Pertanyaan Kaum Wanita (19)
عَنْ اِبْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ اَلنَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم لَقِيَ رَكْبًا بِالرَّوْحَاءِ
فَقَالَ
مَنِ اَلْقَوْمُ ? قَالُوا اَلْمُسْلِمُونَ فَقَالُوا مَنْ أَنْتَ ? قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ
صلى الله عليه وسلم فَرَفَعَتْ إِلَيْهِ اِمْرَأَةٌ صَبِيًّا. فَقَالَتْ:
أَلِهَذَا حَجٌّ? قَالَ" نَعَمْ وَلَكِ أَجْرٌ
رَوَاهُ مُسْلِمٌ
Dari Ibnu Abbas bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam
pernah bertemu dengan suatu kafilah di Rauha', lalu beliau bertanya : Siapa rombongan
ini ? Mereka berkata : Siapa engkau ? Beliau menjawab : Rasulullah. Kemudian
seorang perempuan mengangkat seorang anak kecil seraya bertanya : Apakah yang
ini boleh berhaji ? Beliau bersabda : Ya boleh, dan untukmu pahala [HR Muslim]
Hadits di atas memberi faedah :
1. Pertanyaan nabi
shollallohu alaihi wasallam
Beliau ingin memastikan bahwa yang menunaikan haji dan
memasuki tanah harom adalah umat islam. Yang demikian itu karena telah turun
ayat yang melarang kaum musyrik untuk memasukinya :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنَّمَا
الْمُشْرِكُونَ نَجَسٌ فَلَا يَقْرَبُوا الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ بَعْدَ عَامِهِمْ
هَذَا وَإِنْ خِفْتُمْ عَيْلَةً فَسَوْفَ يُغْنِيكُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ إِنْ
شَاءَ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ حَكِيمٌ
Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya orang-orang yang
musyrik itu najis, Maka janganlah mereka mendekati Masjidilharam sesudah tahun
ini. dan jika kamu khawatir menjadi miskin, Maka Allah nanti akan memberimu
kekayaan kepadamu dari karuniaNya, jika Dia menghendaki. Sesungguhnya Allah
Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana [attaubah : 28]
2. Tidak
dikenalinya rosululloh shollallohu alaihi wasallam oleh umatnya
Rombongan haji bertanya kepada beliau “ Siapakah anda “.
Kenapa mereka bertanya seperti itu kepada beliau ? Imam Shon’ani berkata :
Boleh jadi mereka bertemu dengan beliau di malam hari atau mereka belum pernah
melihat beliau
3. Manfaat ulama
dalam rangkaian pelaksanaan manasik
Begitu mudahnya si wanita mendapat ilmu dari nabi shollallohu
alaihi wasallam tentang status haji puteranya
4. Membiasakan anak
sejak kecil dalam menunaikan ketaatan
5. Status haji
anak-anak
Hajinya syah dan berhak mendapat pahala, akan tetapi ia harus
mengulanginya lagi saat baligh atau dewasa. Hal ini selaras dengan sabda nabi
shollallohu alaihi wasallam :
أَيُّمَا صَبِيٍّ حَجَّ ثُمَّ بَلَغَ
اَلْحِنْثَ فَعَلَيْهِ
أَنْ يَحُجَّ حَجَّةً
أُخْرَى وَأَيُّمَا عَبْدٍ حَجَّ ثُمَّ أُعْتِقَ فَعَلَيْهِ أَنْ يَحُجَّ حَجَّةً
أُخْرَى
Setiap anak yang haji
kemudian setelah baligh, ia wajib haji lagi; dan setiap budak yang haji kemudian
ia dimerdekakan, ia wajib haji lagi [HR
Baihaqi]
6. Ketentuan yang
harus diperhatikan bagi anak yang berhaji
Ia harus mengikuti seluruh rangkaian manasik hajinya sesuai
kemampuan. Bila tidak mampu maka bisa diwakilkan oleh walinya sebagaimana
pernyataan Jabir
كُنَّا حَجَجْنَا مَعَ رسول الله صلّى الله عليه
وسلّم فَكُنَّا نَرْمِى عَنِ الصَّغِيْرِ
Kami berhaji bersama rosululloh shollallohu alaihi wasallam.
Saat itu kami melempar jumroh mewakili anak-anak [HR Tirmidzi]
7. Anjuran saling
kenal antar jamaah haji
Perkataan “ Siapa rombongan ini “ dan “ Siapa anda “ adalah
ucapan tegur sapa untuk saling mengenal satu dengan lain
Maroji’ :
Subulussalam, Imam Shon’ani (maktabah syamilah) hal 408