Harta Bukan Pemisah Antara Si Kaya Dan Si Miskin
Sholat jumat dihadiri semua kalangan dari kaum muslimin, kaya maupun miskin. Di sore hari selepas kerja di sebuah kantor diadakan pengajian kalangan eksekutif. Tentu kaum berdasi saja yang berhak menghadirinya.
Di sebuah pondok pesantren santri yang menuntut ilmu sangat majemuk. Anak yang orang tuanya berasal dari kaum fakir dan orang berada, bercampur menjadi satu. Agar tidak terjadi jurang pemisah antara si kaya dan si miskin, pihak pesantren menerapkan aturan. Kepemilikan uang dibatasi sehingga santri yang memilki banyak uang tidak sering jajan. Pakaian yang dikenakan untuk belajar dan keseharian diseragamkan sehingga tidak tampak perbedaan antara mereka.
Sementara di sebuah sekolah elit. Siswa yang belajar hanya berasal dari kalangan menengah ke atas. Antar mereka sering terjadi persaingan unjuk kekayaan. Mobil, alat komunikasi, merk tas yang ada di pundak dan lainnya. Tak terbayang, mereka hidup dalam kemewahan. Tidak pernah melihat bahkan bergaul dengan anak-anak miskin.
Dalam riwayat disebutkan, nyaris terjadi pemisahan antara si miskin dan si kaya dalam arena majlis ta’lim rosululloh shollallohu alaihi wasallam. Dalam tafsir Abu Suud disebutkan : Para pembesar kafir datang menemui rosululloh shollallohu alaihi wasallam dan berkata : Jauhkan mereka orang-orang budak ini karena bau mereka seperti kambing, sehingga kami bisa bermajlis dengan engkau. Alloh akhirnya menurunkan ayat :
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا
Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas [alkahfi : 18]
Penulis tafsir Almuyassar menerangkan maksud ayat ini dengan mengatakan : bersabarlah engkau wahai nabi bersama para sahabatmu dari kalangan orang-orang fakir beriman yang senantiasa beribadah kepada Robnya semata. Bermunajat di pagi dan sore hari dengan mengharapkan wajahNya. Duduklah dan bergaullah bersama mereka. Jangan engkau palingkan pandanganmu dari mereka lalu engkau alihkan kepada orang-orang kafir karena menginginkan kesenangan dengan perhiasan dunia. Jangan engkau taati orang yang telah Kami tutup hatinya dari mengingat Kami dan mengikuti hawa nafsunya atas ketaatan Alloh ……
Senada dengan ayat di atas, pada surat lain Alloh berfirman :
وَلَا تَطْرُدِ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ مَا عَلَيْكَ مِنْ حِسَابِهِمْ مِنْ شَيْءٍ وَمَا مِنْ حِسَابِكَ عَلَيْهِمْ مِنْ شَيْءٍ فَتَطْرُدَهُمْ فَتَكُونَ مِنَ الظَّالِمِينَ
Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Robnya di pagi dan petang hari, sedang mereka menghendaki wajahNya. kamu tidak memikul tanggung jawab sedikitpun terhadap perbuatan mereka dan merekapun tidak memikul tanggung jawab sedikitpun terhadap perbuatanmu, yang menyebabkan kamu (berhak) mengusir mereka, (sehingga kamu termasuk orang-orang yang zalim) [al an’am : 52]
Maroji’ :
Tafsir Abu Suud (maktabah syamilah) 4/255
Tafsir Almuyassar (maktabah syamilah) 5/131