(aljaza’ min jinsil ‘amal, bukan hukum karma)
Orang beriman selalu menyesuaikan amal perbuatan dengan kesudahannya di akhirat. Perintah Alloh dilaksanakan, laranganNya dijauhi. Di saat mendengar suatu ibadah yang memberikan jaminan pahala tertentu, ia bersegera melaksanakannya. Ia anggap kecil dunia, manakala dirinya mendengar indahnya aljannah beserta isinya. Rindu ingin melihat wajah Alloh, ketika mendengar ayat tentang pertemuan langsung antara ahlul jannah dengan Alloh Subhaanahu Wata’ala. Semua itu memotifasinya untuk semakin mendekatkan diri kepada Alloh sedekat-dekatnya.
Sikap ini akan berbalas. Alloh mencintai dan meridloinya dan di akhirat akan Alloh berikan semua angan-angan dan keinginannya (semoga kita menjadi bagian di dalamnya, aamiin)
Berbeda dengan orang kafir. Perintah Alloh diabaikan, laranganNya diterjang. Janji-janji Alloh disikapi dengan cemoohan. Akhirnya saat sakarotul maut tiba, Alloh perlihatkan balasan yang akan diterima selepas kematian. Hal itulah yang menyebabkan mereka enggan bertemu dengan Alloh karenanya Allohpun enggan bertemu dengannya. Untuk inilah rosululloh shollallohu alaihi wasallam mengingatkan kita :
عن عائشة رَضِيَ اللَّهُ عَنْها قالت قال رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم من أحب لقاء اللَّه أحب اللَّه لقاءه، ومن كره لقاء اللَّه كره اللَّه لقاءه فقلت يا رَسُول اللَّهِ أكراهية الموت فكلنا يكره الموت ؟ قال ليس كذلك، ولكن المؤمن إذا بشر برحمة اللَّه ورضوانه وجنته أحب لقاء اللَّه فأحب اللَّه لقاءه، وإن الكافر إذا بشر بعذاب اللَّه وسخطه كره لقاء اللَّه وكره اللَّه لقاءه
Dari Aisyah rodliyallohu anha : Bersabda rosululloh shollallohu alaihi wasallam : Barangsiapa yang menginginkan perjumpaan dengan Alloh maka Alloh juga menginginkan perjumpaan dengannya. Barangsiapa yang tidak menginginkan perjumpaan dengan Alloh maka Alloh juga tidak menginginkan perjumpaan dengannya. Aku berkata : Ya rosululloh, apakah yang dimaksud dengan rasa takut kepada kematian, padahal kami semuanya takut mati ? Beliau bersabda : Bukan itu yang aku maksud, akan tetapi seorang mukmin bila diberi kabar gembira dengan rahmat Alloh dan Keridloan dan jannahNya maka ia menginginkan perjumpaan dengan Alloh sehingga Allohpun menginginkan perjumpaan dengannya. Adapun orang kafir bila diberi kabar gembira berupa adzab Alloh dan kemurkaanNya, ia tidak menyukai perjumpaan dengan Alloh sehingga Allohpun tidak menginginkan perjumpaan dengannya [HR Muslim]
Maroji’ :
Syarh Shohih Muslim, Imam Nawawi 17/14