Menyingkirkan Duri Di Jalan sebuah problematika

Menyingkirkan Duri Di Jalan sebuah problematika

Islam sesuai dengan namanya adalah agama yang berisi penuh ajaran yang menyelamatkan pemeluknya baik di dunia maupun di akhirat. Salah satunya tersebut dalam sebuah hadits shohih :

الإيمان بضع وسبعون أو بضع وستون شعبة فأفضلها قول لا إله إلا اللَّه، وأدناها إماطة الأذى عَنِ الطريق. والحياء شعبة من الإيمان مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
.
Iman terdiri dari tujuh puluh lebih bagian, yang paling mulia adalah ucapan laa ilaaha illalloh dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Dan malu sebagian dari iman [muttafaq alaih]

Syaikh Muhammad Sholih Utsaimin menerangkan bahwa yang dimaksud dari imaathotul adzaa ‘anith thoriq (menyingkirkan gangguan dari jalan) adalah menyingkirkan apa saja yang mengganggu para pemakai jalan di antaranya adalah batu, duri, pecahan kaca dan lainnya.

Ketika kita membaca hadits ini lalu kita melihat kenyataan maka kita akan mendapati setidaknya dua problem :

Yang pertama

Kalau menyingkirkan duri di jalan adalah serendah-rendah iman menurut penilaian rosululloh shollallohu alaihi wasallam, lalu bagaimana dengan orang yang dengan sengaja menebar paku di jalan dengan tujuan ban kendaraan baik motor atau mobil bocor, yang kemudian sering terjadi aksi perampokan sebagaimana yang sering kita baca di mas media atau dengan bocornya ban menyebabkan para penambal ban mendapatkan rizki

Yang kedua

Di saat kita berniat melaksanakan hadits yang agung ini, yaitu menyingkirkan duri atau paku di jalan, sungguh akan menemui kendala yang luar biasa. Bagaimana tidak ? Paku-paku yang bertebaran di jalan luar biasa banyaknya sehingga ketika seorang polisi pada pagi hari merazia paku di jalan, ternyata dalam waktu singkat terkumpul paku sebanyak 3 kg. Kenyataan ini bisa kita jumpai di jalan Daan Mogot, MT Haryono, kawasan industri Pulo Gadung dan daerah lainnya.

Bagi karyawan muslim yang mencoba mengumpulkan ranjau paku di jalan-jalan tersebut saat berangkat kerja, insyaAlloh akan terlambat tiba di kantor tiap harinya.

Maroji’ : syarh riyadlush sholihin, Syaikh Muhammad Utsaimin 1/365