(Fiqih Ragu 24)
Pada prinsipnya, satu bulan dalam kalender hijriyyah
berjumlah 29 hari. Bila waktu maghrib di tanggal 29 sudah terlihat hilal, maka
sudah dinyatakan memasuki bulan baru. Sebaliknya bila bulan tsabit tidak
tampak, maka jumlah hari dalam bulan itu adalah 30 hari.
Demikianlah kaedah dasar dalam memahami perputaran bulan
dalam islam. Aktifitas meru’yat hilal harus dilakukan menjelang akhir bulan.
Itu berkaitan dengan pelaksanaan ibadah shoum di bulan romadlon, sholat idul
fitri, hari raya idul adha, shoum ayyamul bidl, ketentuan empat bulan harom dan
lainnya.
Timbul problem, saat awan menutupi ufuk barat sehingga ru’yat
menemui kendala. Bagaimana mungkin bulan muda terlihat bila mendung menghalangi
pandangan. Dari situ muncullah keraguan pada diri umat islam. Apakah hilal
sudah muncul atau belum ?
Tidak sedikit dari umat islam melaksanaakan shoum di tengah
kegamangan dan keraguan. Bila kita memaksakan diri menunaikannya, kita dinilai
mengerjakan “ shoumu yaumusy syak “ (shoum pada hari meragukan). Itulah istilah
yang disebut oleh Syaikh Sayyid Sabiq. Beliau menilai sebagai perbuatan
terlarang berdasar pada perkataan sahabat :
عَنْ عَمَّارِ بْنِ يَاسِرٍ رضي الله
عنه قَالَ مَنْ صَامَ
اَلْيَوْمَ اَلَّذِي يُشَكُّ فِيهِ فَقَدْ عَصَى أَبَا اَلْقَاسِمِ صلى الله عليه
وسلم
Amar bin Yasir rodliyallohu anhu berkata : Barangsiapa
menunaikan shoum pada hari meragukan, maka ia telah bermaksiat pada Abu Qosim shollallohu
alaihi wasallam [HR Ash habussunan]
Solusi dari keraguan itu adalah menggenapkan bulan itu dari
29 menjadi 30 hari. Ini sesuai dengan sabda nabi shollallohu alaihi wasallam :
عَنِ اِبْنِ عُمَرَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم
يَقُولُ: ( إِذَا رَأَيْتُمُوهُ فَصُومُوا, وَإِذَا رَأَيْتُمُوهُ فَأَفْطِرُوا,
فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَاقْدُرُوا لَهُ ) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.
وَلِمُسْلِمٍ: ( فَإِنْ أُغْمِيَ عَلَيْكُمْ فَاقْدُرُوا لَهُ ثَلَاثِينَ
) . وَلِلْبُخَارِيِّ: ( فَأَكْمِلُوا اَلْعِدَّةَ ثَلَاثِينَ )
Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhu berkata : Aku mendengar
Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : Apabila engkau sekalian
melihatnya (bulan) shaumlah, dan apabila engkau sekalian melihatnya (bulan)
berbukalah, dan jika awan menutupi kalian maka perkirakanlah. Muttafaq Alaihi.
Menurut riwayat Muslim : Jika awan menutupi kalian maka perkirakanlah tiga
puluh hari. Menurut riwayat Bukhari : Maka sempurnakanlah hitungannya menjadi
tigapuluh hari.
Maroji’ :
Fiqih Sunnah, Syaikh Sayyid Sabiq 1/378 (Darul Fikr)