Hukum Mencampur Dan Menggabung (30)

Kholifah Dan Wazir

Pembantu presiden adalah menteri. Sementara pembantu kholifah adalah wazir. Menteri yang baik senantiasa membantu presiden dalam menjelaskan tugasnya dan tanpa sungkan menegurnya di kala melakukan kesalahan. Rumus ABS (Asal Bapak Senang) adalah sloglan batil. Merugikan presiden dan menteri yang berakibat kesengsaraan rakyatnya.
Wazir yang baik adalah mampu membantu dan memotifasi kholifah dalam memimpin umat serta berani mengingatkan kekeliruannya. Inilah yang terjadi pada diri Umar bin Khothob di saat menjabat sebagai kholifah.

عَنْ ابْن عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَدِمَ عُيَيْنَةُ بْنُ حِصْنِ بْنِ حُذَيْفَةَ فَنَزَلَ عَلَى ابْنِ أَخِيهِ الْحُرِّ بْنِ قَيْسٍ وَكَانَ مِنْ النَّفَرِ الَّذِينَ يُدْنِيهِمْ عُمَرُ وَكَانَ الْقُرَّاءُ أَصْحَابَ مَجَالِسِ عُمَرَ وَمُشَاوَرَتِهِ كُهُولًا كَانُوا أَوْ شُبَّانًا فَقَالَ عُيَيْنَةُ لِابْنِ أَخِيهِ يَا ابْنَ أَخِي هَلْ لَكَ وَجْهٌ عِنْدَ هَذَا الْأَمِيرِ فَاسْتَأْذِنْ لِي عَلَيْهِ قَالَ سَأَسْتَأْذِنُ لَكَ عَلَيْهِ قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ فَاسْتَأْذَنَ الْحُرُّ لِعُيَيْنَةَ فَأَذِنَ لَهُ عُمَرُ فَلَمَّا دَخَلَ عَلَيْهِ قَالَ هِيْ يَا ابْنَ الْخَطَّابِ فَوَاللَّهِ مَا تُعْطِينَا الْجَزْلَ وَلَا تَحْكُمُ بَيْنَنَا بِالْعَدْلِ فَغَضِبَ عُمَرُ حَتَّى هَمَّ أَنْ يُوقِعَ بِهِ فَقَالَ لَهُ الْحُرُّ يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى قَالَ لِنَبِيِّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) خُذْ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنْ الْجَاهِلِينَ( وَإِنَّ هَذَا مِنْ الْجَاهِلِينَ وَاللَّهِ مَا جَاوَزَهَا عُمَرُ حِينَ تَلَاهَا عَلَيْهِ وَكَانَ وَقَّافًا عِنْدَ كِتَابِ اللَّهِ

Dari Ibnu 'Abbas radliallahu 'anhuma berkata; Uyainah bin Hishan bin Hudzafah datang, lalu singgah dirumah anak saudaranya yaitu AL Hurr bin Qais. Ia adalah salah seorang yang dekat dengan Umar, salah seorang Qari di Majlis Umar dan dewan syuranya. Baik ketika ia masih muda maupun sudah tua. Uyainah berkata kepada anak saudaranya; Wahai anak saudaraku, apakah kamu ada masalah dengan Amirul Mukminin, izinkanlah aku menemuinya. AL Hurr berkata; Aku akan memintakan izin untukmu. Ibnu Abbas berkata; Maka Al Hurr meminta izin untuk Uyainah agar bisa menemui Umar, Umar pun mengizinkannya. Tatkala ia masuk, ia berkata; Wahai Ibnul Khatthab, Demi Allah, anda tidak memenuhi hak kami, dan tidak bersikap adil kepada kami. Maka Umar pun marah, hampir saja ia akan memukulnya. Lalu Al Hurr berkata kepadanya; Wahai Amirul Mukminin, Sesungguhnya Allah Ta'ala berfirman kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam: Jadilah engkau pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh. Dan ini terhadap orang-orang yang bodoh. Ibnu Abbas berkata; maka demi Allah, Umar pun tidak menyakitinya ketika ayat itu dibacakan kepadanya. Ia berhenti mendengar Kitabullah [HR Bukhori]

Hadits di atas menunjukkan bahwa Umar memiliki staf pembantu dari kalangan orang berilmu dan sholih. Tidak segan Umar mendapatkan nasehat dari mereka ketika ada tanda-tanda penyimpangan yang terdapat pada dirinya meskipun mereka tahu bahwa Umar adalah orang yang berjiwa keras.

Syaikh Mushthofa Albugho menyimpulkan hadits di atas dengan mengatakan : pentingnya kedudukan para Quro’ yang merupakan ulama yang memahami hukum-hukum islam, mereka tidak berambisi dengan yang dimilikinya untuk memperoleh kesenangan dan keuntungan. Hadits ini memberi taujih agar pemimpin mengangkat pembantu yang baik yang bisa diajak bermusyawarah. Kemampuan mereka dalam bermusyawarah didukung oleh ilmu dan ketaqwaannya.
Syaikh Muhammad Sholih Utsaimin berkata : demikianlah sudah seharusnya setiap amir atau kholifah mengangkat para pembantunya dari kalangan orang sholih, karena bila ia dikelilingi para menteri yang tidak sholih maka pemimpin akan celaka demikian juga rakyatnya.

Maroji’ :
Syarh Riyadlush Sholihin, Syaikh Muhammad Sholih Utsaimin 1/116
Nuzhatul Muttaqin, Syaikh Mushthofa Albugho 1/67