(Tongkat Musa 2)
Di dalam alquran, beberapa kali Alloh mengulang kisah Musa
bagaimana Alloh mengangkatnya sebagai nabi dan memperkenalkannya dengan
mu’jizat yang tidak lain adalah tongkat yang selalu dia bawa, di antaranya :
1. Surat annaml
إِذْ قَالَ مُوسَى لِأَهْلِهِ إِنِّي آَنَسْتُ
نَارًا سَآَتِيكُمْ مِنْهَا بِخَبَرٍ أَوْ آَتِيكُمْ بِشِهَابٍ قَبَسٍ لَعَلَّكُمْ
تَصْطَلُونَ فَلَمَّا جَاءَهَا نُودِيَ أَنْ بُورِكَ مَنْ فِي النَّارِ وَمَنْ
حَوْلَهَا وَسُبْحَانَ اللَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ يَا مُوسَى إِنَّهُ أَنَا اللَّهُ الْعَزِيزُ
الْحَكِيمُ وَأَلْقِ عَصَاكَ فَلَمَّا
رَآَهَا تَهْتَزُّ كَأَنَّهَا جَانٌّ وَلَّى مُدْبِرًا وَلَمْ يُعَقِّبْ يَا
مُوسَى لَا تَخَفْ إِنِّي لَا يَخَافُ لَدَيَّ الْمُرْسَلُونَ
7. (ingatlah) ketika Musa berkata kepada keluarganya :
Sesungguhnya aku melihat api. aku kelak akan membawa kepadamu khabar
daripadanya, atau aku membawa kepadamu suluh api supaya kamu dapat berdiang.
8. Maka tatkala Dia tiba di (tempat) api itu, diserulah dia :
Bahwa telah diberkati orang-orang yang berada di dekat api itu, dan orang-orang
yang berada di sekitarnya. dan Maha suci Allah, Tuhan semesta alam.
9. (Allah berfirman) : Hai Musa, Sesungguhnya, Akulah Allah,
yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
10. dan lemparkanlah tongkatmu. Maka tatkala (tongkat itu
menjadi ular dan) Musa melihatnya bergerak-gerak seperti Dia seekor ular yang
gesit, larilah ia berbalik ke belakang tanpa menoleh. Hai Musa, janganlah kamu
takut. Sesungguhnya orang yang dijadikan rasul, tidak takut di hadapan-Ku [annaml : 7-10]
Syaikh Abdurrohman Nashir Assa’di berkata : Ayat di atas
menerangkan tentang kondisi Musa bin imron saat permulaan wahyu,
pengangkatannya sebagai rosul dan dialog Alloh dengannya. Sebelumnya Musa
tinggal beberapa tahun di Madyan lalu pergi dengan istrinya dari Madyan ke
Mesir. Di tengah perjalanan, dalam kondisi dingin dan gelap, ia tersesat.
Selanjutnya ia berkata kepada istrinya : Aku melihat api dari kejauhan. Aku
akan mendatanginya. Semoga engkau bisa berdiang dengannya (menghangatkan tubuh
dengan api)
Di situlah nabi Musa berdialog dengan Alloh secara langsung.
Alloh mengenalkan Musa akan tongkat yang ia bawa dimana akan menjadi mu’jizat
baginya di kemudian hari. Ketika tongkat berubah ular, Musa lari katakutan dan
selanjutnya ditenangkan oleh Alloh.
2. Surat thoha
وَمَا
تِلْكَ بِيَمِينِكَ يَا مُوسَى قَالَ هِيَ عَصَايَ أَتَوَكَّأُ عَلَيْهَا
وَأَهُشُّ بِهَا عَلَى غَنَمِي وَلِيَ فِيهَا مَآَرِبُ أُخْرَى قَالَ أَلْقِهَا
يَا مُوسَى فَأَلْقَاهَا فَإِذَا هِيَ
حَيَّةٌ تَسْعَى قَالَ خُذْهَا وَلَا تَخَفْ سَنُعِيدُهَا سِيرَتَهَا الْأُولَى
وَاضْمُمْ يَدَكَ إِلَى جَنَاحِكَ تَخْرُجْ بَيْضَاءَ مِنْ غَيْرِ سُوءٍ آَيَةً
أُخْرَى
17. Apakah itu yang di tangan kananmu, Hai Musa?
18. berkata Musa: "Ini adalah tongkatku, aku bertelekan
padanya, dan aku pukul (daun) dengannya untuk kambingku, dan bagiku ada lagi
keperluan yang lain padanya".
19. Allah berfirman: "Lemparkanlah ia, Hai Musa!"
20. lalu dilemparkannyalah tongkat itu, Maka tiba-tiba ia
menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat.
21. Allah berfirman: "Peganglah ia dan jangan takut,
Kami akan mengembalikannya kepada keadaannya semula,
22. dan kepitkanlah tanganmu ke ketiakmu, niscaya ia ke luar
menjadi putih cemerlang tanpa cacad, sebagai mukjizat yang lain (pula), [thoha : 17-22]
Ada satu masalah penting pada ayat-ayat di atas, yaitu kenapa
Alloh bertanya kepada nabi Musa tentang benda yang ia pegang, padahal Alloh
Maha Tahu atas segala sesuatu, sedangkan Musa pasti sudah mengenal dengan baik
dengan tongkatnya yang selalu ia bawa ?
Imam Albaghowi memberi jawaban :
Ini adalah pertanyaan taqriri (penetapan) dimana hikmah dari
pertanyaan ini adalah perhatian dan penetapan bahwa benda itu adalah tongkat
hingga ketika Alloh merubahnya menjadi ular maka Musa tahu bahwa itu adalah
mu’jizat yang agung.
3. Alqoshosh
فَلَمَّا قَضَى مُوسَى الْأَجَلَ
وَسَارَ بِأَهْلِهِ آَنَسَ مِنْ جَانِبِ الطُّورِ نَارًا قَالَ لِأَهْلِهِ
امْكُثُوا إِنِّي آَنَسْتُ نَارًا لَعَلِّي آَتِيكُمْ مِنْهَا بِخَبَرٍ أَوْ
جَذْوَةٍ مِنَ النَّارِ لَعَلَّكُمْ تَصْطَلُونَ
فَلَمَّا أَتَاهَا نُودِيَ مِنْ شَاطِئِ الْوَادِ الْأَيْمَنِ فِي
الْبُقْعَةِ الْمُبَارَكَةِ مِنَ الشَّجَرَةِ أَنْ يَا مُوسَى إِنِّي أَنَا
اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ وَأَنْ
أَلْقِ عَصَاكَ فَلَمَّا رَآَهَا تَهْتَزُّ كَأَنَّهَا جَانٌّ وَلَّى مُدْبِرًا
وَلَمْ يُعَقِّبْ يَا مُوسَى أَقْبِلْ وَلَا تَخَفْ إِنَّكَ مِنَ
الْآَمِنِينَ اسْلُكْ يَدَكَ فِي جَيْبِكَ
تَخْرُجْ بَيْضَاءَ مِنْ غَيْرِ سُوءٍ وَاضْمُمْ إِلَيْكَ جَنَاحَكَ مِنَ
الرَّهْبِ فَذَانِكَ بُرْهَانَانِ مِنْ رَبِّكَ إِلَى فِرْعَوْنَ وَمَلَئِهِ
إِنَّهُمْ كَانُوا قَوْمًا فَاسِقِينَ
29. Maka tatkala Musa telah menyelesaikan waktu yang
ditentukan dan Dia berangkat dengan keluarganya, dilihatnyalah api di lereng
gunung ia berkata kepada keluarganya: "Tunggulah (di sini), Sesungguhnya
aku melihat api, Mudah-mudahan aku dapat membawa suatu berita kepadamu dari
(tempat) api itu atau (membawa) sesuluh api, agar kamu dapat menghangatkan
badan".
30. Maka tatkala Musa sampai ke (tempat) api itu, diserulah
Dia dari (arah) pinggir lembah yang sebelah kanan(nya) pada tempat yang
diberkahi, dari sebatang pohon kayu, Yaitu: "Ya Musa, Sesungguhnya aku
adalah Allah, Tuhan semesta alam.
31. dan lemparkanlah tongkatmu. Maka tatkala (tongkat itu
menjadi ular dan) Musa melihatnya bergerak-gerak seolah-olah Dia seekor ular
yang gesit, larilah ia berbalik ke belakang tanpa menoleh. (Kemudian Musa
diseru): "Hai Musa datanglah kepada-Ku dan janganlah kamu takut. sesungguhnya
kamu Termasuk orang-orang yang aman.
32. masukkanlah tanganmu ke leher bajumu, niscaya ia keluar
putih tidak bercacat bukan karena penyakit, dan dekapkanlah kedua tanganmu (ke
dada)mu bila ketakutan, Maka yang demikian itu adalah dua mukjizat dari Tuhanmu
(yang akan kamu hadapkan kepada Fir'aun dan pembesar-pembesarnya). Sesungguhnya
mereka adalah orang-orang yang fasik"
[alqoshosh
: 29-32]
Kesimpulan dari ayat-ayat di atas :
a. Musa diangkat
menjadi nabi setelah menikah
b. Pengangkatan
sebagai nabi terjadi saat perjalanannya dari Madyan ke Mesir
c. Dialog Musa
dengan Alloh tanpa diiringi oleh istrinya
d. Alloh mengangkat
Musa sebagai nabi sekaligus memperkenalkan mu’jizat padanya saat itu juga
Maroji’ :
Tafsir Assa’di (maktabah syamilah) hal 377
Tafsir Albaghowi (maktabah syamilah) hal 313