Pertanyaan Kaum Wanita (20)
عَنْ اِبْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا: ( كَانَ اَلْفَضْلُ
بْنُ عَبَّاسٍ رَدِيفَ رَسُولِ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَجَاءَتِ اِمْرَأَةٌ
مَنْ خَثْعَمَ، فَجَعَلَ اَلْفَضْلُ يَنْظُرُ إِلَيْهَا وَتَنْظُرُ إِلَيْهِ،
وَجَعَلَ اَلنَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم يَصْرِفُ وَجْهَ اَلْفَضْلِ إِلَى
اَلشِّقِّ اَلْآخَرِ. فَقَالَتْ: يَا رَسُولَ اَللَّهِ, إِنَّ فَرِيضَةَ اَللَّهِ
عَلَى عِبَادِهِ فِي اَلْحَجِّ أَدْرَكَتْ أَبِي شَيْخًا كَبِيرًا, لَا يَثْبُتُ
عَلَى اَلرَّاحِلَةِ, أَفَأَحُجُّ عَنْهُ? قَالَ: نَعَمْ وَذَلِكَ فِي حَجَّةِ
اَلْوَدَاعِ ) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ, وَاللَفْظُ لِلْبُخَارِيِّ
Ibnu Abbas Radliyallaahu 'anhu berkata: Adalah al-Fadl Ibnu
Abbas Radliyallaahu 'anhu duduk di belakang Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa
Sallam, lalu seorang perempuan dari Kats'am datang. Kemudian mereka saling
pandang. Lalu Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam memalingkan muka al-Fadl ini
ke arah lain. Perempuan itu kemudian berkata: Wahai Rasulullah, sesungguhnya
haji yang diwajibkan Allah atas hamba-Nya itu turun ketika ayahku sudah tua
bangka, tidak mampu duduk di atas kendaraan. Bolehkah aku berhaji untuknya?
Beliau menjawab : Ya Boleh. Ini terjadi pada waktu haji wada'. [Muttafaq
Alaihi]
عَنْ اِبْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ
اِمْرَأَةً مِنْ جُهَيْنَةَ جَاءَتْ إِلَى اَلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم
فَقَالَتْ: إِنَّ أُمِّي نَذَرَتْ أَنْ تَحُجَّ, فَلَمْ تَحُجَّ حَتَّى مَاتَتْ,
أَفَأَحُجُّ عَنْهَا? قَالَ: نَعَمْ , حُجِّي عَنْهَا, أَرَأَيْتِ لَوْ كَانَ
عَلَى أُمِّكِ دَيْنٌ, أَكُنْتِ قَاضِيَتَهُ? اِقْضُوا اَللَّهَ, فَاَللَّهُ
أَحَقُّ بِالْوَفَاءِ ) رَوَاهُ اَلْبُخَارِيُّ
Dari Ibnu Abbas Radliyallaahu 'anhu bahwa ada seorang
perempuan dari Juhainah datang kepada Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, lalu
berkata : Sesungguhnya ibuku telah bernadzar untuk menunaikan haji, dia belum
berhaji lalu meninggal, apakah aku harus berhaji untuknya ? Beliau bersabda : Ya,
berhajilah untuknya. Bagaimana pendapatmu seandainya ibumu menanggung hutang,
tidakkah engkau yang membayarnya ? Bayarlah pada Allah, karena Allah lebih
berhak untuk ditepati [HR
Bukhori]
Hadits di atas memberi faedah :
1. Hak Alloh lebih
tinggi daripada hak manusia
2. Para sahabat
tidaklah ma’shum
Terbukti saling pandang terjadi antara Fadl dan wanita dari
Khots’am. Mereka adalah khoirul qurun (sebaik-baik masa) yang tidak bisa luput
dari dosa
3. Birrul walidain
Wanita dari Khots’am menghajikan ayahnya sedangkan wanita
dari Juhainah menghajikan ibunya
4. Amar makruf nahi
munkar dengan tangan
Tindakan nabi shollallohu alaihi wasallam memalingkan
muka al-Fadl ini ke arah lain adalah upaya beliau untuk memalingkannya dari
dosa
5. Ketentuan badal haji
Syaikh Abdulloh
Abdurrohman Albassam menyebut diantaranya :
a. Badal haji berlaku bagi laki-laki untuk wanita dan demikian
juga sebaliknya. Inilah pendapat ibnu Taimiyyah
b. Badal haji dilakukan untuk orang yang bernadzar dan tidak
bernadzar
c. Badal haji ditunaikan bagi orang yang sudah mati atau orang
yang sudah tidak mampu menunaikannya
d. Dipersyaratkan bagi pembadal untuk menunaikan haji bagi
dirinya terlebih dahulu. Bagi yang belum pernah menunaikannya, maka badalnya
diyatakan tidak syah. Hal ini sesuai dengan hadits :
عَنْ اِبْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ اَلنَّبِيَّ
صلى الله عليه وسلم سَمِعَ رَجُلًا يَقُولُ: لَبَّيْكَ عَنْ شُبْرُمَةَ,
قَالَ: مَنْ شُبْرُمَةُ? قَالَ: أَخٌ لِي,
أَوْ قَرِيبٌ لِي, قَالَ: حَجَجْتَ عَنْ نَفْسِكَ? قَالَ: لَا. قَالَ: حُجَّ عَنْ
نَفْسِكَ, ثُمَّ حُجَّ عَنْ شُبْرُمَةَ ) رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ, وَابْنُ
مَاجَهْ, وَصَحَّحَهُ اِبْنُ حِبَّانَ, وَالرَّاجِحُ عِنْدَ أَحْمَدَ وَقْفُهُ
Dari Ibnu Abbas Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu
'alaihi wa Sallam pernah mendengar seseorang berkata : Labbaik 'an Syubrumah
(artinya: Aku memenuhi panggilan-Mu untuk Syubrumah. Beliau bertanya : Siapa
Syubrumah itu ? Ia menjawab : Saudaraku atau kerabatku. Lalu beliau bersabda : Apakah
engkau telah berhaji untuk dirimu ? Ia menjawab : Tidak. Beliau bersabda : Berhajilah
untuk dirimu kemudian berhajilah untuk Syubrumah [HR
Abu Dawud dan Ibnu Majah]