Senangnya punya anak perempuan

Senangnya punya anak perempuan

Betapa hinanya masyarakat jahiliyah ketika mendapatkan istrinya melahirkan bayi perempuan. Mereka akan menanggung malu yang luar biasa sehingga mereka melakukan tindakan sadis terhadap darah dagingnya sendiri sebagaimana firman Alloh :

يَتَوَارَى مِنَ الْقَوْمِ مِنْ سُوْءِ مَا بُشِّرَ بِهِ أيُمْسِكُهُ عَلَى هُوْنٍ أمْ يَدُسُّهُ فِى التُّرَابِ ألاَ سَاءَ مَا يَحْكُمُوْنَ

Ia Menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita (tentang kelahiran bayi perempuannya) yang disampaikan kepadanya. Apakah Dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup) ?. ketahuilah, Alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu. [annahl : 57-59]

Ada dua cara yang mereka lakukan untuk melenyapkan bayinya :

1. Memerintahkan kepada istrinya di saat sudah dekat masa kelahiran bayinya agar pergi ke samping sumur, bila yang lahir adalah bayi laki-laki maka akan dipelihara, sebaliknya bila yang lahir adalah bayi perempuan maka akan segera dilempar ke dalamnya dan segera diuruk.

2. Bayi perempuan tetap dipelihara setelah lahir. Manakala usianya menginjak 6 tahun, sang ayah berkata kepada ibu “ dandanilah putrid kita agar aku bisa mengajaknya untuk mengunjungi kaum kerabat “ Lalu menjauhlah ia bersama putrinya ke tengah padang pasir hingga ketika dekat dengan sumur sang ayah berkata “ lihatlah ke dalam sumur itu “ lalu ditendanglah sang anak dan segera menguruknya.

Demikianlah kelakuan mereka. Ketika sinar islam datang maka kedudukan wanita diangkat derajatnya hingga rosululloh shollallohu alaihi wasallam memberi kabar dembira bagi siapa yang memiliki anak perempuan :

وعن أنس رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عن النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم قال من عال جاريتين حتى تبلغا جاء يوم القيامة أنا وهو كهاتين وضم أصابعه رَوَاهُ مُسْلِمٌ

Dari Anas rodliyallohu anhu dari nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda : barangsiapa mengurusi dua anak perempuannya hingga dewasa maka pasti akan datang pada hari kiamat dimana aku dengannya seperti ini, beliau merapatkan jari-jarinya [HR Muslim]

Maroji’ : takrimul islam lil mar’ah, Syaikh Abdurrozzaq Albadr