Baitul Ankabut (Rumah Laba-Laba)

Albait Dalam Alquran (46)
مَثَلُ الَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْلِيَاءَ كَمَثَلِ الْعَنْكَبُوتِ اتَّخَذَتْ بَيْتًا وَإِنَّ أَوْهَنَ الْبُيُوتِ لَبَيْتُ الْعَنْكَبُوتِ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. dan Sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui  [al ankabut : 41]
Ditinjau dari segi rajutan, maka sarang laba-laba adalah sesuatu yang menakjubkan. Susunannya rapi, tipis, akan tetapi dengan mudah serangga yang lebih besar dari laba-laba akan terjerat dan tidak bergerak sehingga dengan mudah si pemilik akan memangsanya.
Ayat di atas menganalisa sarang laba-laba dari tinjauan rumah. Rumah akan nyaman sebagai tempat tinggal manakala ada atap yang memayungi penghuninya dari hujan dan sinar matahari. Iapun harus memiliki tiang sebagai penyangga atap dan dinding yang menutupi aurot orang yang tinggal di dalamnya. Disamping itu, dinding juga merupakan pelindung dari marabahaya. Angin, pencuri, binatang buas dan lainnya.
Rupanya ketiga komponen ini tidak ada pada sarang laba-laba. Mungkinkah kita hidup nyaman di dalam rumah yang berbentuk sarang laba-laba ? Itulah perumpaan orang-orang yang menyandarkan hidupnya pada sesembahan selain Alloh yang tidak bisa mendatangkan manfaat, tidak pula madlorot.
Ketika sarang laba-laba dinilai oleh Alloh sebagai rumah yang paling rapuh, ternyata kehidupan keluarga laba-laba juga demikian. Tidak ada persaudaraan, tidak pula ada kecintaan. Yang ada hanya kegersangan. Hal ini bisa dilihat pada hubungan sex antar mereka. Laba-laba betina yang berkuasa di sarangnya, memiliki tubuh lebih besar dari pejantan. Si betina memancing pejantan untuk memasuki sarangnya. Setelah itu terjadilah hubungan badan. Peristiwa selanjutnya adalah si betina akan memangsa si pejantan hingga mati.
Lain halnya dengan tauhid, Alloh perumpamakan dengan ikatan yang kokoh yang tidak lepas. Alloh berfirman :
فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لَا انْفِصَامَ
Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus [albaqoroh : 256]
Maroji’ :
Albuyut Fil Quranil Kariim, Sa’dun Jum’ah Hamadi Alhalbusi hal 384