Antara Sendal Dan Pemakainya



Sandal bagian dari pakaian. Nampak remeh tapi sangat dibutuhkan. Benda kecil ini bisa saja menaikkan pemiliknya dan merendahkannya. Identitas seseorang terkadang bisa dikenal dari sendalnya. Bagaimana itu bisa terjadi ?

Pembeda antara manusia dan setan

Rosululloh shollallohu alaihi wasallam mengajari kita cara memakai sandal yaitu dimulai dari kanan

َعَنْ عَلِيٍّ رضي الله عنه قَالَ عَنْهُ قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا اِنْتَعَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَبْدَأْ بِالْيَمِينِ, وَإِذَا نَزَعَ فَلْيَبْدَأْ بِالشِّمَالِ, وَلْتَكُنْ اَلْيُمْنَى أَوَّلَهُمَا تُنْعَلُ, وَآخِرَهُمَا تُنْزَعُ

Dari Ali Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : Apabila seseorang di antara kalian memakai sandal, hendaknya ia mendahulukan kaki kanan, dan apabila melepas, hendaknya ia mendahulukan kaki kiri, jadi kaki kananlah yang pertama kali memakai sandal dan terakhir melepaskannya [Muttafaq Alaihi]

Bila memakai sandal dimulai dengan kaki kanan baru kemudian kaki kiri, berarti rosululloh shollallohu alaihi wasallam secara tidak langsung memerintah kita untuk mengenakan dua sandal dan tidak boleh memakai sebelah sebagaimana sabdanya :

َعَنْ عَلِيٍّ رضي الله عنه قَالَ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم لَا يَمْشِ أَحَدُكُمْ فِي نَعْلٍ وَاحِدَةٍ, وَلْيُنْعِلْهُمَا جَمِيعًا, أَوْ لِيَخْلَعْهُمَا جَمِيعًا مُتَّفَقٌ عَلَيْهِمَا

Dari Ali Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : Janganlah seseorang di antara kalian berjalan dengan satu sandal, dan hendaklah ia memakai keduanya atau melepas keduanya. [Muttafaq Alaihi]

Hikmah larangan memakai sandal sebelah adalah karena itu adalah cara setan memakai sandal sebagaimana yang dituturkan ibnu Hajar Al Atsqolani.

Sandal adalah identitas seseorang

Produksi sandal terkadang merupakan ciri khas kota tertentu seperti kelom dari Tasikmalaya dan lainnya. Kelompok bimbingan haji, terkadang dikenal lewat sandal yang mereka pakai karena mereka memang menyeragamkan alas kaki. Ketika rosululloh shollallohu alaihi wasallam hendak menyampaikan wasiatnya melalui Abu Huroiroh, beliau memberikan sendalnya kepada Abu Huroiroh agar manusia yakin dan percaya atas pesan yang dibawanya :

يَا أَبَا هُرَيْرَةَ وَأَعْطَانِي نَعْلَيْهِ قَالَ اذْهَبْ بِنَعْلَيَّ هَاتَيْنِ فَمَنْ لَقِيتَ مِنْ وَرَاءِ هَذَا الْحَائِطِ يَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ مُسْتَيْقِنًا بِهَا قَلْبُهُ فَبَشِّرْهُ بِالْجَنَّةِ

Wahai Abu Hurairah, bawalah kedua sandalku ini, dan siapapun yang kau temui di balik kebun ini ia bersaksi bahwa tidak ilah (yang berhak diibadahi) selain Allah dan ia menancapkan keyakinan ini dalam hatinya, maka berilah kabar gembira kepadanya dengan aljannah [HR Bukhori Muslim]

Sandal membawa doa yang buruk bagi pemiliknya

Barangkali kita pernah kehilangan sandal di masjid. Lalu membikin kegaduhan di dalamnya dengan menyampaikannya kepada khalayak yang ada tentang alas kaki yang hilang. Nabi shollallohu alaihi wasallam melarang perbuatan itu :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم مَنْ سَمِعَ رَجُلاً يَنْشُدُ ضَالَّةً فِي اَلْمَسْجِدِ فَلْيَقُلْ : لَا رَدَّهَا اَللَّهُ عَلَيْكَ فَإِنَّ اَلْمَسَاجِدَ لَمْ تُبْنَ لِهَذَا رَوَاهُ مُسْلِم

Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : Barangsiapa yang mendengar ada seseorang yang mencari barang hilang di masjid hendaknya mengatakan : semoga Allah tidak mengembalikannya kepadamu karena sesungguhnya masjid itu tidak dibangun untuk hal demikian Riwayat [HR Muslim, Abu Daud dan Ibnu Majah]

Syaikh Abdulloh Abdurrohman Albassam menerangkan hadits di atas bahwa doa “ semoga Alloh tidak mengembalikannya padamu “ diucapkan dengan keras. Doa ini ditujukan kepada orang yang mengumumkan berita kehilangan di masjid baik hewan, bawaan, uang termsuk sandal. Beliau juga menerangkan bahwa mengumumkan berita kehilangan di masjid telah mengurangi keagungan masjid karena masjid adalah tempat untuk sholat, dzikir, tilawatul quran, berdiskusi untuk hal-hal positif dan lainnya.

Sandal pembeda antara umat islam dengan yahudi

عَنْ شَدَّاد بن أوس قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : خَالِفُوْا الْيَهُوْدَ فَإِنَّهُمْ يُصَلُّوْنَ فِى نِعَالِهِمْ وَلاَ خِفَافِفِمْ

Dari Syaddad bin Aus : bersabda rosululloh shollallohu alaihi wasallam : bersikaplah berbeda dengan yahudi karena mereka tidak biasa sholat dengan sandal dan khuf mereka [HR Abu Daud]

Ibnu Taimiyyah mencantumkan hadits di atas dalam kitabnya di bab mukholafatul kuffar maqsudatun lisy syari’ (menyelisihi orang kafir adalah yang diinginkan oleh Alloh Pembuat syariat)

Sandal menurunkan derajat pemakaianya

Apa jadinya bila orang memakai sandal dengan berdiri. Sendal yang dimaksud adalah sandal yang bertali (sepatu sandal yang sering kita lihat) sehingga akan nyaman bila memasangnya di kaki sambil duduk. Bila sebaliknya, terkadang orang yang bersangkutan akan berdiri bergoyang-goyang yang tentu tak jarang akan terjatuh dan itu akan mengurangi kewibawaan. Inilah petunjuk rosululloh shollallohu alaihi wasallam :

عَنْ جَابِرٍ قَالَ نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَنْتَعِلَ الرَّجُلُ قَائِمًا

Dari Jabir ia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melarang seorang mengenakan sandal sambil berdiri [HR Abu Daud dan Ibnu Majah]

Penulis aunul ma’bud berkata : pemakaian sandal dengan duduk karena dengan cara itu lebih mudah. Bila berdiri terkadang akan membuatnya jatuh.

Sandal membikin sholat tidak khusyu

Sandal seharga setengah juta dibeli. Dipakai untuk pergi ke masjid lalu diletakkan di luar. Saat sholat ditunaikan, mana yang lebih dominan : khusyu mengingat Alloh atau pikiran tegang tertuju kepada sandal ? Tidak aneh bila nasehat mengatakan : jika ingin menjaga hubungan dengan Alloh maka janganlah berlebih-lebihan dalam urusan dunia.

Pertemuan sandal dengan pemiliknya di dalam aljannah

Inilah yang dialami Bilal bin Robah :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِبِلَالٍ عِنْدَ صَلَاةِ الْفَجْرِ يَا بِلَالُ حَدِّثْنِي بِأَرْجَى عَمَلٍ عَمِلْتَهُ فِي الْإِسْلَامِ فَإِنِّي سَمِعْتُ دَفَّ نَعْلَيْكَ بَيْنَ يَدَيَّ فِي الْجَنَّةِ قَالَ مَا عَمِلْتُ عَمَلًا أَرْجَى عِنْدِي أَنِّي لَمْ أَتَطَهَّرْ طَهُورًا فِي سَاعَةِ لَيْلٍ أَوْ نَهَارٍ إِلَّا صَلَّيْتُ بِذَلِكَ الطُّهُورِ مَا كُتِبَ لِي أَنْ أُصَلِّيَ

Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata, kepada Bilal radliallahu 'anhu ketika shalat Fajar (Shubuh) : Wahai Bilal, ceritakan kepadaku amal yang paling utama yang sudah kamu amalkan dalam Islam, sebab aku mendengar di hadapanku suara sandalmu di dalam aljannah. Bilal berkat; Tidak ada amal yang utama yang aku sudah amalkan kecuali bahwa jika aku bersuci (berwudhu') pada suatu kesempatan malam ataupun siang melainkan aku selalu shalat dengan wudhu' tersebut disamping shalat wajib [HR Bukhori Muslim]

Maroji’ :

Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Atsqolani 10/362

Taudlihul Ahkam, Syaikh Abdulloh Abdurrohman Albassam 1/480

Iqtidlo shirotil mustaqim, ibnu Taimiyyah hal 57

Aunul Ma’bud, Abu Thoyyib Muhammad Syamsul Haq Al “dzim Abadi 7/235