Birrul walidain (bakti kepada orang tua) tidak hanya
dilakukan saat keduanya hidup. Setelah kematian harus tetap dilaksanakan oleh
anak-anaknya. Bentuk dari birrul walidain dalam kondisi seperti ini adalah :
1.
Mendoakan dan memohonkan
ampun
2. Menunaikan wasiatnya
3. Silaturrohim kepada kerabat orang tua
4. Memuliakan teman-temannya
5. Bershodaqoh atas nama si mayit
Kelima hal di atas diambil dari beberapa sabda nabi
shollallohu alaihi wasallam :
عن أَبي أُسَيد مالك بن
ربيعة الساعدي رضي الله عنه ، قَالَ : بَيْنَا نَحْنُ جُلُوسٌ عِنْدَ
رَسُول الله صلى الله عليه وسلم إذ جَاءهُ رَجُلٌ مِنْ بَنِي سَلَمَةَ ،فَقَالَ :
يَا رسولَ اللهِ ، هَلْ بَقِيَ مِنْ برِّ أَبَوَيَّ شَيء أبرُّهُما بِهِ بَعْدَ
مَوتِهمَا ؟ فَقَالَ : (( نَعَمْ ، الصَّلاةُ عَلَيْهِمَا ، والاسْتغْفَارُ
لَهُمَا ، وَإنْفَاذُ عَهْدِهِمَا مِنْ بَعْدِهِما ، وَصِلَةُ الرَّحِمِ الَّتي لا
تُوصَلُ إلاَّ بِهِمَا ، وَإكرامُ صَدِيقهمَا )) رواه أَبُو داود .
Dari Abu Usaid Malik bin Robi’ah Assaidi rodliyallohu anhu,
berkata : Ketika kami duduk-duduk di sisi rosululloh shollallohu alaihi
wasallam, tiba-tiba datang seorang laki-laki dari Bani Salimah seraya berkata :
Ya rosululloh, apakah masih tersisa sesuatu dari bakti kepada orang tuaku
setelah keduanya meninggal ? Beliau menjawab : Benar, yaitu : Mendoakan keduanya,
memohonkan ampun bagi keduanya, menunaikan pesan keduanya setelah meninggal,
silaturrohim kepada orang yang memiliki hubungan kekerabatan dengan keduanya
dan memuliakan teman-temannya [HR
Abu Daud]
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا أَنَّ
رَجُلاً أَتَى اَلنَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: يَا رَسُولَ اَللَّهِ !
إِنَّ أُمِّي اُفْتُلِتَتْ نَفْسُهَا وَلَمْ تُوصِ , وَأَظُنُّهَا لَوْ
تَكَلَّمَتْ تَصَدَّقَتْ , أَفَلَهَا أَجْرٌ إِنْ تَصَدَّقْتُ عَنْهَا ? قَالَ :
نَعَمْ
Dari 'Aisyah Radliyallaahu 'anhu bahwa ada seorang laki-laki
menghadap Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan berkata: Wahai
Rasulullah, ibuku telah mati secara mendadak dan ia belum berwasiat. Aku kira,
bila ia sempat berbicara ia akan bersedekah. Apakah ia mendapat pahala jika aku
bersedekah untuknya? Beliau bersabda "Ya “
[muttafaq alaih]
عن عائشة رضي الله عنها ، قَالَتْ :
مَا غِرْتُ عَلَى أحَدٍ مِنْ نِسَاءِ النَّبيِّ - صلى الله عليه وسلم - مَا غِرْتُ
عَلَى خَدِيجَة رضي الله عنها ، وَمَا رَأيْتُهَا قَطُّ ، وَلَكِنْ كَانَ يُكْثِرُ
ذِكْرَهَا ، وَرُبَّمَا ذَبَحَ الشَّاةَ ، ثُمَّ يقَطِّعُهَا أعْضَاء ، ثُمَّ
يَبْعثُهَا في صَدَائِقِ خَديجَةَ ، فَرُبَّمَا قُلْتُ لَهُ : كَأنْ لَمْ يَكُنْ
في الدُّنْيَا إلاَّ خَديجَةَ ! فَيَقُولُ : (( إنَّهَا كَانَتْ وَكَانَتْ
وَكَانَ لي مِنْهَا وَلَدٌ )) مُتَّفَقٌ عَلَيهِ
Dari Aisyah rodliyallohu anha, berkata : Aku tidak pernah
cemburu kepada satu orangpun dari istri-istri nabi shollallohu alaihi wasallam.
Aku juga tidak pernah cemburu kepada Khodijah dan aku belum pernah melihatnya.
Akan tetapi beliau sering menyebutnya. Terkadang beliau menyembelih kambing
lalu dipotong salah satu bagiannya selanjutnya dikirim kepada teman-teman
Khodijah. Terkadang aku berkata “ Seolah di dunia ini tidak ada wanita selain
Khodijah “ Beliaupun akhirnya bersabda : Sesungguhnya dia itu ini dan itu
(menyebut kebaikan-kebaikan Khodijah) dan dari dia aku punya anak [muttafaq alaih]