(Fiqih Ragu 26)
Syaikh
Sayyid Sabiq berkata :
Bila ragu dengan terbitnya fajar, diperkenankan baginya untuk
tetap makan dan minum hingga meyakini datangnya fajar. Tidak boleh bersikap
atas dasar keraguan. Sesungguhnya Alloh Azza Wajalla menjadikan akhir makan dan
minum pada keyakinan diri bukan keraguan. Alloh berfirman :
وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى
يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنَ
الْفَجْرِ ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى اللَّيْلِ
Makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang
hitam, Yaitu fajar. kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam [albaqoroh : 187]
Seorang laki-laki berkata kepada Ibnu Abbas rodliyallohu
anhuma : Sesungguhnya aku makan sahur, bila datang keraguan maka aku berhenti
makan. Ibnu Abbas berkata : Makanlah selama engkau berada dalam keraguan hingga
hilang keraguan itu.
Abu Daud berkata : Abu Abdillah (Imam Ahmad bin Hambal)
berkata : Bila ragu akan datangnya fajar, ia boleh makan hingga yakin terhadap
terbitnya fajar.
Inilah madzhab Ibnu Abbas, Atho’, Auza’i dan Ahmad.
Imam Nawawi berkata : Telah sepakat sahabat Syafi’i atas
bolehnya makan saat berada dalam keraguan akan tertibnya fajar.
Maroji’ :
Fiqih Sunnah, Sayyid Sabiq 1/386 (Darul Fikr)