Harta Dalam Pandangan Islam (46)

Ibadah Lewat Harta

Manfaat memiliki harta selain bisa bersenang-senang dengannya, ada juga keuntungan lain. Lewat harta seseorang bisa menuai pahala yang tidak sedikit. Diantaranya :

1. Zakat, infaq dan shodaqoh

Ketiganya ada yang bernilai wajib dan ada yang sunnah. Semua ditujukan demi kemaslahatan. Meringankan orang yang berada dalam kesempitan, menghibur orang yang gundah gulana dan lainnya. Syaikh Abu Malik Kamal Ibnu Sayyid Salim menyebut ada 13 fadhilah zakat :
• Ia merupakan sifat Al Abror (orang-orang yang baik)
• Sifat orang-orang yang berhak mendapat rahmat Alloh
• Alloh menjanjikan mengembangkan harta bagi pemiliknya
• Alloh menaungi pelakunya dengan naungan pada hari kiamat
• Membersihkan dan mengembangkan harta sehingga pintu-pintu rezki terbuka
• Sarana turunnya kebaikan
• Bukti akan kebenaran iman pembayar zakat
• Mensucikan akhlaq muzakki
• Menjaga rasa iri yang berasal dari orang fakir
• Menolong kaum fakir dan orang yang membutuhkan
• Andil muslim dalam rangka menunaikan kewajibannya di masyarakat untuk mendukung program daulah islamiyyah

• Ungkapan syukur atas ni’mat harta

Di antara dalil sedekah dan infaq adalah :

عَنْ عَبْدِ اَللَّهِ بْنِ جَعْفَرٍ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ لَمَّا جَاءَ نَعْيُ جَعْفَرٍ حِينَ قُتِلَ قَالَ اَلنَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم اصْنَعُوا لِآلِ جَعْفَرٍ طَعَامًا, فَقَدْ أَتَاهُمْ مَا يَشْغَلُهُمْ أَخْرَجَهُ الْخَمْسَةُ, إِلَّا النَّسَائِيّ
َ
Abdullah Ibnu Ja'far Radliyallaahu 'anhu berkata: Ketika berita kematian Ja'far datang sewaktu ia terbunuh, Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : Buatkanlah makanan untuk keluarga Ja'far karena telah datang sesuatu yang menyusahkan mereka [HR Imam Lima kecuali Nasa'i]

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ اَلْخُدْرِيِّ, عَنِ اَلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: ( أَيُّمَا مُسْلِمٍ كَسَا مُسْلِمًا ثَوْبًا عَلَى عُرْيٍ كَسَاهُ اَللَّهُ مِنْ خُضْرِ اَلْجَنَّةِ, وَأَيُّمَا مُسْلِمٍ أَطْعَمَ مُسْلِمًا عَلَى جُوعٍ أَطْعَمَهُ اَللَّهُ مِنْ ثِمَارِ اَلْجَنَّةِ, وَأَيُّمَا مُسْلِمٍ سَقَى مُسْلِمًا عَلَى ظَمَإٍ سَقَاهُ اَللَّهُ مِنْ اَلرَّحِيقِ اَلْمَخْتُومِ ) رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ وَفِي إِسْنَادِهِ لِينٌ

Dari Abu Said Al-Khudry Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : Siapa saja orang islam yang memberi pakaian orang Islam yang tidak memiliki pakaian, niscaya Allah akan memberinya pakaian dari hijaunya surge ; dan siapa saja orang Islam yang memberi makan orang Islam yang kelaparan, niscaya Allah akan memberinya makanan dari buah-buahan surga ; dan siapa saja orang Islam yang memberi minum orang Islam yang kehausan, niscaya Allah akan memberinya minuman dari minuman suci yang tertutup [HR Abu Dawud dan dalam sanadnya ada kelemahan]

2. Iqolah

Seorang wanita ingin memberi kejutan buat suami menjelang hari raya idul fitri dengan cara membelikan baju muslim untuknya. Setelah mendapatkannya dari toko, ia segera bergegas pulang untuk mempersembahkannya pada suami. Tak disangka ternyata suami sudah membeli baju koko dengan warna, merk dan ukuran yang sama dengan yang sudah ia beli. Bukannya suami yang terkejut, tapi dirinya sendirilah yang terbengong-bengong dengan apa yang ia saksikan.

Diam-diam, ibu ini pergi ke toko untuk mengembalikan apa yang sudah ia beli. Ternyata pemilik toko tidak keberatan untuk menerimanya dan dengan tulus ikhlas ia kembalikan uang yang sudah ia terima. Kepada yang melakukannya maka Alloh akan memberikan imbalan berupa pembebasan dari dosa-dosa sebagaimana rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( مَنْ أَقَالَ مُسْلِماً بَيْعَتَهُ, أَقَالَهُ اَللَّهُ عَثْرَتَهُ ) رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ, وَابْنُ مَاجَهْ, وَصَحَّحَهُ اِبْنُ حِبَّانَ, وَالْحَاكِمُ

Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : Barangsiapa membebaskan jual-beli seorang muslim, Allah akan membebaskan kesalahannya [HR Abu Dawud dan Ibnu Majah]

3. Toleransi kepada penunggak hutang

Hal itu dilakukan dengan memberi tangguh atau membebaskannya sama sekali. Alloh berfirman :

وَإِنْ كَانَ ذُو عُسْرَةٍ فَنَظِرَةٌ إِلَى مَيْسَرَةٍ وَأَنْ تَصَدَّقُوا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, Maka berilah tangguh sampai Dia berkelapangan. dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui [albaqoroh : 280]

4. Hawalah

Seseorang yang berinisial A pinjam uang kepada B. Karena sesuatu hal maka A minta kepada B agar pelunasan pinjaman dialihkan kepada C sehingga nantinya B akan menagih kepada si C. Ini dilakukan karena sebenarnya C memiliki hutang kepada A dan belum dilunasi.

Cara ini disebut dengan hawalah. Syaikh Abdulloh Abdurrohman Albassam berkata : ini adalah cara mempermudah muamalah di antara manusia terlebih bila orang yang berhutang berada di satu negeri sementara orang yang memberi pinjaman berada di negeri lain. Nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( مَطْلُ اَلْغَنِيِّ ظُلْمٌ, وَإِذَا أُتْبِعُ أَحَدُكُمْ عَلَى مَلِيٍّ فَلْيَتْبَعْ ) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : Penangguhan (pembayaran hutang) orang kaya itu suatu kesesatan. Apabila seseorang di antara kamu hutangnya dipindahkan kepada orang yang mampu, hendaknya ia menerima [Muttafaq Alaihi]

5. Adl Dloman

Di sebuah angkot, ketika seseorang terlihat panik. Dompet yang berisi uang tertinggal di rumah. Ia kebingungan, karena dengan uanglah ia bisa membayar ongkos kepada pak sopir. Tiba-tiba seseorang berkata kepadanya “ Bapak tidak perlu khawatir, nanti saya yang akan membayar ongkos bapak “ Inilah yang disebut adl dolman.
Syaikh Abu Bakar Jabir Aljazairi berkata : adl dolman adalah menanggung kewajiban atas orang yang memiliki tanggung jawab. Seperti ketika seseorang memiliki kewajiban sementara ia tidak mampu menunaikannya lalu ada orang yang berkemampuan berkata kepada orang yang menuntut “ Saya yang bertanggung jawab untuk menunaikannya “
Adl dolman yang terjadi pada jaman sahabat adalah penanggungan hutang sebagaimana yang tertera dalam hadits di bawah ini :

عَنْ جَابِرٍ رضي الله عنه قَالَ تُوُفِّيَ رَجُلٌ مِنَّا, فَغَسَّلْنَاهُ, وَحَنَّطْنَاهُ, وَكَفَّنَّاهُ, ثُمَّ أَتَيْنَا بِهِ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَقُلْنَا : تُصَلِّي عَلَيْهِ ? فَخَطَا خُطًى, ثُمَّ قَالَ: أَعَلَيْهِ دَيْنٌ ? قُلْنَا : دِينَارَانِ، فَانْصَرَفَ, فَتَحَمَّلَهُمَا أَبُو قَتَادَةَ، فَأَتَيْنَاهُ, فَقَالَ أَبُو قَتَادَةَ: اَلدِّينَارَانِ عَلَيَّ، فَقَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم أُحِقَّ اَلْغَرِيمُ وَبَرِئَ مِنْهُمَا اَلْمَيِّتُ ? قَالَ : نَعَمْ, فَصَلَّى عَلَيْهِ رَوَاهُ أَحْمَدُ, وَأَبُو دَاوُدَ, وَالنَّسَائِيُّ
,
Jabir Radliyallaahu 'anhu berkata : Ada seorang laki-laki di antara kami meninggal dunia, lalu kami memandikannya, menutupinya dengan kapas, dan mengkafaninya. Kemudian kami mendatangi Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan kami tanyakan : Apakah baginda akan menyolatkannya ?. Beliau melangkan beberapa langkah kemudian bertanya : Apakah ia mempunyai hutang ? Kami menjawab : Dua dinar. Lalu beliau kembali. Maka Abu Qotadah menanggung hutang tersebut. Ketika kami mendatanginya; Abu Qotadah berkata : Dua dinar itu menjadi tanggunganku. Lalu Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : Betul-betul engkau tanggung dan mayit itu terbebas darinya. Ia menjawab : Ya. Maka beliau menyolatkannya [HR Ahmad, Abu Dawud, dan Nasa'i]

Dalam salah satu khutbahnya, rosululloh shollallohu alaihi wasallam menyampaikan kesiapan beliau untuk menjadi penjamin hutang umatnya :

أَنَا أَوْلَى بِالْمُؤْمِنِينَ مِنْ أَنْفُسِهِمْ, فَمَنْ تُوُفِّيَ, وَعَلَيْهِ دَيْنٌ فَعَلَيَّ قَضَاؤُهُ

Aku lebih berhak pada orang beriman daripada diri mereka sendiri. Maka barangsiapa meninggal dan ia memiliki hutang, akulah yang melunasinya.

6. Ariyah

Ariyah adalah memberi pinjaman barang kepada orang lain. Syaikh Muhammad Sholih Utsaimin berpendapat bahwa ariyah hukum asalnya adalah sunnah yang terkadang berubah menjadi wajib. Beliau memberi contoh memberi pinjaman kain pada saat musim dingin sehingga orang yang dipinjami akan selamat dari bahaya kedinginan akibat cuaca yang ekstrim.

عَنْ يَعْلَى بْنِ أُمَيَّةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( إِذَا أَتَتْكَ رُسُلِي فَأَعْطِهِمْ ثَلَاثِينَ دِرْعاً , قُلْتُ: يَا رَسُولَ اَللَّهِ ! أَعَارِيَةٌ مَضْمُونَةٌ أَوْ عَارِيَةٌ مُؤَدَّاةٌ? قَالَ: بَلْ عَارِيَةٌ مُؤَدَّاةٌ ) رَوَاهُ أَحْمَدُ, وَأَبُو دَاوُدَ, وَالنَّسَائِيُّ
,
Ya'la Ibnu Umayyah Radliyallaahu 'anhu berkata : Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepadaku : Apabila utusanku datang kepadamu, berikanlah kepada mereka tiga puluh baju besi. Aku berkata : Wahai Rasulullah, apakah pinjaman yang ditanggung atau pinjaman yang dikembalikan ? Beliau bersabda : Pinjaman yang dikembalikan [HR Ahmad, Abu Dawud, dan Nasa'i]

7. Wakaf

Syaikh Abdulloh Abdurrohman Albassam berkata : wakaf adalah shodaqoh yang paling afdhol yang diperintah oleh Alloh karena ia bersifat terus menerus pemakaiannya. Dijanjikan pahala besar bagi pelakunya. Orang yang pertama kali melakukannya adalah Umar bin Khothob :

عَنْ اِبْنِ عُمَرَ -رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا- قَالَ : ( أَصَابَ عُمَرُ أَرْضًا بِخَيْبَرَ , فَأَتَى اَلنَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم يَسْتَأْمِرُهُ فِيهَا, فَقَالَ : يَا رَسُولَ اَللَّهِ ! إِنِّي أَصَبْتُ أَرْضًا بِخَيْبَرَ لَمْ أُصِبْ مَالًا قَطُّ هُوَ أَنْفَسُ عِنْدِي مِنْه ُ قَالَ : إِنْ شِئْتَ حَبَسْتَ أَصْلَهَا, وَتَصَدَّقْتَ بِهَا قَالَ : فَتَصَدَّقَ بِهَا عُمَرُ, غَيْرَ أَنَّهُ لَا يُبَاعُ أَصْلُهَا, وَلَا يُورَثُ , وَلَا يُوهَبُ , فَتَصَدَّقَ بِهَا فِي اَلْفُقَرَاءِ, وَفِي اَلْقُرْبَى, وَفِي اَلرِّقَابِ, وَفِي سَبِيلِ اَللَّهِ, وَابْنِ اَلسَّبِيلِ, وَالضَّيْفِ, لَا جُنَاحَ عَلَى مَنْ وَلِيَهَا أَنْ يَأْكُلَ مِنْهَا بِالْمَعْرُوفِ , وَيُطْعِمَ صَدِيقاً ) غَيْرَ مُتَمَوِّلٍ مَالًا مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ, وَاللَّفْظُ لِمُسْلِمٍ وَفِي رِوَايَةٍ لِلْبُخَارِيِّ : ( تَصَدَّقْ بِأَصْلِهِ, لَا يُبَاعُ وَلَا يُوهَبُ, وَلَكِنْ يُنْفَقُ ثَمَرُهُ

Ibnu Umar berkata : Umar Radliyallaahu 'anhu memperoleh bagian tanah di Khaibar, lalu menghadap Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam untuk meminta petunjuk dalam mengurusnya. Ia berkata : Wahai Rasulullah, aku memperoleh sebidang tanah di Khaibar, yang menurutku, aku belum pernah memperoleh tanah yang lebih baik daripadanya. Beliau bersabda : Jika engkau mau, wakafkanlah pohonnya dan sedekahkanlah hasil (buah)nya. Ibnu Umar berkata : Lalu Umar mewakafkannya dengan syarat pohonnya tidak boleh dijual, diwariskan, dan diberikan. Hasilnya disedekahkan kepada kaum fakir, kaum kerabat, para hamba sahaya, orang yang berada di jalan Allah, musafir yang kehabisan bekal, dan tamu. Pengelolanya boleh memakannya dengan sepantasnya dan memberi makan sahabat yang tidak berharta. [Muttafaq Alaihi] dan lafadznya menurut riwayat Muslim. Dalam riwayat Bukhari disebutkan, Umar menyedekahkan pohonnya dengan syarat tidak boleh dijual dan dihadiahkan, tetapi disedekahkan hasilnya.

8. Memberi hadiyah

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ ( تَهَادُوْا تَحَابُّوا رَوَاهُ اَلْبُخَارِيُّ

Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : Saling memberi hadiahlah kamu sekalian, agar kalian saling mencintai [HR Bukhari dalam kitab al-Adab al-Mufrad]

9. Membalas kebaikan

Ini adalah kebiasaan rosululloh shollallohu alaihi wasallam :

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَقْبَلُ اَلْهَدِيَّةَ , وَيُثِيبُ عَلَيْهَا

Aisyah Radliyallaahu 'anhu berkata : rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah menerima hadiah dan membalasnya [HR Bukhari]

Sesuai aturan membalas kebaikan bisa dengan materi yang serupa atau non materi seperti doa :

من سأل بالله فأعطوه، ومن استعاذ بالله فأعيذوه، ، ومن دعاكم فأجيبوه، ومن صنع إليكم معروفا فكافئوه، فإن لم تجدوا ما تكافئونه فادعوا له حتى تروا أنكم قد كافأتموه" رواه أبو داود والنسائي

Barangsiapa yang meminta dengan menyebut nama Allah, maka berilah, barangsiapa yang meminta perlindungan dengan menyebut nama Allah maka lindungilah, barangsiapa yang mengundangmu maka penuhilah undangannya, dan barangsiapa yang berbuat kebaikan kepadamu, maka balaslah kebaikan itu (dengan sebanding atau lebih baik), dan jika engkau tidak mendapatkan sesuatu untuk membalas kebaikannya, maka doakan ia, sampai engkau merasa yakin bahwa engkau telah membalas kebaikannya [HR. Abu Daud, dan Nasai]

10. Menjaga luqthoh (barang temuan)

Ketika menemukan barang maka islam memerintahkan kepada umatnya untuk menjaganya dan mengumumkannya selama satu tahun. Ia merupakan amanat. Bila datang pemiliknya harus diserahkan kepadanya. Ia bisa dimiliki si penemu manakala setelah masa satu tahun sang pemilik tidak kunjung datang.

عَنْ زَيْدِ بْنِ خَالِدٍ اَلْجُهَنِيِّ رضي الله عنه قَالَ : ( جَاءَ رَجُلٌ إِلَى اَلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَسَأَلَهُ عَنِ اللُّقَطَةِ ? فَقَالَ : اِعْرِفْ عِفَاصَهَا وَوِكَاءَهَا , ثُمَّ عَرِّفْهَا سَنَةً , فَإِنْ جَاءَ صَاحِبُهَا وَإِلَّا فَشَأْنُكَ بِهَا قَالَ : فَضَالَّةُ اَلْغَنَمِ ? قَالَ : هِيَ لَكَ , أَوْ لِأَخِيكَ , أَوْ لِلذِّئْبِ قَالَ : فَضَالَّةُ اَلْإِبِلِ ? قَالَ : مَا لَكَ وَلَهَا ? مَعَهَا سِقَاؤُهَا وَحِذَاؤُهَا , تَرِدُ اَلْمَاءَ , وَتَأْكُلُ اَلشَّجَرَ , حَتَّى يَلْقَاهَا رَبُّهَا ) مُتَّفَقٌ عَلَيْه
ِ
Zaid Ibnu Khalid al-Juhany berkata : Ada seseorang datang kepada Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menanyakan tentang barang temuan. Beliau bersabda : Perhatikan tempat dan pengikatnya, lalu umumkan selama setahun. Jika pemiliknya datang, berikanlah dan jika tidak, maka terserah engkau. Ia bertanya : Bagaimana dengan kambing yang tersesat ?. Beliau menjawab : Ia milikmu, atau milik saudaramu, atau milik serigala. Ia bertanya lagi : Bagaimana dengan unta yang tersesat ?. Beliau bersabda : Apa hubungannya denganmu ? Ia mempunyai kantong air dan sepatu, ia bisa datang ke tempat air dan memakan tetumbuhan, hingga pemiliknya menemukannya. [Muttafaq Alaihi]

Maroji’ :
Shohih Fiqh Sunnah, Syaikh Abu Malik Kamal Ibnu Sayyid Salim 2/7-8
Taudlihul Ahkam, Syaikh Abdulloh Abdurrohman Albassam 3/286
Minhajul Muslim, Syaikh Abu Bakar Jabir Aljaairi hal 341
Syarhul Mumthi’ ‘Ala Zadil Mustaqi’, Syaikh Muhammad Sholih Utsaimin 4/380
Taisirul ‘Alam Syarh Umdatul Ahkam, Syaikh Abdulloh Abdurrohman Albassam hal 392