Antara Sa’ad bin Abi Waqosh dan Sa’ad bin Khoulah


Sudah menjadi ketetapan bahwa siapa saja di antara para sahabat yang menunaikan hijroh tidak diperkenankan untuk kembali tinggal di Mekah, apalagi meninggal di dalamnya. Oleh karena itu maka para sahabat tidak ada yang menginginkan itu terjadi pada diri mereka karena mereka meninggalkannya atas dasar cinta karena Alloh. Sebagai kesempurnaan pahala hijroh maka tidak ada satupun dari sahabat yang kembali tinggal di Mekah setelah fathu Mekah kecuali Sa’ad bin Khoulah

Lalu apa hubungan antara Sa’ad bin Abi Waqosh dan Sa’ad bin Khoulah ? Untuk lebih jelasnya mari kita simak hadits di bawah ini :

عَنْ عَامِرِ بْنِ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ عَنْ أَبِيهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعُودُنِي عَامَ حَجَّةِ الْوَدَاعِ مِنْ وَجَعٍ اشْتَدَّ بِي فَقُلْتُ إِنِّي قَدْ بَلَغَ بِي مِنْ الْوَجَعِ وَأَنَا ذُو مَالٍ وَلَا يَرِثُنِي إِلَّا ابْنَةٌ أَفَأَتَصَدَّقُ بِثُلُثَيْ مَالِي قَالَ لَا فَقُلْتُ بِالشَّطْرِ فَقَالَ لَا ثُمَّ قَالَ الثُّلُثُ وَالثُّلُثُ كَبِيرٌ أَوْ كَثِيرٌ إِنَّكَ أَنْ تَذَرَ وَرَثَتَكَ أَغْنِيَاءَ خَيْرٌ مِنْ أَنْ تَذَرَهُمْ عَالَةً يَتَكَفَّفُونَ النَّاسَ وَإِنَّكَ لَنْ تُنْفِقَ نَفَقَةً تَبْتَغِي بِهَا وَجْهَ اللَّهِ إِلَّا أُجِرْتَ بِهَا حَتَّى مَا تَجْعَلُ فِي فِي امْرَأَتِكَ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أُخَلَّفُ بَعْدَ أَصْحَابِي قَالَ إِنَّكَ لَنْ تُخَلَّفَ فَتَعْمَلَ عَمَلًا صَالِحًا إِلَّا ازْدَدْتَ بِهِ دَرَجَةً وَرِفْعَةً ثُمَّ لَعَلَّكَ أَنْ تُخَلَّفَ حَتَّى يَنْتَفِعَ بِكَ أَقْوَامٌ وَيُضَرَّ بِكَ آخَرُونَ اللَّهُمَّ أَمْضِ لِأَصْحَابِي هِجْرَتَهُمْ وَلَا تَرُدَّهُمْ عَلَى أَعْقَابِهِمْ لَكِنْ الْبَائِسُ سَعْدُ بْنُ خَوْلَةَ يَرْثِي لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ مَاتَ بِمَكَّةَ

Dari 'Amir bin Sa'ad bin Abu Waqash dari bapaknya radliallahu 'anhu berkata ; Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam pernah mengunjungiku pada hari Haji Wada' (perpisahan) saat sakitku sudah sangat parah, lalu aku berkata : Sakitku sudah sangat parah (menjelang kematianku) dan aku banyak memiliki harta sedangkan tidak ada yang akan mewarisinya kecuali anak perempuanku. Bolehkah aku menyedekahkan sepertiga dari hartaku ini ?. Beliau menjawab: Tidak boleh. Aku katakan lagi : Bagaimana kalau setengahnya ?. Beliau menjawab : Tidak boleh. Kemudian Beliau melanjutkan : Sepertiga dan sepertiga itu sudah besar atau banyak. Sesungguhnya kamu bila meninggalkan ahli warismu dalam keadaan berkecukupan (kaya) itu lebih baik dari pada kamu meninggalkan mereka serba kekurangan sehingga nantinya mereka meminta-minta kepada manusia. Dan kamu tidaklah menginfaqkan suatu nafaqah yang hanya kamu hanya niatkan mencari ridha Allah kecuali kamu pasti diberi balasan pahala atasnya bahkan sekalipun nafkah yang kamu berikan untuk mulut isterimu. Lalu aku bertanya : Wahai Rasulullah, apakah aku diberi umur panjang setelah sahabat-sahabatku ?. Beliau berkata, : Tidaklah sekali-kali engkau diberi umur panjang lalu kamu beramal shalih melainkan akan bertambah derajat dan kemuliaanmu. Dan semoga kamu diberi umur panjang sehingga orang-orang dapat mengambil manfaat dari dirimu dan juga mungkin dapat mendatangkan madharat bagi kaum yang lain. Ya Allah sempurnakanlah pahala hijrah sahabat-sahabatku dan janganlah Engkau kembalikan mereka ke belakang. Namun Sa'ad bin Khaulah membuat Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam bersedih karena dia akhirnya meninggal dunia di Makkah [HR Bukhori Muslim]

Sa’ad bin Abi Waqosh dikisahkan dalam hadits di atas dalam keadaan sakit yang menyebabkan dirinya yakin tidak lama lagi akan meninggal. Iapun ingin menghadap Alloh dengan membawa pahala sedekah sehingga meminta perkenan dari rosululloh shollallohu alaihi wasallam berderma dari sebagian besar hartanya. Lalu apa letak kesamaan dan perbedaan antara Sa’ad bin Abi Waqosh dan Sa’ad bin Khoulah ?

Keduanya memiliki kesamaan nama, berhijroh dan berjihad di medan badar. Kondisi Sa’ad bin Abi Waqosh sakit yang diyakini tidak lama lagi meninggal, justru ia hidup belasan tahun kemudian. Ia habiskan hidupnya untuk menghentikan hidup orang kafir dengan banyak penaklukkan. Sementara Sa’ad bin Khoulah yang segar bugar tiba-tiba meninggal dan itu terjadi di Mekah dan dikuburkan di sana. Begitulah takdir yang tidak bisa ditebak oleh siapapun. Dua sosok Sa’ad yang bernasib beda.

Maroji’ :

Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Atsqolani 3/201

Nuzhatul Muttaqin, Syaikh Mushthofa Albugho 1/24