akibat maksiat (30)

(30) Melemahkan Berjalannya Hati Menuju Alloh

Ada orang begitu mudahnya bangun malam untuk menunaikan tahajud, sementara ada yang disulitkan oleh Alloh untuk menunaikan sholat shubuh pada waktunya sehingga matahari terbitlah yang membangunkannya.

Begitu ringannya Abu Bakar meninfakkan seluruh hartanya, sementara seorang yahudi yang mantan lepra yang memiliki unta sepenuh lembah begitu pelitnya untuk memberikan seekor unta kepada malaikat yang menyamar sebagai musafir.
Amal yang berat terasa ringan bagi orang yang taat, sementara amal ringan terasa sangat berat bagi ahli maksiat. Oleh karena itu rosululloh shollallohu alaihi wasallam memohon perlindungan kepada Alloh dari enam hal :

عن أَنَسٍ بْنِ مَالِكٍ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَالْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَضَلَعِ الدَّيْنِ وَغَلَبَةِ الرِّجَالِ

Dari Anas bin Malik dia berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengucapkan : "ALLAHUMMA INII A'UUDZUBIKA MINAL HAMMI WAL HAZANI WAL 'AJZI WAL KASALI WALJUBNI WALBUKHLI WADLALA'ID DAINI WAGHALABATIR RIJAALI (Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari was-was dan rasa sedih, lemah dan malas, pengecut dan kikir dan terlilit hutang serta dikuasai musuh. [HR Bukhori Muslim]

Alhammu (was-was) dan alhazn (sedih) memiliki kemiripan arti. Alhammu (was-was) untuk sesuatu yang akan datang, sementara alhazn (sedih) untuk sesuatu yang sudah terjadi.

Al ‘ajzu (lemah) dan alkasal (malas) memiliki kemiripan arti. Al ‘ajzu digunakan untuk menunjukkan ketidakberdayaan seseorang untuk melakukan amal karena lemahnya pisik seperti cacat, sakit atau tua. Sementara alkasal adalah ketidakmapuan seseorang untuk beramal karena lemahnya irodah (kemauan) meskipun fisiknya kuat.
Aljubnu (pengecut) dan albukhlu (pelit) memiliki kesamaan makna. Bila ketakutan itu berkaitan dengan tubuh (takut luka, sakit dan lainnya) maka ia disebut aljubnu. Sementara kalau ketakutan itu berkaitan dengan berkurangnya harta maka disebut albukhlu.

Ketika berhimpun pada seseorang satu di antara keenam kondisi di atas yaitu : alhammu (was-was), alhazn (sedih), al ‘ajzu (lemah), alkasal (malas), aljubn (pengecut), albukhl (pelit), dhola’uddain (terlilit hutang) dan gholabaturrijal (dikuasai musuh) maka ini menunjukkan bahwa kita sedang terbelenggu oleh maksiat sehingga tidak berdaya, lemah dan tidak mampu beramal.

Maroji’ : adda’ waddawa’ hal 112