(kontrofersi 2)
Menurut data statistik, angka kemiskinan adalah tinggi. Menurut islam, angka kekayaanlah yang tinggi jumlahnya. Hal ini bisa kita ketahui dari tanya jawab antara seseorang dengan Abdulloh bin Amru bin Ash :
ألَكَ امْرَأةٌ تَأْوِى إلَيْهَا قَالَ نَعَمْ قَالَ ألَكَ مَسْكَنٌ تَسْكُنُهُ قَالَ نَعَمْ قَالَ فَأَنْتَ مِنَ الأَغْنِيَاءِ قَالَ إنَّ لِى خَادِمًا قَالَ فَأنْتَ مِنَ الْمُلُوْكِ
Bukankah kita termasuk kaum faqir dari Muhajirin ? Abdulloh berkata : Apakah engkau punya istri yang engkau bisa tinggal bersamanya ? Orang itu menjawab : Benar. Abdulloh bertanya lagi : Bukankah engkau memiliki rumah sebagai tempat tinggal ? Ia menjawab : Benar. Abdulloh berkata : Kalau begitu engkau adalah orang kaya. Ia berkata lagi : Aku punya pembantu. Abdulloh berkata : jika demikian, engkau adalah raja.
Hasan Albashri berkata :
هَلِ الْمُلْكُ إلاَّ مَرْكَبٌ وَخَادِمٌ وَدَارٌ
Bukankah seseorang layak disebut raja bila memiliki kendaraan, pembantu dan rumah ?
Dengan riwayat di atas, kita mengetahui bahwa betapa banyaknya orang kaya dan betapa banyak pula tetangga kita yang menjadi raja. Jangan ada lagi yang mengeluh “ Saya orang miskin “
Maroji’ :
Tafsir Ibnu Katsir 2/47