Rosululloh Shollallohu Alaihi Wasallam Dan Umatnya
Keduanya saling mencintai. Kecintaan beliau kepada umatnya diungkapkan dalam salah satu sabdanya :
عَنْ جَابِرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَثَلِي وَمَثَلُكُمْ كَمَثَلِ رَجُلٍ أَوْقَدَ نَارًا فَجَعَلَ الْجَنَادِبُ وَالْفَرَاشُ يَقَعْنَ فِيهَا وَهُوَ يَذُبُّهُنَّ عَنْهَا وَأَنَا آخِذٌ بِحُجَزِكُمْ عَنْ النَّارِ وَأَنْتُمْ تَفَلَّتُونَ مِنْ يَدِي
Dari Jabir radliallahu 'anhu dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : Perumpamaanku dengan kamu sekalian ialah bagaikan seorang yang menyalakan api. Maka serangga-serangga beterbangan menjatuhkan diri ke dalam api itu. Orang tersebut berusaha menarik mereka dengan api dan mereka berusaha mengalahkannya. Dan aku, telah mencegah kamu semua agar tidak jatuh ke api, tetapi kamu meloloskan diri dari tanganku [HR Muslim]
Syaikh Mushthofa Albugho berkata : hadits ini menunjukkan akan kasih sayang rosululloh shollallohu alaihi wasallam pada umatnya dimana tidak ada satupun kebaikan kecuali beliau tunjukkan kepada mereka dan tidak ada satupun keburukan melainkan beliau ingatkan.
Tidak hanya itu saja kasih sayang beliau kepada umatnya. Dalam banyak hadits sering beliau mendoakan kita. Di dunia, bahkan di akhiratpun beliau tetap memperhatikan kita hingga di saat kita meniti ash shiroth (jembatan membentang antara aljannah dan annar), beliau berdoa untuk kita “ alloohumma sallim sallim “ (ya Alloh, selamatkan umatku, selamatkan umatku)
Karena itulah kita harus membalas dengan kecintaan sepadan. Syaikh Fadlu Ilahi memberikan empat contoh cara mencintai beliau :
1. Menampakkan keinginan yang keras untuk bertemu dan berdekatan dengan beliau serta menampakkan kesedihan di saat kehilangan beliau melebihi kehilangan apapun yang ada di dunia ini.
Hal ini diajarkan oleh Abu bakar yang menampakkan kebahagiaan ketika diminta oleh rosululloh shollalllohu alaihi wasallam untuk menemaninya dalam perjalanan hijroh.
Sebagaimana juga keinginan Umar untuk dimakamkan di samping kedua sahabatnya (Abu Bakar dan nabi shollallohu alaihi wasallam.
Atau kaum anshor yang diridlo tidak menerima ghonimah berlimpah dari perang Hunain setelah mereka mengetahui bahwa mereka akan membawa pulang kembali rosululloh shollallohu alaihi wasallam ke kota Madinah.
2. Rela berkorban harta dan nyawa demi menbela rosululloh shollallohu alaihi wasallam
Dalam sebuah peperangan, Miqdan Al Aswad dengan mantap berkata : kami akan berangkat berperang, kami tidak akan mengatakan sebagaimana apa yang dikatakan oleh bani isroil kepada nabi Musa “ pergilah engkau wahai Musa dan Robmu, berperanglah berdua maka kami di sini akan duduk-duduk melihat “ Akan tetapi kami akan berperang di samping kanan dan kirimu, di sebelah depan dan belakangmu.
Abu Dujanah yang pernah menjadi tameng nabi shollallohu alaihi wasallam sehingga banyak panah yang menancap di tubuhnya sementara dia tidak bergerak sama sekali.
3. Melaksanakan perintah dan menjauhi larangannya
Di saat rosululloh mengumumkan keharaman daging keledai Khoibar maka mereka serentak menumpahkan seluruh daging di panci yang sudah masak padahal mereka sudah sangat lapar.
Ketika turun larangan khomr dengan sigap segera menumpahkan khomr yang ada di kendi-kendi mereka.
4. Membela sunnahnya
Hal itu tampak pada upaya Abu Bakar Ash Shiddiq memerangi para penentang zakat meski mereka masih menunaikan sholat
Maroji’ :
Nuzhatul Muttaqin, Syaikh Mushthofa Albugho 1/151
Hubbunnabiy wa ‘alamatuhu, Syaikh Fadlu Ilahi 20-90