Fiqih Mudah (31)
Alloh sangat mencintai hambaNya yang memiliki iman di mana dan kapan saja. Dalam kondisi lapang maupun sempit, ingatannya terhadap Alloh tak pernah lepas. Dalam kondisi kaya maupun miskin, sehat maupun sakit, sibuk maupun luang, demikian seterusnya.
Ketika rosululloh shollallohu alaihi wasallam mengajak berinfaq, para sahabat segera menyambutnya. Orang kaya dan miskin datang dengan harta yang mereka miliki. Si miskin membawa sedikit, sementara si kaya menyerahkan jumlah harta yang besar. Rupanya apa yang mereka lakukan mengundang olok-olok dari kaum munafiqin. Kepada orang kaya yang berderma dengan banyak harta mereka komentari dengan “ Riya “ Sementara si miskin yang membawa sedikit harta mereka ejek dengan “ Alloh tidak membutuhkan apa yang kamu infaqkan ”
Rupanya Alloh tidak ridlo dengan ucapan mereka. Kepada si lapang dan si sempit harta, Alloh firmankan :
الَّذِينَ يَلْمِزُونَ الْمُطَّوِّعِينَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ فِي الصَّدَقَاتِ وَالَّذِينَ لَا يَجِدُونَ إِلَّا جُهْدَهُمْ فَيَسْخَرُونَ مِنْهُمْ سَخِرَ اللَّهُ مِنْهُمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
(orang-orang munafik itu) Yaitu orang-orang yang mencela orang-orang mukmin yang memberi sedekah dengan sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak memperoleh (untuk disedekahkan) selain sekedar kesanggupannya, Maka orang-orang munafik itu menghina mereka. Allah akan membalas penghinaan mereka itu, dan untuk mereka azab yang pedih [attaubah : 79]
Kenapa si kaya dan si miskin berderma ? Karena perintah infaq berlaku bagi keduanya. Alloh berfirman :
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
(yaitu) orang-orang yang menginfakkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan [ali imron : 134]
Demikianlah, para sahabat tidak berhenti beramal dalam semua kondisi. Ketika perang berkobar, Alloh mengajak mereka berangkat dalam kondisi ringan atau berat :
انْفِرُوا خِفَافًا وَثِقَالًا وَجَاهِدُوا بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
Berangkatlah kamu baik dalam Keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui [attaubah : 41]
Penulis tafsir Almuyassar menafsirkan kata khifaafan (ringan) dan tsiqolan (berat) dengan makna : saat muda atau tua dan saat sulit atau mudah.
Setiap perintah manakala dilaksanakan maka akan mendapat imbalan yang setimpal dari Alloh. Di sinilah rosululloh shollallohu alaihi wasallam memotifasi para sahabat dengan sabdanya :
احْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ أَمَامَكَ، تَعَرَّفْ إِلَى اللهِ فِي الرَّخَاءِ يَعْرِفْكَ فِي الشِّدَّةِ، وَاعْلَمْ أَنَّ مَا أَخْطَأَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيْبَكَ، وَمَا أَصَابَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ، وَاعْلَمْ أَنَّ النَّصْرَ مَعَ الصَّبْرِ، وَأَنَّ الْفَرَجَ مَعَ الْكَرْبِ وَأَنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراً
Jagalah Allah, niscaya engkau akan mendapatkan-Nya didepanmu. Kenalilah Allah di waktu senggang niscaya Dia akan mengenalmu di waktu susah. Ketahuilah bahwa apa yang ditetapkan luput darimu tidaklah akan menimpamu dan apa yang ditetapkan akan menimpamu tidak akan luput darimu, ketahuilah bahwa kemenangan bersama kesabaran dan kemudahan bersama kesulitan dan kesulitan bersama kemudahan [HR Tirmidzi]
Syaikh Muhammad Sholih Utsaimin berkata tentang hadits di atas : Sesungguhnya manusia bila mengenal Alloh dengan mentaatinya saat sehat dan senang maka Alloh akan memperhatikannya di saat dirinya berada dalam kesulitan dengan memberi kelembutan, pertolongan dan menghilangkan kesulitannya.
Maroji’ :
Tafsir Almuyassar (maktabah syamilah)
Syarh Arbain Annawawiyyah, Syaikh Muhammad Sholih Utsaimin hal 145