Asas Praduga Tidak Bersalah

(Islam Mengatur Urusan Dunia)
عَنْ أبِى هُرَيْرَةَ رضى الله عنه أنَّهُ قَالَ أتَى رَجُلٌ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ رسول الله صلّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّم وَهُوَ فِى الْمَسْجِدِ فَنَادَاهُ فَقَالَ يَا رسول الله إنِّى زَنَيْتُ فَأعْرَضَ عَنْهُ فَتَنَحَّى تِلْقَاءَ وَجْهِهِ فَقَالَ يَا رسول الله إنِّى زَنَيْتُ فَأعْرَضَ عَنْهُ حَتَّى ثَنَّى ذَالِكَ عَلَيْهِ أرْبَعَ مَرَّاتٍ فَلَمَّا شَهِدَ عَلَي نَفْسِهِ أرْبَعَ شَهَادَاتٍ دَعَاهُ رسول الله صلى الله عليه وسلم فَقَالَ أبِكَ جُنُوْنٌ قَالَ لاَ قَالَ  فَهَلْ أحْصَنْتَ قَالَ نَعَمْ فَقَالَ رسول الله صلى الله عليه وسلم إذْهَبُوْا بِهِ فَارْجُمُوْهُ
Dari Abu Huroiroh rodliyallohu anhu berkata : Seorang laki-laki di antara kaum muslimin datang menghadap rosululloh shollallohu alaihi wasallam saat beliau berada di masjid. Orang itu memanggil : Ya rosululloh, Aku telah berzina. Nabi berpaling darinya. Orang itu lantas bergeser ke hadapan muka beliau seraya berkata : Ya rosululloh, saya telah berzina. Beliau kembali berpaling, dan orang itu mengulanginya hingga empat kali. Ketika orang itu bersaksi empat kali maka beliau bertanya : Apakah engkau gila ? Ia menjawab : Tidak. Beliau bertanya lagi : Apakah engkau telah menikah ? Ia menjawab : Ya. Beliau bersabda : Bawalah orang ini dan rajamlah  [HR Bukhori Muslim]
عَنْ أَبِي أُمَيَّةَ الْمَخْزُومِيِّ رضي الله عنه قَالَ  أُتِِيَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم بِلِصٍّ قَدِ اعْتَرَفَ اعْتِرَافًا وَلَمْ يُوجَدْ مَعَهُ مَتَاعٌ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم مَا إِخَالَكَ سَرَقْتَ قَالَ: بَلَى، فَأَعَادَ عَلَيْهِ مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلَاثًا، فَأَمَرَ بِهِ فَقُطِعَ وَجِيءَ بِهِ فَقَالَ اسْتَغْفِرِ اللَّهَ وَتُبْ إِلَيْهِ، فَقَالَ: أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ فَقَالَ اللَّهُمَّ تُبْ عَلَيْهِ ثَلَاثًا 
Abu Umayyah al-Mahzumy Radliyallaahu 'anhu berkata : Dihadapkan kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam seorang pencuri yang telah benar-benar mengaku, namun dia tidak membawa barang curiannya. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : Aku tidak mengira engkau mencuri. Ia berkata : Benar (aku telah mencuri). Beliau mengulanginya dua atau tiga kali. Lalu beliau memerintahkan untuk dihukum dan dipotonglah tangannya. Kemudian orang tersebut dihadapkan kepada beliau dan beliau bersabda : Mintalah ampun kepada Allah dan bertaubatlah kepada-Nya. Ia berkata: Aku mohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya. Lalu beliau bersabda : Ya Allah, berilah taubat kepadanya  tiga kali    [HR Abu Dawud, Ahmad dan Nasa'i]
Dua hadits di atas menunjukkan betapa rosululloh shollallohu alaihi wasallam tidak mudah begitu saja percaya atas pengakuan para sahabat terhadap perbuatan dosa yang mereka lakukan, padahal yang menyampaikan perbuatan itu adalah pelakunya sendiri. Lalu bagaimana bila yang menyampaikan orang lain. Sehingga slogan “ Asas Praduga Tak Bersalah “ yang didengungkan di kehakiman, sesungguhnya sudah di ajarkan sejak lama oleh islam.
Sungguh satu kekeliruan besar yang dilakukan para penegak hukum yang melakukan penyiksaan kepada tertuduh dengan target pengakuan yang dipaksakan. Oleh karena itu, nabi shollallohu alaihi wasallam mengingatkan :
لا تحلفوا بآبائكم، من حلف بالله فليصدق, ومن حلف له بالله فليرض، ومن لم يرض فليس من الله    
Janganlah kalian bersumpah dengan nama nenek moyang kalian ! Barangsiapa yang bersumpah dengan nama Allah, maka hendaknya ia jujur, dan barangsiapa yang diberi sumpah dengan nama Allah maka hendaklah ia rela (menerimanya), barangsiapa yang tidak rela menerima sumpah tersebut maka lepaslah ia dari Allah [HR Ibnu Majah]
Maksud hadits ini adalah nasehat kepada para penyidik bahwa tertuduh, bila sudah berani bersumpah dengan menyebut nama Alloh maka wajib diterima. Bila penyidik menolak sumpah itu lalu terus memaksa dengan berbagai cara agar si tertuduh mengaku sesuai paksaannya maka Alloh berlepas diri darinya.
Syaikh Andurrohman Hasan Alu Syaikh berkata : termasuk bagian dari hak muslim atas muslim lainnya adalah menerimanya bila dirinya bersumpah sebagai cara meminta uzur (alasan) atau berlepas diri dari tuduhan.
Maroji’ :
Fathul Majid, yaikh Abdurrohman Hasan Alu Syaikh hal 351