Antara Air Dan Api


Api memiliki sifat panas sedang air berkarakter dingin kecuali bila ada api yang memanaskannya. Saat api berkobar maka akan segera padam manakala datang air. Keduanya dibutuhkan manusia. Dari keduanya pula terjadi peristiwa-peristiwa besar.

Airlah yang menenggelamkan kaum nabi Nuh saat banjir besar Alloh kirimkan. Beberapa ribu tahun kemudian giliran Firaun dan balatentaranya harus tewas oleh gulungan air laut merah. Sebaliknya dengan api, Namrudz gagal membunuh Ibrohim karena Alloh berfirman kepad api :

كُونِي بَرْدًا وَسَلَامًا عَلَى إِبْرَاهِيمَ

Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim [al anbiya’ : 69]

Di saat api dan air menyebabkan kematian seorang muslim, maka akan menempatkannya sebagai orang yang mati syahid, yaitu ketika seorang mukmin mati karena terbakar atau karena tenggelam sebagaimana yang disabdakan oleh rosululloh shollallohu alaihi wsasallam :

عَنْ جَابِرَ بْنِ عَتِيكٍ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَوْقَعَ أَجْرَهُ عَلَى قَدْرِ نِيَّتِهِ وَمَا تَعُدُّونَ الشَّهَادَةَ قَالُوا الْقَتْلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الشُّهَدَاءُ سَبْعَةٌ سِوَى الْقَتْلِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ الْمَطْعُونُ شَهِيدٌ وَالْغَرِقُ شَهِيدٌ وَصَاحِبُ ذَاتِ الْجَنْبِ شَهِيدٌ وَالْمَبْطُونُ شَهِيدٌ وَالْحَرِقُ شَهِيدٌ وَالَّذِي يَمُوتُ تَحْتَ الْهَدْمِ شَهِيدٌ وَالْمَرْأَةُ تَمُوتُ بِجُمْعٍ شَهِيدٌ

Dari Jabir bin 'Atik : Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : Syahid selain terbunuh di jalan Allah itu ada tujuh macam; yang meninggal karena penyakit tha'un maka dia syahid. Orang yang meninggal karena tenggelam maka dia syahid. Orang yang meninggal karena terkena penyakit cacar atau bisul maka dia syahid. Orang yang meninggal karena sakit perut maka dia syahid. Orang yang mati terbakar adalah syahid. Orang yang meninggal karena terkena reruntuhan, maka dia syahid. Wanita yang meninggal karena karena melahirkan maka dia adalah syahid [HR Malik]

Ketika api bisa ditaklukkan oleh air, maka demikianlah kenyataannya manakala unsur-unsur setan datang bisa ditaklukkan oleh air. Seperti selesai makan daging onta dan kondisi sedang marah. Tentang makan daging onta sebuah hadits mengatakan :

عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَ أَنَّ رَجُلاً سَأَلَ اَلنَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم أَتَوَضَّأُ مِنْ لُحُومِ اَلْغَنَمِ؟ قَالَ إِنْ شِئْتَ قَالَ أَتَوَضَّأُ مِنْ لُحُومِ اَلْإِبِلِ ؟ قَالَ نَعَمْ

Dari Jabir Ibnu Samurah Radliyallaahu 'anhu bahwa seorang laki-laki bertanya kepada Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam : Apakah aku harus berwudlu setelah makan daging kambing ؟ Beliau menjawab : Jika engkau mau Orang itu bertanya lagi : Apakah aku harus berwudlu setelah memakan daging unta ؟ Beliau menjawab : Ya [HR Muslim]

Tentang hadits di atas, Syaikh Abdulloh Abdurrohman Albassam berkata : hikmah yang paling mendekati kebenaran diperintahkannya berwudlu setelah makan daging onta adalah karena onta memiliki kekuatan setan sebagaimana yang diisyaratkan oleh nabi shollallohu alaihi wasallam “ sesungguhnya onta bagian dari setan “ [HR Ahmad no 20034]. Oleh karena itu memakannya akan mendatangkan pengaruh setan sehingga akan hilang dengan air wudlu.

Adapun marah, rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda :

إنَّ الْغَضَبَ مِنَ الشَّيْطَانَ وَإنَّ الشَّيْطَانَ خُلِقَ مِنَ النَّارِ وَإنَّمَا تُطْفِئُ النَّارُ بِالْمَاءِ فَإِذَا غَضَبَ أحَدُكُمْ فَلْيَتَوَضَّأْ

Sesungguhnya marah itu berasal dari setan, dan setan diciptakan dari api. Api itu bisa padam dengan air, bila salah seorang di antara kalian marah maka berwudlulah [HR Abu Daud, didloifkan Albani]

Maroji’ :

Taudlihul Ahkam, Syaikh Abdulloh Abdurrohman Albassam 1/223