Sulit Karena Terbiasa Hidup Mudah

Fiqih Mudah (25)
Orang yang terbiasa berada di ruangan berAC, tentu akan resah manakala pendingin ruangan mati atau rusak. Orang kaya ibukota akan kelimpungan saat pembantunya mudik lebaran. Karena selama ini kebersihan rumah, pakaian dan alat-alat dapur dikerjakan mereka. Pejabat akan sok, ketika jabatan sudah diletakkan. Ketika masih menjadi petinggi, ia pergi dengan pengawalan sehingga kemanapun ia pergi semua pemakai jalan akan memberi kelonggaran bagi dirinya. Dengan suara sirine, mobil yang ia kendarai ia akan melenggang dengan lancar. Tapi kini, ia sudah bukan apa-apa lagi. Kemacetan harus ia terima setiap harinya.
Demikianlah orang akan tersiksa manakala sudah terbiasa dimanja dengan kemudahan. Apa jadinya orang yang harus naik kereta ekonomi padahal terbiasa naik kereta argo. Apa yang anda bayangkan ketika orang yang biasa naik mobil pribadi, tiba-tiba harus naik angkot. Sungguh akan sengsara bila kita berkendaraan mobil mewah semisal land cruiser lalu harus berpindah ke mobil carry. Sungguh malang ketika memiliki jabatan, tak disangka terkena sandal korupsi dan harus mendekam di penjara.
Tapi itu tidak terjadi pada diri rosululloh shollallohu alaihi wasallam dan para sahabat. Setelah mereka memeluk islam, keadaan mereka berubah. Dimusuhi, diboikot dan diusir hingga mereka harus berhijroh ke Madinah. Semuanya dihadapi dengan penuh kesabaran karena mengharap ridlo Alloh. Ada di antara mereka yang memakan dedaunan sehingga kotoran mereka seperti kotoran kambing sebagaimana yang diungkapkan oleh Sa’ad bin Abi Waqosh :
عَنْ سَعْد رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ إِنِّي لَأَوَّلُ الْعَرَبِ رَمَى بِسَهْمٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَكُنَّا نَغْزُو مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَا لَنَا طَعَامٌ إِلَّا وَرَقُ الشَّجَرِ حَتَّى إِنَّ أَحَدَنَا لَيَضَعُ كَمَا تَضَعُ الشَّاةُ مَا لَهُ خِلْطٌ
Dari Sa'ad radliallahu 'anhu berkata ; Sungguh aku adalah orang Arab yang pertama kali melepaskan anak panah di jalan Allah. Kami pernah berperang bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang ketika itu kami tidak memiliki makanan kecuali dedaunan pohon, hingga seorang diantara kami buang air besar bagaikan kambing buang air besar. Kotoran kami tak ada campurannya apa-apa sehingga nampak kering  [muttafaq alaih]
Ada yang menjadi miskin bahkan dibawa miskinnya hingga kematian. Sebagai bukti apa yang dialami oleh Mush’ab bin Umair. Kain kafan yang membnungkus tubuhnya kurang sehingga bila kepala ditutup maka kaki akan terlihat. Demikian juga sebaliknya sebagaimana yang dituturkan oleh Khobbab :
عَنْ خَبَّاب رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ هَاجَرْنَا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَلْتَمِسُ وَجْهَ اللَّهِ فَوَقَعَ أَجْرُنَا عَلَى اللَّهِ فَمِنَّا مَنْ مَاتَ لَمْ يَأْكُلْ مِنْ أَجْرِهِ شَيْئًا مِنْهُمْ مُصْعَبُ بْنُ عُمَيْرٍ وَمِنَّا مَنْ أَيْنَعَتْ لَهُ ثَمَرَتُهُ فَهُوَ يَهْدِبُهَا قُتِلَ يَوْمَ أُحُدٍ فَلَمْ نَجِدْ مَا نُكَفِّنُهُ إِلَّا بُرْدَةً إِذَا غَطَّيْنَا بِهَا رَأْسَهُ خَرَجَتْ رِجْلَاهُ وَإِذَا غَطَّيْنَا رِجْلَيْهِ خَرَجَ رَأْسُهُ فَأَمَرَنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ نُغَطِّيَ رَأْسَهُ وَأَنْ نَجْعَلَ عَلَى رِجْلَيْهِ مِنْ الْإِذْخِرِ
Dari Khabab radliallahu 'anhu berkata ; Kami berhijrah bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dengan hanya mengharapkan ridha Allah dan kami telah mendapatkan pahala di sisi Allah. Lalu diantara kami ada yang meninggal lebih dahulu sebelum menikmati pahalanya sedikitpun (di dunia ini), diantaranya adalah Mus'ab bin Umair. Dan diantara kami ada yang buah (perjuangannya) sudah masak lalu dia memetiknya dengan terbunuh sebagai syahid di medan Perang Uhud namun kami tidak mendapatkan kain untuk mengafaninya kecuali burdah (kain bergaris) yang kain tersebut bila kami gunakan untuk menutup kepalanya, kakinya terbuka dan bila kakinya yang hendak kami tutup kepalanyalah yang terbuka. Maka kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan kami untuk menutup kepalanya dengan kain tersebut sedangkan kakinya kami tutup dengan dedaunan  [HR Bukhori, Ahmad dan Nasa’i]