Harta Dalam Pandangan Islam (74) Mencari Harta, Memburu Pahala Seorang berangkat menunaikan ibadah haji. Tas yang ia bawa, dipenuhi dengan barang dagangan berupa songkok hitam. Selesai melempar jumroh semua songkok yang ia bawa habis terjual. Pulang ke tanah air ia membawa predikat haji mabrur dan keuntungan yang tidak sedikit. Cara ini barangkali bisa anda lakukan. Alloh membolehkan jamaah haji untuk berdagang di tanah suci. Alloh berfirman : لَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ أَنْ تَبْتَغُوا فَضْلًا مِنْ رَبِّكُمْ فَإِذَا أَفَضْتُمْ مِنْ عَرَفَاتٍ فَاذْكُرُوا اللَّهَ عِنْدَ الْمَشْعَرِ الْحَرَامِ وَاذْكُرُوهُ كَمَا هَدَاكُمْ وَإِنْ كُنْتُمْ مِنْ قَبْلِهِ لَمِنَ الضَّالِّينَ Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil perniagaan) dari Robmu. Maka apabila kamu telah bertolak dari ‘Arafat, berdzikirlah kepada Allah di Masy’arilharam. Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu; dan Sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar Termasuk orang-orang yang sesat. [albaqoroh : 198] Ayat ini turun berkenaan dengan Ukadz, Majinnah dan Dzul Majaz yang merupakan pasar bagi masyarakat Quraisy di masa jahiliyyah. Mereka meramaikannya dengan berdagang pada musim haji. Setelah islam datang dan merekapun berbondong-bondong masuk islam, mereka mengira bahwa berdagang di musim haji adalah terlarang. Alloh turunkan ayat di atas untuk mengumumkan tentang pembolehan dagang di musim haji. Hal ini juga berlaku bagi para pencari ilmu. Di mana ada tabligh akbar maka berduyun-duyun manusia mendatanginya tak terkecuali para pedagang. Sambil menyimak ceramah dari luar masjid merekapun melayani para pembeli. Pulang membawa ilmu dan uang di saku hasil jerih payah berdagang. Maroji’ : Tafsir Abu Suud (maktabah syamilah) 1/264