(Fiqih Ragu 19)
Orang sholih, tertanam dengan baik pada dirinya rasa benci
kepada perbuatan maksiat. Itu balasan yang setara dengan kedekatan mereka
terhadap Alloh. Alquran menyebut :
وَلَكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْإِيمَانَ
وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ
وَالْعِصْيَانَ أُولَئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ
Akan tetapi Allah menjadikan kamu 'cinta' kepada keimanan dan
menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci
kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. mereka Itulah orang-orang yang
mengikuti jalan yang lurus [alhujurot : 7]
Ayat ini menjelaskan balasan dari Alloh kepada orang yang
taat dengan dua anugerah : Kecintaan kepada iman, yang berarti hatinya condong
kepada ketaatan. Yang kedua sikap benci kepada kekufuran, kefasikan dan
kemaksiatan.
Orang seperti ini memiliki kepekaan terhadap perbuatan dosa.
Kendati kecil, ia akan resah saat melakukan kemaksiatan itu. Sikap sensitif
terhadap penyimpangan inilah yang disebut oleh nabi shollallohu alaihi wasallam
:
عَنْ النَّوَّاسِ بنِ سَمْعَانَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، عَنِ
النَّبِيِّ صَلَّى الله عليه وسلم قَالَ : الْبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ وَاْلإِثْمُ
مَا حَاكَ فِي نَفْسِكَ وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ .
Dari Nawwas bin Sam’an radhiallahuanhu, dari
Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda : “Kebaikan adalah
akhlak yang baik, dan dosa adalah apa yang terasa mengaggu jiwamu dan engkau
tidak suka jika diketahui manusia [HR Muslim]
وَعَنْ وَابِصَةَ بْنِ مَعْبَد رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : أَتَيْتُ
رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : جِئْتَ تَسْألُ عَنِ
الْبِرِّ قُلْتُ نَعَمْ، قَالَ اِسْتَفْتِ
قَلْبَكَ، الْبِرُّ مَا اطْمَأَنَّتْ إِلَيْهِ النَّفْسُ وَاطْمَأَنَّ إِلَيْهِ
الْقَلْبُ، وَاْلإِثْمُ مَا حَاكَ فِي النَّفْسِ وَتَرَدَّدَ فِي الصَّدْرِ،
وَإِنْ أَفْتَاكَ النَّاسُ وَأَفْتَوْكَ "
Dan
dari Wabishah bin Ma’bad radhiallahuanhu dia berkata : Saya mendatangi
Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam, lalu beliau bersabda : Engkau datang
untuk menanyakan kebaikan ?, saya menjwab : Ya. Beliau bersabda : Mintalah
pendapat dari hatimu, kebaikan adalah apa yang jiwa dan hati tenang karenanya,
dan dosa adalah apa yang terasa mengganggu jiwa dan menimbulkan keragu-raguan
dalam dada, meskipun orang-orang memberi fatwa kepadamu dan mereka
membenarkannya [HR Ahmad dan Addarimi]
Dua
hadits di atas memberikan pelajaran :
Kriteria
perbuatan dosa ada : dua merasa terganggu dan perasaan ragu saat melakukan
sesuatu dan khawatir bila apa yang dilakukannya diketahui oleh orang lain.
Orang
beriman selalu melakukan perbuatan yang mendatangkan ketenangan.
Albirr
(kebaikan) dan al itsmu (dosa) adalah dua hal yang selalu bertentangan
Sebuah
pertanyaan mengatakan : Kalau memang barometer dosa itu adalah ragu dan bimbang
serta perasaan tidak ingin dilihat, lalu bagaimana dengan ahlul ma’shiyat yang
merasa tenang dengan dosa yang mereka tekuni ?
Syaikh
Muhammad Sholih Utsaimin memberi jawaban berharga, beliau berkata : Hadits ini
khitobnya ditujukan kepada Nawas bin Sam’an. Seorang sahabat yang mulia. Ia
akan bimbang, ragu dan tidak tenang manakala berbuat dosa. Adapun orang fasik
dan fujur (bergelimang dosa), maka semua dosa yang mereka lakukan tidak membuat
hati resah dan tidak merasa risih manakala diketahui manusia bahkan mereka akan
bangga dan menceritakan dosa dan kefasikannya.
Maroji’
:
Syarh
Arba’in Annawawiyyah, Syaikh Muhammad Sholih Utsaimin hal 188 (Maktabah
Auladusy Syaikh Litturots)