Antara Dinar Dan Dirham


Dua mata uang standar umat islam yang sudah banyak dilupakan. Dinar keping uang terbuat dari emas, dirham terbuat dari perak. Tentu dinar memiliki nilai lebih tinggi dari dirham.

Dalam hadits, keduanya sering disebut dalam satu matan. Terkadang ditampilkan sendiri-sendiri untuk satu hikmah. Secara rinci kita sebutkan satu persatu :

1. Dinar dan dirham ditampilkan dalam satu kalimat

Dalam shohih Bukhori dari Abu Hurairah, Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :

تعس عبد الدينار، تعس عبد الدرهم، تعس عبد الحميصة، تعس عبد الخميلة، إن أعطي رضي، وإن لم يعط سخط، تعس وانتكس، وإذا شيك فلا انتقس، طوبى لعبد أخذ بعنان فرسه في سبيل الله ، أشعث رأسه، مغبرة قدماه، إن كان في الحراسة كان في الحراسة، وإن كان في الساقة كان في الساقة، إن استأذن لم يؤذن له، وإن شفع لم يشفع

Celaka hamba dinar, celaka hamba dirham, celaka hamba khomishoh, celaka hamba khomilah, jika diberi ia senang, dan jika tidak diberi ia marah, celakalah ia dan tersungkurlah ia, apabila terkena duri semoga tidak bisa mencabutnya, berbahagialah seorang hamba yang memacu kudanya (berjihad dijalan Allah), dengan kusut rambutnya, dan berdebu kedua kakinya, bila ia ditugaskan sebagai penjaga, dia setia berada di pos penjagaan, dan bila ditugaskan digaris belakang, dia akan tetap setia digaris belakang, jika ia minta izin (untuk menemui raja atau penguasa) tidak diperkenankan, dan jika bertindak sebagai pemberi syafa'at (sebagai perantara) maka tidak diterima syafaatnya (perantaraannya)

Dinar dan dirham ditampilkan dalam satu kalimat untuk membicarakan tentang “ abdu “ hal ini menunjukkan betapa cintanya orang itu terhadap dunia hingga ia terus berambisi memburu dunia dari yang bernilai tinggi (dinar) hingga yang bernilai rendah (dirham). Artinya jangankan yang mahal harganya, yang rendahpun ia kejar.

2. Dinar ditampilkan sendiri

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِي رَقَبَةٍ وَدِينَارٌ تَصَدَّقْتَ بِهِ عَلَى مِسْكِينٍ وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ أَعْظَمُهَا أَجْرًا الَّذِي أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ

Dari Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : Dinar (harta) yang kamu belanjakan di jalan Allah dan dinar (harta) yang kamu berikan kepada seorang budak wanita, dan dinar yang kamu sedekahkan kepada orang miskin serta dinar yang kamu nafkahkan kepada keluargamu. Maka yang paling besar ganjaran pahalanya adalah yang kamu nafkahkan kepada keluargamu [HR Muslim]

Pada hadits ini rosululloh shollallohu alaihi wasallam menyebut infaq yang digunakan untuk jihad, membebaskan budak, orang miskin dan keluarga. Kesemuanya dikeluarkan dengan dinar. Kenapa tidak ditampilkan dengan dirham ? Karena prinsip berinfaq adalah mengeluarkan apa yang kita sukai. Ketika kita diberi tawaran antara diberi uang dinar atau dirham, tentu kita akan memilih uang dinar karena nilainya lebih besar. Tepatlah Alloh yang berfirman :

لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ

Kalian sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kalian menginaqfkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya [ali imron : 92]

3. Dirham ditampilkan sendiri

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah bertanya kepada para sahabat : Tahukah kalian, siapakah orang yang bangkrut itu ? Para sahabat menjawab; Menurut kami, orang yang bangkrut diantara kami adalah orang yang tidak memiliki uang dan harta kekayaan. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : Sesungguhnya umatku yang bangkrut adalah orang yang pada hari kiamat datang dengan shalat, puasa, dan zakat, tetapi ia selalu mencaci-maki, menuduh, dan makan harta orang lain serta membunuh dan menyakiti orang lain. Setelah itu, pahalanya diambil untuk diberikan kepada setiap orang dari mereka hingga pahalanya habis, sementara tuntutan mereka banyak yang belum terpenuhi. Selanjutnya, sebagian dosa dari setiap orang dari mereka diambil untuk dibebankan kepada orang tersebut, hingga akhirnya ia dilemparkan ke neraka [HR Muslim]

Sebagaimana kita ketahui bahwa dirham adalah mata uang yang paling rendah. Ketika para sahabat ditanya tentang definisi muflis (orang yang bangkrut), mereka menjawab : man laa dirhama (orang yang tidak punya dirham). Artinya : jangankan dinar, dirham saja ia tidak memilikinya. Sehingga sangatlah tepat penggunaan dirham untuk menyebut si muflis.