Albait Dalam Alquran (42)
ياأَيُّهَا النَّبِيُّ إِذَا طَلَّقْتُمُ النِّسَاءَ فَطَلِّقُوهُنَّ لِعِدَّتِهِنَّ وَأَحْصُوا الْعِدَّةَ وَاتَّقُوا اللَّهَ رَبَّكُمْ لَا تُخْرِجُوهُنَّ مِنْ بُيُوتِهِنَّ وَلَا يَخْرُجْنَ إِلَّا أَنْ يَأْتِينَ بِفَاحِشَةٍ مُبَيِّنَةٍ وَتِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ وَمَنْ يَتَعَدَّ حُدُودَ اللَّهِ فَقَدْ ظَلَمَ نَفْسَهُ لَا تَدْرِي لَعَلَّ اللَّهَ يُحْدِثُ بَعْدَ ذَلِكَ أَمْرًا
Hai Nabi, apabila kamu menceraikan isteri-isterimu Maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang wajar) dan hitunglah waktu iddah itu serta bertakwalah kepada Allah Tuhanmu. janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah mereka dan janganlah mereka (diizinkan) ke luar kecuali mereka mengerjakan perbuatan keji yang terang. Itulah hukum-hukum Allah, Maka Sesungguhnya Dia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. kamu tidak mengetahui barangkali Allah Mengadakan sesudah itu sesuatu hal yang baru [ath tholaq : 1]
Ayat di atas menerangkan bahwa wanita yang ditalaq, selama masa iddah tidak diperkenankan untuk keluar dari baitul iddah, tidak pula dikeluarkan atau diusir. Akan tetapi terkadang, kondisi tertentu memaksa si wanita keluar darinya.
Saat Umar terbunuh, Ali mengambil Ummu Kultsum, istri Umar yang tidak lain adalah puteri Ali. Aisyah mengambil adiknya, Ummu Kultsum binti Abu Bakar saat suaminya, Tholhah terbunuh. Demikian juga rosululloh shollallohu alaihi wasallam memperkenankan bibinya keluar rumah untuk memetik kurma sebagaimana tersebut dalam sebuah hadits :
عَنْ جَابِرٍ رضي الله عنه قَالَ طُلِّقَتْ خَالَتِي, فَأَرَادَتْ أَنْ تَجُدَّ نَخْلَهَا فَزَجَرَهَا رَجُلٌ أَنْ تَخْرُجَ, فَأَتَتْ اَلنَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ: بَلْ جُدِّي نَخْلَكِ, فَإِنَّكَ عَسَى أَنْ تَصَدَّقِي, أَوْ تَفْعَلِي مَعْرُوفًا رَوَاهُ مُسْلِمٌ
Jabir Radliyallaahu 'anhu berkata : Saudara perempuan ibuku telah cerai dan ia ingin memetik kurmanya, namun ada seseorang melarangnya keluar rumah. Lalu ia menemui Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan beliau bersabda : Boleh, potonglah kurmamu, sebab engkau mungkin bisa bersedekah atau berbuat kebaikan dengan kurma itu [HR Muslim]
Para ulama menyimpulkan dalam kondisi darurat atau keperluan mendesak maka berhak bagi wanita untuk keluar dari baitul iddah.
Maroji’ :
Albuyut Fil Quranil Kariim, Sa’dun Jum’ah Hamadi Alhalbusi hal 261-262