Antara Jihad Dan Birrulwalidain

Petikan nasehat Syaikh Abdulloh Azzam

وَإنْ جاَهَدَاكَ عَلَى أنْ تُشْرِكَ بِيْ ماَلَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلاَ تُطِعْهُماَ وَصاَحِبْهُماَ فِى الدُّنْياَ مَعْرُوْفاً

Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik [luqman : 15]

Ketika Alloh mewajibkan berperang sementara ibu berkata : wahai anakku, aku akan sakit bila engkau pergi ! Ia sakit atau sembuh, insyaAlloh Rob kita akan menyembuhkannya. Akan tetapi kita tidak akan sekali-kali membuat Alloh murka dengan meninggalkan jihad. Apabila setiap pemuda mentaati ibunya, maka siapa yang akan pergi berperang fi sabiilillah ? Sebab semua ibu akan menangisi putra-putranya bila mereka hendak berjihad.

Kisah Sa’ad bin Abi Waqosh dengan ibunya dan Mush’ab bin Umair adalah kisah yang sangat membekas dalam hati. Tatkala ibu Sa’ad berkata kepada anaknya : demi Alloh, aku tidak akan makan dan minum sampai engkau kembali menyembah latta dan uzza ! Namun ancaman itu sama sekali tidak mempengaruhi ketetapan hatinya untuk tetap teguh dalam pangkuan islam, bahkan ia memberikan jawaban : demi Alloh wahai ibu, andaikan engkau mempunyai seratus nyawa lalu nyawa itu keluar satu persatu maka saya tidak akan berpaling dari din ini !

Ibu Sa’ad melaksanakan sumpahnya, namun usahanya tidak juga merubah pendirian putranya. Akhirnya ia putus asa dan menghentikan aksi mogok makan.

Ibumu telah putus asa akibat keteguhan hatimu, maka selesailah, ia akan sembuh. Ia akan terus sakit selama ia masih berangan-angan bisa mengembalikanmu lagi ke dunia dan kemewahannya. Mudah-mudahan Alloh berkenan menyembuhkannnya. Doakan ibumu di medan jihad.