Umu Robai




Pertanyaan Kaum Wanita (13) 

عن أنس رضي الله عنه: أنَّ أمَّ الرُّبيعِ بنتَ البَرَاءِ وهي أُمُّ حَارِثة بن سُرَاقَةَ ، أتَتِ النبي صلى الله عليه وسلم ، فَقَالَتْ : يَا رسولَ اللهِ ، ألاَ تُحَدِّثُنِي عَنْ حَارِثَةَ وَكَانَ قُتِلَ يَوْمَ بَدْرٍ فَإنْ كَانَ في الجَنَّةِ صَبَرْتُ ، وَإنْ كَانَ غَيْرَ ذَلِكَ اجْتَهَدْتُ عَلَيْهِ في البُكَاءِ ، فَقَالَ : يَا أُمَّ حَارِثَةَ إنَّهَا جِنَانٌ في الجَنَّةِ ، وَإنَّ ابْنَكِ أصابَ الفِرْدَوْسَ الأَعْلَى رواه البخاري
Dari Anas rodliyallohu anhu : Ummu Rubai’ binti  Albarro’ (Ummu Haritsah bin Suroqoh) pernah mendatangi nabi shollallohu alaihi wasallam, lalu berkata : Ya rosululloh, engkau belum bercerita kepadaku tentang Haritsah yang terbunuh pada perang badar. Bila dia berada di dalam aljannah, maka aku akan bersabar. Bila tidak, aku akan menangis sejadi-jadinya. Beliau bersabda : Wahai Ummu Haritsah, sesungguhnya aljannah memiliki banyak tingkat. Sesungguhnya puteramu ada di jannatul firdaus yang paling tinggi  [HR Bukhori]

Yang perlu di bahas dari hadits di atas adalah :

a. Menanyakan perkara ghoib

Ummu Rubai’ menanyakan kondisi puteranya yang terbunuh pada perang badar. Kondisi orang mati adalah perkara ghoib. Rosululloh shollallohu alaihi wasallam memiliki sedikit wewenang tentang masalah ini. Alloh berfirman :

عَالِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا  إِلَّا مَنِ ارْتَضَى مِنْ رَسُولٍ فَإِنَّهُ يَسْلُكُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ رَصَدًا
26. Alloh yang mengetahui yang ghaib, Maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu.
27. kecuali kepada Rasul yang diridhai-Nya, Maka Sesungguhnya Dia Mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya  [aljin : 26-27]

Syaikh Abu Bakar Jabir Aljazairi berkata : Terkadang Alloh menyingkap perkara ghoib yang khusus kepada orang yang diridloiNya dari kalangan rosul dan menyempurnakannya setelah Alloh memberi penjagaan sempurna dari setan agar masalah ghoib itu tidak berpindah kepada teman-teman setan yang akhirnya menimbulkan fitnah di tengah-tengan manusia

b. Status tangisan saat ada kematian

Tangisan saat kematian akan merugikan yang bersangkutan dan bagi mayit itu sendiri
النائحة إذا لم تتب قبل موتها تقام يوم القيامة وعليها سربال من قطران، ودرع من جرب" رواه مسلم.
Wanita yang meratapi orang mati bila mati sebelum ia bertubat maka ia akan dibangkitkan pada hari kiamat dan ia dikenakan pakaian yang berlumuran dengan cairan tembaga, serta mantel yang bercampur dengan penyakit gatal  (HR Muslim)

عَنْ عُمَرَ رضي الله عنه عَنِ اَلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ اَلْمَيِّتُ يُعَذَّبُ فِي قَبْرِهِ بِمَا نِيحَ عَلَيْهِ  
Dari Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : Mayit itu akan disiksa dalam kuburnya lantaran ratapan atasnya  [Muttafaq Alaihi]

c. Pahala bagi orang yang mati syahid

Ia memiliki tingkatan tertinggi di jannatul firdaus. Itu karena nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda : Wahai Ummu Haritsah, sesungguhnya aljannah memiliki banyak tingkat. Sesungguhnya puteramu ada di jannatul firdaus yang paling tinggi  

d. Syahid di mata para sahabat

Ummu Haritsah akan bersabar dengan kematian puteranya di medan badar dengan syarat putera yang ia sayangi ada di dalam aljannah

Maroji’ :
Aisaruttafasir, (maktabah syamilah) hal 573