Kedudukan Bapak Dalam Alquran




Muqodimah

Nisbat dari anak kepada bapaknya adalah perkara syar’i. Melalaikannya akan menimbulkan madlorot dunia dan akhirat. Betapa banyak contoh, tanpa terasa seseorang menganggap remeh perkara ini, :

·         Pencantuman nama suami di belakang nama istri
·         Pencantuman nama bapak angkat di belakang nama anak angkat
·         Pencantuman nama ibu di belakang nama anak untuk data buku bank dan sejenisnya
·         Seorang anak tidak mengakui bapak kandungnya hanya karena ayahnya orang miskin

Dalam alquran, Alloh melebihkan bapak dalam penyebutan yang menghubungkan antara anak dan leluhurnya dengan berbagai macam kalimat

1.      Penyebutan ibu bapak dengan kata bapak dengan bentuk mutsanna

فَلَمَّا دَخَلُوا عَلَى يُوسُفَ آَوَى إِلَيْهِ أَبَوَيْهِ وَقَالَ ادْخُلُوا مِصْرَ إِنْ شَاءَ اللَّهُ آَمِنِينَ  وَرَفَعَ أَبَوَيْهِ عَلَى الْعَرْشِ وَخَرُّوا لَهُ سُجَّدًا
99. Maka tatkala mereka masuk ke (tempat) Yusuf: Yusuf merangkul abawaihi (ibu bapanya) dan Dia berkata : Masuklah kamu ke negeri Mesir, insya Allah dalam Keadaan aman.
100. dan ia menaikkan abawaihi  (ibu-bapanya) ke atas singgasana. dan mereka (semuanya) merebahkan diri seraya sujud kepada Yusuf [yusuf : 99-100]


وَلِأَبَوَيْهِ لِكُلِّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا السُّدُسُ مِمَّا تَرَكَ
Dan untuk abawaihi (dua orang ibu-bapak), bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan [annisa’ : 11]

وَأَمَّا الْغُلَامُ فَكَانَ أَبَوَاهُ مُؤْمِنَيْنِ فَخَشِينَا أَنْ يُرْهِقَهُمَا طُغْيَانًا وَكُفْرًا
Dan Adapun anak muda itu, Maka abawahu (kedua ibu bapaknya) adalah orang-orang mukmin, dan Kami khawatir bahwa Dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran  [alkahfi : 80]

Dalam banyak hadits, nabi shollallohu alaihi wasallam sering menyebut ibu bapak dengan kata bapak dalam bentuk mutsanna, misalnya :

عن أبي هريرة قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "رغم أنف رجل ذكرت عنده فلم يصل عليّ ! ورغم أنف رجل دخل عليه شهر رمضان، فانسلخ قبل يغفر له! ورغم أنف رجل أدرك عنده أبواه  الكبر فلم يدخلاه الجنة

Dari Abu Huroiroh berkata : Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Celaka seseorang ! Namaku disebut di sisinya, sementara dia tidak bersholawat untukku. Celaka seseorang ! Masuk padanya bulan romadlon, lalu berlalu tanpa mendapat ampunan baginya. Celaka seseorang ! Ia mendapati abawahu (kedua ibu bapaknya) dalam keadaan sudah renta, keduanya tidak membuatnya masuk ke dalam aljannah  [HR Ahmad]

اللَّه كان لي أبوان شيخان كبيران،

(perkataan orang terjebak di dalam gua yang selanjutnya bermunajat kepada Alloh) Ya Alloh, aku mempunyai abawani (ibu bapak) yang sudah lanjut usia [muttafaq alaih]

عن أبي هريرة عن النّبيّ صلّى الله عليه وسلّم صِغَارُهُمْ دَعَامِيصُ الْجَنَّةِ يَتَلقَّى أَحَدُهُمْ أَبَاهُ  أَوْ قَالَ : أَبَوَيْهِ  فَيَأْخُذُ بِيَدِهِ كَمَا آخُذُ بِصَنِفَةِ ثَوْبِكَ هَذَا فَلا يُفَارِقُهُ حَتَّى يُدْخِلَهُ اللَّهُ وَإِيَّاهُ الْجَنَّةَ

Dari Abu Huroiroh rodliyallohu anhu dari nabi shollallohu alaihi wasallam : Anak-anak kecil yang meninggal pada masa kanak-kanak akan menjadi anak-anak aljannah. Seorang di antara mereka akan mencari abahu atau abawaihi (bapak ibunya). Ia akan raih dengan tangannya seperti memegang ujung kainmu seperti ini. Ia tidak akan meninggalkan orang tuanya hingga Alloh masukkan ia dan kedua orang tuanya ke dalam aljannah [HR Ahmad, Muslim dan Baihaqi]

عن أبي هريرة، رضي الله عنه، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: "كل مولود يولد على الفطرة، فأبواه يُهَوِّدانه ويُنَصِّرانه ويُمَجِّسانه

Dari Abu Huroiroh rodliyallohu anhu : Bahwasanya rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Setiap bayi lahir dalam keadaan fitroh. Maka abawahu (kedua ibu bapak) yang membuatnya yahudi atau nasrani atau majusi  [HR Bukhori Muslim]

2.      Penisbatan rumah atau tempat tinggal

فَلَمَّا رَجَعُوا إِلَى أَبِيهِمْ قَالُوا يَا أَبَانَا مُنِعَ مِنَّا الْكَيْلُ فَأَرْسِلْ مَعَنَا أَخَانَا نَكْتَلْ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

63. Maka tatkala mereka telah kembali kepada ayah mereka (Ya'qub) mereka berkata : Wahai ayah Kami, Kami tidak akan mendapat sukatan (gandum) lagi, (jika tidak membawa saudara kami), sebab itu biarkanlah saudara Kami pergi bersama-sama Kami supaya Kami mendapat sukatan, dan Sesungguhnya Kami benar benar akan menjaganya  [yusuf : 63]

ارْجِعُوا إِلَى أَبِيكُمْ فَقُولُوا يَا أَبَانَا إِنَّ ابْنَكَ سَرَقَ وَمَا شَهِدْنَا إِلَّا بِمَا عَلِمْنَا وَمَا كُنَّا لِلْغَيْبِ حَافِظِينَ

Kembalilah kepada ayahmu dan Katakanlah : Wahai ayah kami! Sesungguhnya anakmu telah mencuri, dan Kami hanya menyaksikan apa yang Kami ketahui, dan sekali-kali Kami tidak dapat menjaga (mengetahui) barang yang ghaib  [yusuf : 81]

3.      Penisbatan Yusuf terhadap leluhur

وَاتَّبَعْتُ مِلَّةَ آَبَائِي إِبْرَاهِيمَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ

Dan aku pengikut millah bapak-bapakku Yaitu Ibrahim, Ishak dan Ya'qub  [yusuf : 38]

4.      Penisbatan budaya masa lalu

وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّبِعُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ قَالُوا بَلْ نَتَّبِعُ مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ آَبَاءَنَا أَوَلَوْ كَانَ الشَّيْطَانُ يَدْعُوهُمْ إِلَى عَذَابِ السَّعِيرِ

Dan apabila dikatakan kepada mereka : Ikutilah apa yang diturunkan Allah. mereka menjawab : (Tidak), tapi Kami (hanya) mengikuti apa yang Kami dapati bapak-bapak Kami mengerjakannya. dan Apakah mereka (akan mengikuti bapak-bapak mereka) walaupun syaitan itu menyeru mereka ke dalam siksa api yang menyala-nyala (neraka)? [luqman : 21]

فَقَالَ الْمَلَأُ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَوْمِهِ مَا هَذَا إِلَّا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُرِيدُ أَنْ يَتَفَضَّلَ عَلَيْكُمْ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَأَنْزَلَ مَلَائِكَةً مَا سَمِعْنَا بِهَذَا فِي آَبَائِنَا الْأَوَّلِينَ

Maka pemuka-pemuka orang yang kafir di antara kaumnya menjawab : Orang ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, yang bermaksud hendak menjadi seorang yang lebih Tinggi dari kamu. dan kalau Allah menghendaki, tentu Dia mengutus beberapa orang malaikat. belum pernah Kami mendengar (seruan yang seperti) ini pada masa bapak-bapak Kami yang dahulu  [almu’minun : 24]

5.      Penisbatan awal penciptaan

قَالَ رَبُّكُمْ وَرَبُّ آَبَائِكُمُ الْأَوَّلِينَ

Musa berkata (pula) : Rob kamu dan Rob bapak-bapak kamu yang dahulu  [asy syuaro : 26]

6.      Perintah menasabkan anak pada bapak

ادْعُوهُمْ لِآَبَائِهِمْ هُوَ أَقْسَطُ عِنْدَ اللَّهِ فَإِنْ لَمْ تَعْلَمُوا آَبَاءَهُمْ فَإِخْوَانُكُمْ فِي الدِّينِ وَمَوَالِيكُمْ وَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ فِيمَا أَخْطَأْتُمْ بِهِ وَلَكِنْ مَا تَعَمَّدَتْ قُلُوبُكُمْ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا

Panggilah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka; Itulah yang lebih adil di sisi Allah, dan jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka, Maka (panggilah mereka sebagai) saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu. dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu khilaf padanya, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang  [al ahzab : 5]

Ayat di atas adalah taujih dari Alloh kepada rosululloh shollallohu alaihi wasallam dan segenap kaum muslimin untuk memanggil anak angkat dengan mengikut sertakan nama bapak kandung mereka.
Ayat ini turun berkenaan dengan adopsi yang dilakukan nabi shollallohu alaihi wasallam terhadap Zaid sehingga terhadap anak angkatnya disebut Zaid bin Muhammad. Padahal Zaid masih mempunyai bapak kandung yang bernama Haritsah.

Bagi anak angkat yang tidak diketahui bapak kandungnya maka hukum mengatakan nama bapak angkat boleh disematkan di belakang nama anak angkatnya, akan tetapi bukan dengan penyebutan bin, melainkan akhu atau maula.

Madlorot menutupi nasab bapak

a.      Mengharamkan pelakunya dari Aljannah

عن سعد بن مالك قال سَمِعْتُ النّبيّ صلّى الله عليه وسلّم يَقُوْلُ مَنِ ادَّعَى إلَى غَيْرِ أبِيْهِ وَهُوَ يَعْلَمُ أنَّهُ غَيْرُ أبِيْهِ فَالْجَنَّةُ عَلَيْهِ حَرَامٌ

Dari Sa’ad bin Malik rodliyallohu anhu : Aku mendengar nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda : barangsiapa mendakwakan dirinya kepada selain bapaknya padahal ia mengetahui bahwa lelaki itu bukan bapaknya maka aljannah haram baginya  [HR Bukhori, Muslim dan Abu Daud]

b.      Menyebabkan kepada kekufuran

عن أبى هريرة عن النّبيّ صلّى الله عليه وسلّم قال لاَتَرْغَبُوْا عَنْ ءَابَائِكُمْ فَمَنْ رَغِبَ عَنْ أبِيْهِ فَهُوَ كَافِرٌ
Dari Abu Huroiroh rodliyallohu anhu dari nabi shollallohu alaihi wasallam : Janganlah kalian membenci bapak-bapak kalian. Barangsiapa memnbenci bapaknya maka ia kafir [HR Bukhori Muslim]

c.       Mendapat laknat dari Alloh

عنْ أنس إبن مالك قال سَمِعْتُ رسول الله صلّى الله عليه وسلّم يَقُوْلُ مَنِ ادَّعَى إلَى غَيْرِ أبِيْهِ أوِ انْتَمَى إلَى غَيْرِ مَوَالِيْهِ فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ الله الْمُتَتَابِعَةِ إلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ

Dari Anas bin Malik rodliyallohu anhu : Aku mendengar rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Barangsiapa mendakwakan dirinya kepada selain bapaknya atau menghubungkan dirinya kepada selain tuannya maka baginya laknat dari Alloh yang terus menerus berlangsung hingga hari kiamat [HR Abu Daud] 

Sementara Al ‘allamah Abu Thoyyib Muhammad Syamsul Haq Al’adzim Abadi menyebut di antara madlorot dari menutupi nasab bapak adalah 

·         - Kufur ni’mat

Memiliki ayah adalah ni’mat, dengannya kita terlahir di dunia. Menutupinya berarti satu bentuk pengkhianatan terhadap karunia Alloh

·         Menyia-nyiakan hak waris

Boleh jadi ia akan mendapat harta waris dari orang tua angkatnya yang kaya dan terhalangi hak warisnya dari ayah kandungnya

·         Pemutus tali silaturrohim

Ini termasuk dosa besar. Bukankah nabi shollallohu alaihi wasallam menyebut salah satu orang yang tidak akan masuk aljannah adalah qothi’u rohim (pemutus tali silaturrohim ?)

·         Durhaka kepada orang tua

Tugas anak kepada orang tua adalah berbakti. Dalam banyak nash, sering disandingkan perintah tauhid dan bakti kepada orang tua :

وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا

Dan Robmu telah memerintahkan supaya kamu jangan beribadah kepada selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia  [al isro’ : 23]

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا

Beribadahlah kepada Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa [annisa’ : 36]


Maroji’ :
Aunul ma’bud, Al ‘allamah Abu Thoyyib Muhammad Syamsul Haq Al’adzim Abadi 8/392