Muqodimah
Nisbat dari anak kepada bapaknya adalah perkara syar’i.
Melalaikannya akan menimbulkan madlorot dunia dan akhirat. Betapa banyak
contoh, tanpa terasa seseorang menganggap remeh perkara ini, :
·
Pencantuman nama suami di belakang nama istri
·
Pencantuman nama bapak angkat di belakang nama anak
angkat
·
Pencantuman nama ibu di belakang nama anak untuk data
buku bank dan sejenisnya
·
Seorang anak tidak mengakui bapak kandungnya hanya
karena ayahnya orang miskin
Seorang anak harus tahu akan keagungan bapak dalam islam :
a. Wali dalam akad
nikah adalah bapak, bukan ibu.
b. Awal mula
penciptaan manusia adalah bapak, bukan ibu. Terbukti yang Alloh ciptakan di
awal adalah Adam, bukan Hawa. Sehingga sering Alloh memanggil kita dengan “
Wahai anak Adam “
c. Panggilan nama
pada hari kiamat adalah nama pribadi dan nama bapak
إنكم تدعون بأسمائكم وأسماء آبائكم ,
فأحسنوا أسماءكم
Sesungguhnya kalian akan dipanggil dengan nama kalian dan
nama bapak kalian (pada hari kiamat). Oleh karena itu perbaguslah nama-nama
kalian [HR Abu Daud dan Ibnu Hibban]
d. Alloh sediakan
pahala besar bagi pemelihara anak yatim, sementara definisi anak yatim adalah
siapa yang ditinggal mati bapaknya (bukan ibunya) sementara dirinya belum
baligh
Dalam alquran, Alloh melebihkan bapak dalam penyebutan yang
menghubungkan antara anak dan leluhurnya dengan berbagai macam kalimat
1. Penyebutan ibu
bapak dengan kata bapak dengan bentuk mutsanna
فَلَمَّا دَخَلُوا عَلَى يُوسُفَ آَوَى
إِلَيْهِ أَبَوَيْهِ وَقَالَ ادْخُلُوا مِصْرَ إِنْ شَاءَ اللَّهُ
آَمِنِينَ وَرَفَعَ أَبَوَيْهِ
عَلَى الْعَرْشِ وَخَرُّوا لَهُ سُجَّدًا
99. Maka tatkala mereka masuk ke (tempat) Yusuf: Yusuf
merangkul abawaihi (ibu bapanya) dan Dia berkata : Masuklah kamu ke
negeri Mesir, insya Allah dalam Keadaan aman.
100. dan ia menaikkan abawaihi (ibu-bapanya) ke atas singgasana. dan
mereka (semuanya) merebahkan diri seraya sujud kepada Yusuf [yusuf : 99-100]
وَلِأَبَوَيْهِ لِكُلِّ وَاحِدٍ
مِنْهُمَا السُّدُسُ مِمَّا تَرَكَ
Dan untuk abawaihi (dua orang ibu-bapak), bagi
masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan [annisa’ : 11]
وَأَمَّا الْغُلَامُ فَكَانَ أَبَوَاهُ
مُؤْمِنَيْنِ فَخَشِينَا أَنْ يُرْهِقَهُمَا طُغْيَانًا وَكُفْرًا
Dan Adapun anak muda itu, Maka abawahu (kedua ibu bapaknya)
adalah orang-orang mukmin, dan Kami khawatir bahwa Dia akan mendorong kedua
orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran
[alkahfi :
80]
Dalam banyak hadits, nabi shollallohu alaihi wasallam sering
menyebut ibu bapak dengan kata bapak dalam bentuk mutsanna, misalnya :
عن أبي هريرة قال: قال رسول الله صلى
الله عليه وسلم: "رغم أنف
رجل ذكرت عنده فلم يصل عليّ ! ورغم أنف
رجل دخل عليه شهر رمضان، فانسلخ قبل يغفر له! ورغم أنف رجل أدرك عنده أبواه الكبر فلم يدخلاه الجنة
Dari Abu Huroiroh berkata : Rosululloh shollallohu alaihi
wasallam bersabda : Celaka seseorang ! Namaku disebut di sisinya, sementara dia
tidak bersholawat untukku. Celaka seseorang ! Masuk padanya bulan romadlon,
lalu berlalu tanpa mendapat ampunan baginya. Celaka seseorang ! Ia mendapati abawahu
(kedua ibu bapaknya) dalam keadaan sudah renta, keduanya tidak membuatnya masuk
ke dalam aljannah [HR Ahmad]
اللَّهمّ
كان لي أبوان شيخان كبيران،
(perkataan orang terjebak di dalam gua yang selanjutnya
bermunajat kepada Alloh) Ya Alloh, aku mempunyai abawani (ibu bapak) yang sudah
lanjut usia [muttafaq
alaih]
عن أبي هريرة عن النّبيّ صلّى الله
عليه وسلّم صِغَارُهُمْ دَعَامِيصُ
الْجَنَّةِ يَتَلقَّى أَحَدُهُمْ
أَبَاهُ أَوْ قَالَ : أَبَوَيْهِ فَيَأْخُذُ بِيَدِهِ كَمَا آخُذُ بِصَنِفَةِ
ثَوْبِكَ هَذَا فَلا
يُفَارِقُهُ حَتَّى يُدْخِلَهُ اللَّهُ وَإِيَّاهُ الْجَنَّةَ
Dari Abu Huroiroh rodliyallohu anhu dari nabi shollallohu
alaihi wasallam : Anak-anak kecil yang meninggal pada masa kanak-kanak akan
menjadi anak-anak aljannah. Seorang di antara mereka akan mencari abahu atau
abawaihi (bapak ibunya). Ia akan raih dengan tangannya seperti memegang ujung
kainmu seperti ini. Ia tidak akan meninggalkan orang tuanya hingga Alloh
masukkan ia dan kedua orang tuanya ke dalam aljannah [HR Ahmad, Muslim dan Baihaqi]
عن أبي هريرة، رضي الله عنه، أن رسول
الله صلى الله عليه وسلم قال: "كل مولود يولد على الفطرة، فأبواه يُهَوِّدانه
ويُنَصِّرانه ويُمَجِّسانه
Dari Abu Huroiroh rodliyallohu anhu : Bahwasanya rosululloh
shollallohu alaihi wasallam bersabda : Setiap bayi lahir dalam keadaan fitroh.
Maka abawahu (kedua ibu bapak) yang membuatnya yahudi atau nasrani atau majusi [HR Bukhori Muslim]
2. Penisbatan rumah
atau tempat tinggal
فَلَمَّا رَجَعُوا إِلَى أَبِيهِمْ
قَالُوا يَا أَبَانَا مُنِعَ مِنَّا الْكَيْلُ فَأَرْسِلْ مَعَنَا أَخَانَا
نَكْتَلْ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
63. Maka tatkala mereka telah kembali kepada ayah mereka
(Ya'qub) mereka berkata : Wahai ayah Kami, Kami tidak akan mendapat sukatan
(gandum) lagi, (jika tidak membawa saudara kami), sebab itu biarkanlah saudara
Kami pergi bersama-sama Kami supaya Kami mendapat sukatan, dan Sesungguhnya
Kami benar benar akan menjaganya [yusuf : 63]
ارْجِعُوا إِلَى أَبِيكُمْ فَقُولُوا
يَا أَبَانَا إِنَّ ابْنَكَ سَرَقَ وَمَا شَهِدْنَا إِلَّا بِمَا عَلِمْنَا وَمَا
كُنَّا لِلْغَيْبِ حَافِظِينَ
Kembalilah kepada ayahmu dan Katakanlah : Wahai ayah
kami! Sesungguhnya anakmu telah mencuri, dan Kami hanya menyaksikan apa yang
Kami ketahui, dan sekali-kali Kami tidak dapat menjaga (mengetahui) barang yang
ghaib [yusuf : 81]
3. Penisbatan Yusuf
terhadap leluhur
وَاتَّبَعْتُ مِلَّةَ آَبَائِي
إِبْرَاهِيمَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ
Dan aku pengikut millah bapak-bapakku Yaitu Ibrahim,
Ishak dan Ya'qub [yusuf : 38]
4. Penisbatan
budaya masa lalu
وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّبِعُوا مَا
أَنْزَلَ اللَّهُ قَالُوا بَلْ نَتَّبِعُ مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ آَبَاءَنَا
أَوَلَوْ كَانَ الشَّيْطَانُ يَدْعُوهُمْ إِلَى عَذَابِ السَّعِيرِ
Dan apabila dikatakan kepada mereka : Ikutilah apa yang
diturunkan Allah. mereka menjawab : (Tidak), tapi Kami (hanya) mengikuti apa
yang Kami dapati bapak-bapak Kami mengerjakannya. dan Apakah mereka
(akan mengikuti bapak-bapak mereka) walaupun syaitan itu menyeru mereka ke
dalam siksa api yang menyala-nyala (neraka)? [luqman : 21]
فَقَالَ الْمَلَأُ الَّذِينَ كَفَرُوا
مِنْ قَوْمِهِ مَا هَذَا إِلَّا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُرِيدُ أَنْ يَتَفَضَّلَ
عَلَيْكُمْ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَأَنْزَلَ مَلَائِكَةً مَا سَمِعْنَا بِهَذَا
فِي آَبَائِنَا الْأَوَّلِينَ
Maka pemuka-pemuka orang yang kafir di antara kaumnya
menjawab : Orang ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, yang bermaksud
hendak menjadi seorang yang lebih Tinggi dari kamu. dan kalau Allah
menghendaki, tentu Dia mengutus beberapa orang malaikat. belum pernah Kami
mendengar (seruan yang seperti) ini pada masa bapak-bapak Kami yang
dahulu [almu’minun : 24]
5. Penisbatan awal
penciptaan
قَالَ رَبُّكُمْ وَرَبُّ آَبَائِكُمُ
الْأَوَّلِينَ
Musa berkata (pula) : Rob kamu dan Rob bapak-bapak
kamu yang dahulu [asy syuaro : 26]
6. Perintah
menasabkan anak pada bapak
ادْعُوهُمْ لِآَبَائِهِمْ هُوَ
أَقْسَطُ عِنْدَ اللَّهِ فَإِنْ لَمْ تَعْلَمُوا آَبَاءَهُمْ فَإِخْوَانُكُمْ فِي
الدِّينِ وَمَوَالِيكُمْ وَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ فِيمَا أَخْطَأْتُمْ بِهِ
وَلَكِنْ مَا تَعَمَّدَتْ قُلُوبُكُمْ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
Panggilah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama
bapak-bapak mereka; Itulah yang lebih adil di sisi Allah, dan jika kamu
tidak mengetahui bapak-bapak mereka, Maka (panggilah mereka sebagai)
saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu. dan tidak ada dosa atasmu terhadap
apa yang kamu khilaf padanya, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh
hatimu. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang [al ahzab : 5]
Ayat di atas adalah taujih dari Alloh kepada rosululloh
shollallohu alaihi wasallam dan segenap kaum muslimin untuk memanggil anak
angkat dengan mengikut sertakan nama bapak kandung mereka.
Ayat ini turun berkenaan dengan adopsi yang dilakukan nabi
shollallohu alaihi wasallam terhadap Zaid sehingga terhadap anak angkatnya
disebut Zaid bin Muhammad. Padahal Zaid masih mempunyai bapak kandung yang
bernama Haritsah.
Bagi anak angkat yang tidak diketahui bapak kandungnya maka
hukum mengatakan nama bapak angkat boleh disematkan di belakang nama anak
angkatnya, akan tetapi bukan dengan penyebutan bin, melainkan akhu atau maula.
Madlorot menutupi nasab bapak
a. Mengharamkan
pelakunya dari Aljannah
عن سعد بن مالك قال سَمِعْتُ النّبيّ صلّى الله
عليه وسلّم يَقُوْلُ مَنِ ادَّعَى إلَى غَيْرِ أبِيْهِ وَهُوَ يَعْلَمُ أنَّهُ
غَيْرُ أبِيْهِ فَالْجَنَّةُ عَلَيْهِ حَرَامٌ
Dari Sa’ad bin Malik rodliyallohu anhu : Aku mendengar nabi
shollallohu alaihi wasallam bersabda : barangsiapa mendakwakan dirinya kepada
selain bapaknya padahal ia mengetahui bahwa lelaki itu bukan bapaknya maka
aljannah haram baginya [HR Bukhori, Muslim dan Abu Daud]
b. Menyebabkan
kepada kekufuran
عن أبى هريرة عن النّبيّ صلّى الله عليه وسلّم قال
لاَتَرْغَبُوْا عَنْ ءَابَائِكُمْ فَمَنْ رَغِبَ عَنْ أبِيْهِ فَهُوَ كَافِرٌ
Dari Abu Huroiroh rodliyallohu anhu dari nabi shollallohu
alaihi wasallam : Janganlah kalian membenci bapak-bapak kalian. Barangsiapa membenci
bapaknya maka ia kafir [HR Bukhori Muslim]
c. Mendapat laknat
dari Alloh
عنْ أنس إبن مالك قال سَمِعْتُ رسول الله صلّى الله
عليه وسلّم يَقُوْلُ مَنِ ادَّعَى إلَى غَيْرِ أبِيْهِ أوِ انْتَمَى إلَى غَيْرِ
مَوَالِيْهِ فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ الله الْمُتَتَابِعَةِ إلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
Dari Anas bin Malik rodliyallohu anhu : Aku mendengar
rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Barangsiapa mendakwakan
dirinya kepada selain bapaknya atau menghubungkan dirinya kepada selain tuannya
maka baginya laknat dari Alloh yang terus menerus berlangsung hingga hari
kiamat [HR Abu
Daud]
Sementara Al ‘allamah Abu Thoyyib Muhammad Syamsul Haq
Al’adzim Abadi menyebut di antara madlorot dari menutupi nasab bapak adalah
·
Kufur ni’mat
Memiliki ayah adalah ni’mat, dengannya kita terlahir di
dunia. Menutupinya berarti satu bentuk pengkhianatan terhadap karunia Alloh
·
Menyia-nyiakan hak waris
Boleh jadi ia akan mendapat harta waris dari orang tua
angkatnya yang kaya dan terhalangi hak warisnya dari ayah kandungnya
·
Pemutus tali silaturrohim
Ini termasuk dosa besar. Bukankah nabi shollallohu alaihi
wasallam menyebut salah satu orang yang tidak akan masuk aljannah adalah
qothi’u rohim (pemutus tali silaturrohim ?)
·
Durhaka kepada orang tua
Tugas anak kepada orang tua adalah berbakti. Dalam banyak
nash, sering disandingkan perintah tauhid dan bakti kepada orang tua :
وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا
إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ
الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا
تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا
Dan Robmu telah memerintahkan supaya kamu jangan beribadah
kepada selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan
sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai
berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan
kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka
dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia [al isro’ : 23]
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا
بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
Beribadahlah kepada Allah dan janganlah kamu
mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang
ibu-bapa [annisa’
: 36]
Anak yang tidak dinasabkan kepada bapaknya
·
Anak yang tidak memiliki ayah, seperti nabi Isa
sehingga Isa disebut Isa ibnu Maryam
·
Anak lahir dari perselingkuhan
·
Anak yang tidak diakui oleh ayahnya sehingga suami
istri melakukan li’an (saling melaknat)
Maroji’ :
Aunul ma’bud, Al ‘allamah Abu Thoyyib Muhammad Syamsul Haq
Al’adzim Abadi 8/392