Ya’qub Dan Yusuf Menyalahkan Setan

Ya’qub Dan Yusuf Menyalahkan Setan

Iblis biang keladi, sumber masalah di dunia. Karenanya, Adam melanggar larangan Alloh untuk selanjutnya diusir dari aljannah, suami istri bercerai, perzinahan marak, perjudian kokoh tak terusik dan perbuatan syirik merajalela yang akhirnya mengantarkan manusia ke neraka, itu semua tidak lain karena kepiawaian setan dalam menggoda anak manusia.

Jerat tipu dayanya rapi, dikemas dengan apik sehingga kebatilan diminati, alhaq ditakuti untuk didekati. Maka setiap perbuatan maksiat, tuduhan harus ditujukan lebih awal kepadanya bukan kepada si pelaku maksiat yang terjerat rayuan iblis karena ia hanyalah korban.

Tidak bijak manakala kita sibuk mengingkit-ngungkit kesalahan korban sementara sumber biang keladi luput dari perhatian kita. Demikianlah Ya’qub dan Yusuf memberi teladan kepada kita sehingga sudah sepantasnya kita menirunya :

أولئِكَ الَّذِيْنَ هَدَى الله فَبِهُدَاهُمُ اقْتَدِه

Mereka Itulah (para nabi) orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka. [al an’am : 90]

Yusuf yang dibenci saudaranya, di saat bermimpi melihat 11 bintang, 1 matahari dan 1 rembulan bersujud kepadanya (yang artinya suatu saat 11 saudaranya dan kedua orang tuanya akan benar-benar bersujud kepada Yusuf), lalu mimpi itu disampaikan kepada ayahandanya. Demi mendengar penuturan puteranya maka Ya’qub menilai hal itu bila diketahui oleh saudara-saudaranya akan menambah kebencian mereka terhadap Yusuf sehingga Ya’qub berpesan agar jangan sampai mimpi itu dituturkan kepada mereka sambil mengingatkan bahwa meski saudara-saudaranya memusuhinya akan tetapi pada hakekatnya permusuhan itu hanya pantas ditujukan kepada setan :

قاَلَ ياَ بُنَيَّ لاَ تَقْصُصْ رُءْياَكَ عَلَى إخْوَتِكَ فَيَكِيْدُوْا لَكَ كَيْداً إنَّ الشَّيْطاَنَ للإِنْساَنِ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ

Ayahnya berkata: "Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, Maka mereka membuat makar (untuk membinasakan) mu. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia." [yusuf : 5]

Rupanya pelajaran yang berharga ini tertanam pada lubuk hati Yusuf sehingga ketika Yusuf sudah memiliki kedudukan tinggi di Mesir, semua saudaranya bersimpuh di hadapannya demikian juga orang tuanya dalam sebuah pertemuan yang mengharukan setelah berpisah selama 30 tahun, disitulah Yusuf menyampaikan kepada orang tuanya bahwa perpisahan yang begitu lama antar mereka adalah disebabkan oleh setan :

وَرَفَعَ أبَوَيْهِ عَلَى الْعَرْشِ وَخَرُّوْا لَهُ سُجَّداً وَقاَلَ يأبَتِ هذَا تَأْوِيْلُ رُءْياَيَ مِنْ قَبْلُ قَدْ جَعَلَهاَ رَبِّي حَقّاً وَقَدْ أحْسَنَ بِي إذْ أخْرَجَنِي مِنَ السِّجْنِ وَجاَءَ بِكُمْ مِنَ الْبَدْوِ مِنْ بَعْدِ أنْ نَزَغَ الشَّيْطَانُ بَيْنِى وَبَيْنَ إخْوَتِي إنَّ رَبِّي لَطِيْفٌ لِماَ يَشَاءُ إنَّهُ هُوَ الْعَلِيْمُ الْحَكِيْمُ

Dan ia menaikkan kedua ibu-bapanya ke atas singgasana. dan mereka (semuanya) merebahkan diri seraya sujud kepada Yusuf. dan berkata Yusuf: "Wahai ayahku Inilah ta'bir mimpiku yang dahulu itu; Sesungguhnya Tuhanku telah menjadikannya suatu kenyataan. dan Sesungguhnya Tuhanku telah berbuat baik kepadaKu, ketika Dia membebaskan aku dari rumah penjara dan ketika membawa kamu dari dusun padang pasir, setelah syaitan merusakkan (hubungan) antaraku dan saudara-saudaraku. Sesungguhnya Tuhanku Maha lembut terhadap apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dialah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. [yusuf : 100]

Syaikh Sholih Almunajjid berkata : kata-kata “Sesungguhnya Tuhanku telah berbuat baik kepadaKu, ketika Dia membebaskan aku dari rumah penjara dan ketika membawa kamu dari dusun padang pasir, setelah syaitan merusakkan (hubungan) antaraku dan saudara-saudaraku “ Yusuf tidak mengatakan dikeluarkan dari sumur, demi menjaga perasaan saudara-asaudaranya karena merekalah yang melempar Yusuf ke dalam sumur. Yusuf sengaja mencari redaksi lain untuk menghindari penyebutan sumur.

Demikian juga Syaikh Abu Bakar Jabir Aljazairi tidak jauh berbeda menerangkan maksud ayat di atas. Dan yang penting untuk diperhatikan bahwa Yusuf tidak mempermasalahkan sikap saudara-saudaranya terhadap dirinya akan tetapi semuanya dialamatkan kepada setan.

Demikianlah seharusnya sikap kita, memberi penilaian perbuatan maksiat bukan ditujukan kepada pelaku akan tetapi kepada siapa sumber biang keladi. Bukankah asap ada karena ada api ?