Bersama Sa’id bin Musayyab

petikan nasehat Syaikh Abdulloh Azzam

Sa’id adalah orang yang zuhud, terbukti saat puterinya dipinang oleh Abdul Malik bin Marwan untuk putera mahkotanya, yang akan menduduki jabatan kholifah. Tapi pinangan itu ditolak karena mengkhawatirkan putrinya akan terkena fitnah (fitnah kekuasaan). Ia malah menikahkan puterinya dengan salah seorang muridnya.

Selain dikenal zuhud, ia pun dikenal dengan keberaniannya. Hal itu tampak ketika Hisyam bin Ismail (gubernur Madinah) mengirim surat kepada Abdul Malik bin Marwan bahwa penduduk Madinah telah berbaiat kepada Alwalid dan Sulaiman kecuali Sa’id bin Musayyab. Abdul Malik seraya berkata : Ancamlah ia dengan pedang, jika ia tidak mau berbaiat maka cambuklah dengan 50 kali dan araklah berkeliling di pasar-pasar kota Madinah. Ketika surat itu telah sampai, Sulaiman bin Yasar, Urwah bin Zubair dan Salim bin Abdullah pergi bergegas menemui Sa’id bin Musayyab dan mengatakan kepadanya : Kami datang untuk suatu urusan yang sangat penting, telah datang surat Abdul Malik yang isinya : jika engkau tidak mau berbaiat maka lehermu akan dipenggal, oleh karena itu kami memberi tiga solusi untukmu :

Pertama :

Gubernur tidak mengambil tindakan kepadamu apabila engkau tidak mengatakan “tidak” ketika dibacakan surat kepadamu.

Mendengar opsi pertama Sa’id menimpali : nanti orang akan mengatakan Sa’id bin Musayyab telah berbaiat. Tidak ! saya tidak akan melakukannya

Kedua :

Engkau tinggal di rumah dulu beberapa hari dan jangan keluar untuk sholat, gubernur tidak akan mengambil tindakan kepadamu, apabila dia mencarimu di majlis tetapi tidak menemukanmu.

Dengan alternativ kedua, Sa’id bin Musayyab menanggapi : lantas saya mendengar suara adzan di telinga saya, menyeru untuk menunaikan sholat jamaah sementara aku tetap tinggal di rumah ? tidak ! saya tidak akan melakukannya.

Ketiga :

Jika demikian, pindahkan majlismu ke tempat lain, sesungguhnya jika gubernur mengirim pengawal ke majlismu lalu ia tidak mendapatimu maka ia akan berhenti memperkarakanmu

Demi mendengar opsi ketiga, Sa’id bin Musayyab berkata : apakah Karena takut kepada makhluq saya harus pindah ? tidak ! saya tidak akan melakukannya.

Di saat Sa’id pergi ke masjid untuk menunaikan sholat, usai ditunaikan sholatnya, ia dudk di majlis yang biasa ia duduki. Ketika gubernur Hisaym menunaikan sholatnya, dia menyuruh salah seorang untuk membawa Sa’id ke hadapannya. Setelah Sa’id berada di hadapannya, sang gubernur berkata : sesungguhnya amirul mukminin telah menulis surat kepadaku dan memerintah : jika engkau tidak mau berbaiat, kami diperintah untuk memenggal lehermu. Dengan tegas Sa’id berkata : rosululloh shollallohu alaihi wasallam melarang dua pembaiatan, baiat kepada Alwalid dan pada waktu bersamaan kepada Sulaiman. Tatkala Hisyam melihat Sa’id tetap teguh dengan pendiriannya, maka ia mengeluarkannya ke pintu gerbang, leher Sa’id dibikin terjulur dan pedangpun dihunus dari sarungnya. Demi melihat keteguhan Sa’id maka ia memerintah pengawalnya agar menelanjangi Sa’id lalu dicambuklah dengan 50 kali cambukan dan diarak keliling kota Madinah.

Sa’id masih berperang padahal usianya telah uzur dan matanya telah buta. Ketika orang mengatakan kepadanya agar ia tidak ikut perang, maka Sa’id berkata : Alloh membangkitkan kaum muslimin untuk berperang baik dalam keadaan ringan atau berat. Jika aku sudah tidak mungkin ikut berperang, setidaknya aku memperbanyak jumlah pasukan dan menjaga bekal mereka.