(Sujud Dalam Timbangan Aqidah 9)
Syariat para nabi sebelum terutusnya rosululloh shollallohu
alaihi wasallam disebut dengan syar’un man qoblana (syariat sebelum kita).
Kaedah ini terbagi menjadi 3 :
1.
Tetap dilaksanakan oleh umat rosululloh shollallohu
alaihi wasallam
Seperti ibadah haji, khitan, jihad dan lainnya
2.
Dilaksanakan dengan perubahan tata cara.
Seperti shoum asyuro tanggal 10 muharrom lalu dicita-citakan
oleh nabi shollallohu alaihi wasallam ditambah dengan tanggal 9 sehingga
pelaksanaannya menjadi tanggal 9 dan 10
3.
Dimasukh (dihapus)
Seperti bersujud dari satu orang kepada orang lain sebagai
satu bentuk penghormatan. Penulis tafsir zadul masir berkata : Manusia yang
hidup saat itu (maksudnya nabi Ya’qub) melakukan penghormatan satu kepada
lainnya dengan cara bersujud dan membungkukkan badan. Oleh rosululloh
shollallohu alaihi wasallam perbuatan itu dilarang. Anas bin Malik meriwayatkan
: Seseorang berkata :
يا رسول الله أحدنا يلقى صديقه ، أينحني له؟ قال : لا
Ya rosululloh, bolehkah seorang di antara kita membungkukkan
badan saat bertemu dengan temannya ? Beliau menjawab : Tidak boleh
Imam Baghowi berkata :
وكان ذلك جائزا في الأمم السالفة فنسخ في هذه الشريعة
Bersujud kepada manusia sebagai bentuk penghormatan adalah
diperbolehkan pada umat-umat terdahulu lalu dimansukh (dihapus) oleh syariat
ini.
Maroji’ :
Tafsir Zadul Masir (maktabah syamilah) hal 247
Tafsir Albaghowi (maktabah syamilah) hal 247