Antara Qobil Dan Habil
Penulis tafsir Addar Almantsur menerangkan bahwa setiap Hawa mengandung pasti melahirkan dua anak, laki dan perempuan. Kelahiran pertama adalah Qobil dan seorang bayi wanita yang berparas cantik. Kelahiran kedua adalah Habil dan bayi perempuan yang tidak cantik. Sesuai aturan maka pernikahan tidak boleh terjadi antara bayi sekandung. Di sinilah letak awal kemarahan Qobil karena dia menginginkan jodohnya dari saudaranya sekandung yang cantik akan tetapi ia mendap jodoh dari saudara sekandung Habil yang tidak cantik.
Qobil yang seorang petani, sementara Habil adalah peternak. Keduanya diperintah oleh Adam untuk berkorban. Qobil mempersembahkan hasil pertanian yang buruk. Habil sang adik mempersembahkan kambing yang gemuk. Tanda diterimanya korban adalah manakala ada api turun dari langit yang membakar persembahan. Karena keikhlasan, apa yang diberikan Habil terbakar. Dan itu pertanda diterima oleh Alloh. Adapun milik Qobil tetap utuh. Untuk kedua kalinya Qobil marah hingga berniat membunuh adiknya :
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَيْ آَدَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْآَخَرِ قَالَ لَأَقْتُلَنَّكَ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ
27. Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, Maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). ia berkata (Qabil) : Aku pasti membunuhmu !. berkata Habil : Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa
Di saat mendapat ancaman, dengan tenang Habil menjawab :
لَئِنْ بَسَطْتَ إِلَيَّ يَدَكَ لِتَقْتُلَنِي مَا أَنَا بِبَاسِطٍ يَدِيَ إِلَيْكَ لِأَقْتُلَكَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ رَبَّ الْعَالَمِينَ إِنِّي أُرِيدُ أَنْ تَبُوءَ بِإِثْمِي وَإِثْمِكَ فَتَكُونَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ وَذَلِكَ جَزَاءُ الظَّالِمِينَ
28. Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam
29. Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa (membunuh)ku dan dosamu sendiri, Maka kamu akan menjadi penghuni neraka, dan yang demikian Itulah pembalasan bagi orang-orang yang zalim
Rupanya kata-kata lembut dari sang adik tidak berpengaruh bagi sang kakak. Justru dirinya semakin termotivasi untuk membunuh adiknya :
فَطَوَّعَتْ لَهُ نَفْسُهُ قَتْلَ أَخِيهِ فَقَتَلَهُ فَأَصْبَحَ مِنَ الْخَاسِرِينَ
30. Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, Maka jadilah ia seorang diantara orang-orang yang merugi.
Syaikh Abdurrohman Nashir Assa’di menerangkan makna minal khosirin (termasuk orang yang merugi) dengan menampilkan hadits :
ما من نفس تقتل إلا كان على ابن آدم الأول شطر من دمها، لأنه أول من سن القتل
Tidaklah ada jiwa yang terbunuh kecuali atas diri anak Adam (Qobil) setengah dari dosanya karena dialah yang mengajarkan pertama kali pembunuhan [HR Bukhori]
Demikianlah berhari-hari Qobil memikul jasad adiknya. Ia tidak tahu apa yang harus diperbuat hingga burung gagaklah yang memberinya pelajaran :
فَبَعَثَ اللَّهُ غُرَابًا يَبْحَثُ فِي الْأَرْضِ لِيُرِيَهُ كَيْفَ يُوَارِي سَوْأَةَ أَخِيهِ قَالَ يَا وَيْلَتَا أَعَجَزْتُ أَنْ أَكُونَ مِثْلَ هَذَا الْغُرَابِ فَأُوَارِيَ سَوْأَةَ أَخِي فَأَصْبَحَ مِنَ النَّادِمِينَ
31. Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya. berkata Qabil : Aduhai celaka Aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini ? karena itu jadilah Dia seorang diantara orang-orang yang menyesal [almaidah : 27-31]
Dari kisah di atas kita bisa mengetahui sisi perbedaan antara Qobil dan Habil :
• Qobul adalah berjiwa pelit sehingga hanya hasil bumi yang sudah buruklah yang menjadi persembahan korban. Berbeda dengan adiknya yang menyedekahkan binatang gemuk yang dilandasi oleh keikhlasan.
• Status Qobil adalah dzolim karena dialah sang pembunuh. Habil ada pada posisi madzlum (korban)
• Dalam aksinya Qobil melakukannya dengan tanpa merasa bersalah, sementara Habil berjiwa pasrah. Dalam kondisi terancam tidak tersirat untuk melawan. Oleh karena itu rosululloh shollallohu alaihi wasallam mengajari kita bila terjadi fitnah (saling bunuh antar sesama umat islam) beliau memberi nasehat :
إذا كانت الفتنة فكن خير ابني آدم
Bila terjadi fitnah maka jadilah sebaik-baik anak Adam (yaitu Habil)
• Qobil adalah anak tertua. Habil adalah berstatus adik. Seharusnya sang kakak bisa menjadi contoh sauri tauladan. Mengajari tidak baik (berjiwa pelit dan membunuh). Ini juga terjadi pada diri anak-anak Yaqub alaihissalam. Kakak-kakaknya sangat tidak pantas dijadikan panutan justru sang adik (nabi Yusuf) yang menjadi korban persekongkolan kakak-kakaknya.
• Qobil menghadap Alloh dengan membawa dosa yang terus mengalir seiring dengan peristiwa pembunuhan yang terjadi setiap harinya. Habil menghadap Alloh dengan membawa pahala kedermawanan dan tawakalnya kepada Alloh.
Maroji’ :
Addar Almantsur (maktabah syamilah) 3/364
Taisir Kalim Arrohman Fii tafsir Kalamil Mannan, Syaikh Abdurrohman Nashir assa’di (maktabah syamilah) 1/228