Harta Dalam Pandangan Islam (29)

Harta Yang Tidak Perlu Dizakati

1. Semua harta yang tidak mencapai nishob

َعَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اَللَّهِ رضي الله عنه عَنْ رَسُولِ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: ( لَيْسَ فِيمَا دُونَ خَمْسِ أَوَاقٍ مِنَ اَلْوَرِقِ صَدَقَةٌ, وَلَيْسَ فِيمَا دُونَ خَمْسٍ ذَوْدٍ مِنَ اَلْإِبِلِ صَدَقَةٌ, وَلَيْسَ فِيمَا دُونَ خَمْسَةِ أَوْسُقٍ مِنَ اَلتَّمْرِ صَدَقَةٌ ) رَوَاهُ مُسْلِم ٌ

Dari Jabir bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : Tak ada zakat pada perak yang kurang dari 5 auqiyah (600 gram), unta yang jumlahnya kurang dari 5 ekor, dan kurma yang kurang dari 5 ausaq (1050 liter) [HR Muslim]

2. Semua hasil bumi yang tidak ditakar, tidak bisa bertahan lama dan bukan makanan pokok

َوَلِلدَّارَقُطْنِيِّ, عَنْ مُعَاذٍ: ( فَأَمَّا اَلْقِثَّاءُ, وَالْبِطِّيخُ, وَالرُّمَّانُ, وَالْقَصَبُ, فَقَدْ عَفَا عَنْهُ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ) وَإِسْنَادُهُ ضَعِيف
ٌ
Menurut Daruquthni bahwa Mu'adz Radliyallaahu 'anhu berkata: Adapun mengenai ketimun, semangka, delima dan tebu, Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam telah membebaskan (zakat)-nya. Sanadnya lemah.

3. Barang luqthoh

Dikecualikan pada harta rikaz

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه ( أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه
وسلم قَالَ وَفِي اَلرِّكَازِ: اَلْخُمُسُ مُتَّفَقٌ عَلَيْه
ِ
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : Zakat rikaz (harta peninggalan purbakala) adalah seperlima. [Muttafaq Alaihi]

4. Hewan yang tidak ditujukan untuk peternakan

عَنْ عَلِيٍّ رضي الله عنه قَالَ: ( لَيْسَ فِي اَلْبَقَرِ اَلْعَوَامِلِ صَدَقَةٌ ) رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ

Ali Radliyallaahu 'anhu berkata : Tidak ada zakat atas sapi yang dipekerjakan [HR Abu Dawud]

5. Harta Yang tidak diniatkan untuk perdagangan

Syaikh Muhammad Sholih Utsaimin memberi contoh dengan berkata : seseorang membeli mobil yang digunakan untuk diperjualbelikan. Maka mobil ini dinilai barang dagangan sehingga bila mencapai nishob maka wajib mengeluarkan zakatnya. Adapun bila membeli mobil dengan tujuan sebagai kendaraan, di kemudian hari ia menjualnya maka tidak ada kewajiban baginya untuk mengeluarkan zakat. Hal ini dikarenakan di saat hendak dimiliki dirinya tidak meniatkan untuk perdagangan.
Kendati demikian bila dengan kerelaan hati akhirnya kita mengeluarkan sedekah apa yang telah Alloh berikan kepada kita maka hal ini adalah lebih baik.

Maroji’ :
Syarhul Mumthi ‘Ala Zaadil Mustaqni, Syaikh Muhammad Sholih Utsaimin 2/665