الْمُسْتَعاَنُ عَلَى ماَتَصِفُوْنَ
Mereka datang membawa baju gamis Yusuf (yang berlumuran) dengan darah palsu. Ya'qub berkata: "Sebenarnya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan (yang buruk) itu; Maka kesabaran yang baik Itulah dan Allah sajalah yang dimohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan." [yusuf : 18]
Sementara di saat mudapun, gamis adalah pakaian yang dikenakan oleh Yusuf sebagaimana kisah di saat Yusuf digoda oleh Zulaikha agar menuruti keinginannya :
وَاسْتَبَقاَ الْبَابَ وَقَدَّتْ قَمِيْصَهُ مِنْ دُبُرٍ وَألْفَيَا سَيِّدَهَا لَدَا الْبَابِ قاَلَتْ ماَ جَزَاءُ مَنْ أرَادَ بِأَهْلِكَ سُوْءًا إلاَّ أنْ يُسْجَنَ أوْ عَذَابٌ ألِيْمٌ
25. Dan keduanya berlomba-lomba menuju pintu dan wanita itu menarik baju gamis Yusuf dari belakang hingga koyak dan Kedua-duanya mendapati suami wanita itu di muka pintu. wanita itu berkata: "Apakah pembalasan terhadap orang yang bermaksud berbuat serong dengan isterimu, selain dipenjarakan atau (dihukum) dengan azab yang pedih?"
قاَلَتْ هِيَ رَاوَدَتْنِي عَنْ نَفْسِي وَشَهِدَ شَاهِدٌ مِنْ أهْلِهاَ إنْ كاَنَ قَمِيْصُهُ قُدَّ مِنْ قُبُلٍ فَصَدَقَتْ وَهُوَ مِنَ الْكاَذِبِيْنَ
26. Yusuf berkata: "Dia menggodaku untuk menundukkan diriku (kepadanya)", dan seorang saksi dari keluarga wanita itu memberikan kesaksiannya: "Jika baju gamisnya koyak di muka, Maka wanita itu benar dan Yusuf Termasuk orang-orang yang dusta.
وَإنْ كَانَ قَمِيْصُهُ قُدَّ مِنْ دُبُرٍ فَكَذَبَتْ وَهُوَ مِنَ الصَّادِقِيْنَ
27. Dan jika baju gamisnya koyak di belakang, Maka wanita Itulah yang dusta, dan Yusuf Termasuk orang-orang yang benar."
فَلَمَّا رَءَا قَمِيْصَهُ قُدَّ مِنْ دُبُرٍ قاَلَ إنَّهُ مِنْ كَيْدِكُنَّ إنَّ كَيْدَكُنَّ عَظِيْمٌ
28. Maka tatkala suami wanita itu melihat baju gamis Yusuf koyak di belakang berkatalah dia: "Sesungguhnya (kejadian) itu adalah diantara tipu daya kamu, Sesungguhnya tipu daya kamu adalah besar." [yusuf : 25-28]
Walhasil kita dapat menyimpulkan bahwa gamis adalah pakaian yang lazim dikenakan oleh Yusuf alaihissalam, nabi dari kalangan bangsa Israel dan biasa dipakai oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam, nabi yang berasal dari bangsa Arab. Salahkah kita sebagai umatnya meniru mereka ?
Bantahlah wahai orang-orang berdasi !
Maroji’ :
Nuzhatul muttaqin 1/547
Syarh riyadlush sholihin, Syaikh Muhammad Sholih Utsaimin 2/1094