Tabbat Yadaa Dan Tabban Laka

(aljaza’ min jinsil ‘amal, bukan hukum karma)
Dalam kitab Nurul Yaqin disebut sebuah riwayat ketika rosululloh shollallohu alaihi wasallam memulai dakwahnya dengan terang-terangan setelah sebelumnya beliau lakukan dengan sembunyi-sembunyi. Beliau naik ke bukit Shofa seraya memanggil manusia untuk berkumpul. Setelah manusia datang dan di dalamnya terdapat Abu Lahab, beliau bersabda : Apa pendapat kalian, bila ada serombongan pasukan berkuda di balik lembah yang akan menyerang kalian ? Apakah kalian mempercayaiku ?. Mereka menjawab : Ya, kami tidak pernah mendapatkan dirimu sebagai pembohong. Lalu beliau bersabda : Sesungguhnya aku memperingatkan kalian akan adzab yang pedih !
Demi mendapat petuah beliau, Abu Lahab dengan nada marah berkata “ Tabban Laka (celakalah dirimu) Alihadzaa jama’tanaa (Untuk inikah engkau mengumpulkan kami ?) Hardikan Abu lahab dibalas setimpal oleh Alloh dengan “ Tabbat yadaa abii lahab watabba (celakalah kedua tangan Abu Lahab dan Sesungguhnya Dia akan binasa “. Doa celaka dari Abu Lahab buat kemenakannya, berbalas dengan kepastian celaka dari Alloh buat dirinya. Tabban (doa celaka) dibalas dengan tabbat (doa celaka) pula.
Yang menarik dari turunnya surat allahab adalah penyebutan Abu Lahab pada ayat. Nama asli dari paman beliau ini adalah Abdul Uzza (Hamba Uzza, salah satu nama patung sesembahan penduduk Mekah). Kenapa Alloh tidak menyebut dalam ayat dengan menampilkan nama asli, justru kun-yah (julukan, gelar) yang disebut ?
Imam Alqurthubi menerangkan bahwa hikmahnya ada empat :
1.       Uzza adalah nama patung, maka Abdul Uzza bermakna hamba patung. Alloh tidak menginginkan ubudiyyah kepada selainNya tercantum dalam alquran sehingga ditampilkanlah penyebutan Abu lahab (bapak yang bersinar atau menyala) bukan Abdul Uzza.
2.       Kun-yah Abu Lahab lebih masyhur dari nama aslinya Abdul Uzza.
3.       Nama asli memiliki nilai lebih agung daripada kun-yah (gelar, sebutan). Oleh karena itu Alloh menyingkirkan yang lebih mulia dengan menyebut kun-yahnya. Alloh selalu disebut nama aslinya dan tidak pernah Alloh disebut dengan penyebutan kun-yah. Demikian juga para nabi yang selalu dipanggil oleh Alloh dengan nama asli mereka.
4.       Abu Lahab memiliki makna (sinar atau api yang menyala). Penyebutan Abu Lahab sesuai dengan kesudahannya yaitu api neraka yang menyala.
Maroji’ :
Nurul Yaqin fisirothi Sayyidir Mursalin, Syaikh Muhammad Alhadlori Bik hal 36
Tafsir Aljami’ Li Ahkamil Quran, Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad Al Anshori 20/218-219