Kekhawatiran Nabi Shollallohu Alaihi Wasallam Akan Terbentangnya Harta
Dulu kaum muhajirin adalah kaum fakir. Meninggalkan Mekah berikut kekayaannya. Tiba di Madinah mereka tinggal di masjid sehingga sering disebut Ashhabush shuffah. Untuk makan mengandalkan kemurahan penduduk Madinah. Kaum anshor sering menggantungkan kurma di tiang masjid. Dari situlah mereka makan. Pakaian yang mereka kenakan adalah selembar kain yang mereka ikat di leher. Bila duduk, mereka harus memegang ujung kain bagian bawah agar aurot tidak terlihat. Melihat kondisi itu, pantas saja bila nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda kepada mereka yang ingin nikah “ iltamis walau khotiman min hadiid : berikan mahar meski dengan cincin dari besi “.
Di saat berangkat berperang, mereka membawa senjata seadanya. Kuda sebagai kendaraan terkadang dinaiki bergantian dengan yang lain. Dalam sebuah pengiriman sariyyah (ekspedisi) Abu Ubaidah sebagai panglima memberi setiap prajurit sebutir kurma untuk makan dalam satu harinya. Mereka emut kurma itu agar terasa lama di mulut. Minum adalah cara yang mereka lakukan untuk sekedar membuat perut mereka kenyang. Kisah ini bisa dilihat di shohih Muslim bab ash shoid wadzabaih hadits ke 1935.
Mereka terlihat sederhana dan hidup apa adanya. Kenyataan mengatakan mereka mendapat gelar dari Alloh rodliyallohu anhum warodlu anhu, disebut oleh nabi shollallohu alaihi wasallam sebagai khoirul qurun dan hampir peperangan yang mereka lakukan untuk menghadapi orang kafir dimenangkannya. Demikianlah kondisi hidup bersahaja ternyata mampu melahirkan prestasi yang luar biasa.
Untuk itulah rosululloh shollallohu alaihi wasallam mengingatkan :
فَوَاللَّهِ مَا الْفَقْرَ أَخْشَى عَلَيْكُمْ وَلَكِنِّي أَخْشَى عَلَيْكُمْ أَنْ تُبْسَطَ الدُّنْيَا عَلَيْكُمْ كَمَا بُسِطَتْ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ فَتَنَافَسُوهَا كَمَا تَنَافَسُوهَا وَتُهْلِكَكُمْ كَمَا أَهْلَكَتْهُمْ
Demi Allah bukan kemiskinan yang aku takutkan pada kalian, tapi aku takut dunia dibentangkan untuk kalian seperti halnya dibentangkan pada orang sebelum kalian, lalu kalian memperlombakannya sebagaimana mereka memperlombakannya lalu ia membinasakan kalian seperti halnya mereka [HR Bukhori Muslim]
أَخْوَفُ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ مَا يُخْرِجُ اللَّهُ لَكُمْ مِنْ زَهْرَةِ الدُّنْيَا
Sesuatu yang paling aku khawatirkan menimpa kalian adalah sesuatu yang akan dikeluarkan oleh Allah untuk kalian berupa keindahan dunia [HR Bukhori Muslim]
Syaikh Mushthofa Albugho mengomentari hadits di atas dengan mengatakan : berlomba-lomba dalam urusan dunia terkadang menyeret manusia kedalam rusaknya din.
Demikianlah akhirnya Alloh bentangkan kekuasan bagi umat islam. Harta melimpah tapi justru akhirnya umat terlena sehingga dengan mudah ditaklukkan oleh musuh. Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda :
عَنِ اِبْنِ عُمَرَ -رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا- قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ: ( إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِينَةِ, وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ اَلْبَقَرِ, وَرَضِيتُمْ بِالزَّرْعِ, وَتَرَكْتُمْ اَلْجِهَادَ, سَلَّطَ اَللَّهُ عَلَيْكُمْ ذُلًّا لَا يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوا إِلَى دِينِكُمْ ) رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ
Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : Jika engkau sekalian berjual-beli dengan 'inah (hanya sekedar mengejar keuntungan materi belaka), selalu membuntuti ekor-ekor sapi, hanya puas menunggui tanaman, dan meninggalkan jihad maka Allah akan meliputi dirimu dengan suatu kehinaan yang tidak akan dicabut sebelum kamu kembali kepada agamamu [HR Abu Daud]
Syaikh Abdulloh Abdurrohman Albassam berkata : hadits ini menerangkan keharaman condong terhadap dunia dan menyibukkannya yang akhirnya melalaikan dari din dan perkara din yang paling besar adalah aljihad fisabilillah yang merupakan puncak menara tertinggi dalam islam. Umat islam bila menyibukkan diri dalam pertanian dan sibuk mengumpulkan harta lalu melupakan jihad fisabilillah maka Alloh akan membalasnya dengan kehinaan di hadapan musuh-musuhnya. Akhirnya mereka terjajah dan terhina sebagai balasan atas berpalingnya dari din dimana din itulah yang membuat mereka mulia dan terjaga dan beroleh kebahagiaan dunia dan akhirat.
Kita tentu tahu sejarah pejuang kemerdekaan, angkatan 66 dan mahasiswa pasca reformasi. Mereka giat berjuang dengan kesederhanaan dan hidup apa adanya. Apa yang terjadi setelah mereka berhasil ? Kita tentu apa tahu apa yang mereka lakukan setelah sejumlah jabatan mereka pegang.
Maroji’ :
Nuzhatul Muttaqin, Syaikh Mushthofa Albugho 1/348
Taudlihul Ahkam, Syaikh Abdulloh Abdurrohman Albassam 3/216