Berita Orang Fasiq

(Maksiat Para Sahabat Dan Kesudahannya 34)
Walid bin Uthbah bin Abi Mu’aith adalah termasuk sahabat utama yang diutus oleh nabi shollallohu alaihi wasallam ke Bani Mushtholiq usai perang untuk menguji kejujuran. Pada masa jahiliyyah, antara Walid dan mereka ada permusuhan. Mendengar kedatangannya, penduduk Bani Mushtholiq keluar untuk menyambutnya sebagai bentuk pengagungan terhadap nabi shollallohu alaihi wasallam. Walid mengira mereka akan menyerang dirinya sehingga membuatnya pulang ke Madinah. Ia berkata : ya rosululloh, mereka telah murtad dan menolak membayar zakat. Hal itu membuat beliau hendak memeranginya.
Merekapun datang menghadap nabi shollallohu untuk menerangkan perihal mereka. Mereka keluar untuk menyambut utusan sebagai bentuk penghormatan. Hal itu tidak membuat nabi shollallohu alaihi wasallam lekas percaya sehingga beliau mengutus Kholid bin Walid secara rahasia bersama pasukan untuk mengintai mereka dengan ketentuan : Bila melihat tanda-tanda keimanan mereka, untuk segera mengambil zakat dan kembali. Sebaliknya bila tidak ada tanda-tanda keimanan pada diri mereka maka disikapi sebagaimana sikap terhadap orang kafir.
Ketika tiba di sana, Kholid mendengar suara adzan isya dan maghrib dan tidak melihat pada diri mereka selain ketaatan. Iapun segera pulang hingga akhirnya turun ayat :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu [alhujurot : 6]
Pada ayat ini, Walid bin Uthbah disebut sebagai faasiqon (orang fasiq) dikarenakan tidak telitinya terhadap berita. Itu Alloh lakukan sebagai bentuk teguran dan didikan bagi yang lain dan motifasi bagi Walid untuk bertaubat kepada Alloh
Maroji’ :
Tafsir Ibnu ‘Ajibah (maktabah syamilah) hal 516