Hukum Meninggalkan Jihad

Jihad adalah dzarwatu sanamil islam (puncak menara tertinggi dalam islam). Dalam diri setiap muslim hanya ada satu di antara dua pilihan : jihad atau terdetik ada cita-cita untuk terjun ke medan jihad :
مَنْ ماَتَ وَلَمْ يَغْزُ وَلَمْ يُحَدِّثْ بِهِ نَفْسه ماَتَ عَلَى شُعْبَةٍ مِنَ النِّفاَقِ
Barangsiapa mati belum berperang atau terdetik ingin perang maka mati dalam keadaan munafiq [HR Muslim]
Meninggalkan jihad fatal akibatnya. Rosululloh shollallohu alaihi wasallam mengingatkan :
عَنِ اِبْنِ عُمَرَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِينَةِ وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ اَلْبَقَرِ, وَرَضِيتُمْ بِالزَّرْعِ وَتَرَكْتُمْ اَلْجِهَادَ سَلَّطَ اَللَّهُ عَلَيْكُمْ ذُلًّا لَا يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوا إِلَى دِينِكُمْ
Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Jika engkau sekalian berjual-beli dengan 'inah (hanya sekedar mengejar keuntungan materi belaka), selalu membuntuti ekor-ekor sapi, hanya puas menunggui tanaman, dan meninggalkan jihad maka Allah akan meliputi dirimu dengan suatu kehinaan yang tidak akan dicabut sebelum kamu kembali kepada din kalian  [HR Ahmad dan Abu Daud]
Syaikh Abdulloh Abdurrohman Albassam berkata : umat islam bila sibuk dengan pertanian dan mengumpulkan harta  lalu merasa puas dengannya yang akibatnya melupakan jihad fisabilillah maka Alloh akan membalas mereka dengan kehinaan dan kenistaan di hadapan musuh-musuh mereka yang selanjutnya menjadi bangsa yang terjajah.
Maroji’ :
Taidlihul Ahkam, Syaikh Abdulloh Abdurrohman Albassam 3/216