Warna Kain Baju (3)

Merah

عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ سَمِعَ الْبَرَاءَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرْبُوعًا وَقَدْ رَأَيْتُهُ فِي حُلَّةٍ حَمْرَاءَ مَا رَأَيْتُ شَيْئًا أَحْسَنَ مِنْهُ

Dari Abu Ishaq dia mendengar Al Barra` radliallahu 'anhu berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah seorang laki-laki yang berperawakan sedang (tidak tinggi dan tidak pendek), saya melihat beliau mengenakan pakaian merah, dan saya tidak pernah melihat orang yang lebih bagus dari beliau [HR Bukhori Muslim]

عَنْ الْبَرَاءِ قَالَ مَا رَأَيْتُ مِنْ ذِي لِمَّةٍ فِي حُلَّةٍ حَمْرَاءَ أَحْسَنَ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَهُ شَعْرٌ يَضْرِبُ مَنْكِبَيْهِ بَعِيدُ مَا بَيْنَ الْمَنْكِبَيْنِ لَمْ يَكُنْ بِالْقَصِيرِ وَلَا بِالطَّوِيلِ

Dari Al Bara ia berkata, "Aku tidak pernah melihat seorang laki-laki yang mempunyai rambut panjang saat mengenakan kain berwarna merah sebagus Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Rambut beliau panjangnya sebahu, tidak panjang dan tidak pendek. " [HR Bukhori, Muslim, Abu Daud, Ibnu Majah, Tirmidzi dan Nasa’i]

عَنْ عَلِيٍّ قَالَ نَهَانِي النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ لُبْسِ الْقَسِّيِّ وَالْمُعَصْفَرِ

Dari Ali ia berkata, "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melarangku memakai kain yang bersulam sutera dan kain merah yang dicelup dengan mu’ashfar [HR Muslim, Ibnu Majah, Abu Daud, Tirmidzi dan Nasa’i]

Hukum mengenakan pakaian berwarna merah, para ulama berbeda pendapat dalam hal ini. Ibnu hajar Al Atsqolani merangkum tujuh pendapat para ulama :

1. Boleh secara mutlaq

Inilah pendapat dari Ali, Abdulloh bin Ja’far, Barro’ bin Azib dan lainnya dari kalangan sahabat
2. Dilarang secara mutlaq

Hal ini disandarkan pada riwayat dari Umar, manakala ia melihat lelaki mengenakan pakaian merah yang dicelup dengan mu’ashfar maka ia menariknya seraya berkata : tinggalkan ini, biarkan wanita saja yang memakainya ! [riwayat Thobari]

الْحُمْرَةُ مِنْ زِيْنَةِ الشَّيْطاَنِ وَالشَّيْطَانُ يُحِبُّ الْحُمْرَةَ

Merah adalah perhiasan syetan dan syetan menyukai warna merah [HR Ibnu Abi Syaibah, mursal]

إنّ الشَّيْطاَنَ يُحِبُّ الْحُمْرَةَ وَإياَّكُمْ وَالْحُمْرَة وُكُلُّ ثَوْبٍ ذِي شُهْرَةٍ

Sesungguhnya setan menyukai warna merah, maka hindarilah warna itu dan setiap pakaian yang mengandung unsur syuhroh (pamer, nyleneh) [HR Ibnu Mandih, hadits dloif]

مَرَّ عَلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم رَجُلٌ وَعَلَيْهِ ثَوْباَنِ أحْمَرَانِ فَسَلَّمَ عَلَيْهِ فَلَمْ يَرُدَّ عَلَيْهِ النّبيّ صلى الله عليه وسلم

Seorang lelaki lewat di hadapan nabi shollallohu alaihi wasallam sementara ia memakai dua baju yang berwarna merah, ia mengucapkan salam kepada beliau, ternyata nabi shollallohu alaihi wasallam tidak menjawabnya [HR Abu Daud dan Tirmidzi, dloif]

3. Dimakruhkan bila warna merahnya sangat pekat
Ini merupakan pendapat dari Atho’, Thowus dan Mujahid.

Sedangkan Ibnu Abbas berpendapat bahwa bila memakainya untuk tujuan bekerja maka hal itu diperbolehkan

4. Dimakruhkan bila ditujukan untuk keindahan dan syuhroh (pamer, nyleneh)

5. Diperbolehkan bila kain dicelup dengan warna merah sebelum ditenun. Pelarangan warna merah apabila celupan merah terjadi setelah pemintalan.

6. Dikhususkan pelarangannya bila dicelup dengan mu’ashfar

7. Pengkhususan pelarangan ditujukan bila warna baju tersebut secara utuh berwarna merah, adapun bila ada fariasi warna lain maka hal itu diperbolehkan

Pendapat terakhir ini dipilih oleh Al ‘Allamah Abu Thoyyib Muhammad Syamsul Haq Al ‘Adzim Abadi dalam aun dan Syaikh Muhammad Sholih Utsaimin dimana beliau berkata : yang paling afdhol mengkafani mayat dengan kain berwarna putih, ini bila memungkinkan, akan tetapi bila kondisi memaksa untuk menggunakan warna lain karena kesulitan mendapatkan kain berwarna putih maka diperbolehkan mengkafaninya dengan warna apa saja asalkan bukan warna merah murni.

Maroji’ :

Syarh Riyadlush Sholihin, Syaikh Muhammad Sholih Utsaimin 2/1091
Aunul Ma’bud, Al ‘Allamah Abu Thoyyib Muhammad Syamsul Haq Al ‘Adzim Abadi 7/190
Fathul Bari, ibnu Hajar Al Atsqolani 10/356