Hakekat Syukur Adalah Tauhid




Syukur (2) 

Kepada dua teman satu penjara, Yusuf berkata :

وَاتَّبَعْتُ مِلَّةَ آَبَائِي إِبْرَاهِيمَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ مَا كَانَ لَنَا أَنْ نُشْرِكَ بِاللَّهِ مِنْ شَيْءٍ ذَلِكَ مِنْ فَضْلِ اللَّهِ عَلَيْنَا وَعَلَى النَّاسِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَشْكُرُونَ
Dan aku pengikut milah bapak-bapakku Yaitu Ibrahim, Ishak dan Ya'qub. Tiadalah patut bagi Kami (para Nabi) berbuat syirik sesuatu apapun dengan Allah. yang demikian itu adalah dari karunia Allah kepada Kami dan kepada manusia (seluruhnya); tetapi kebanyakan manusia tidak mensyukuri (Nya)  [yusuf : 38]

Ayat di atas menerangkan bahwa inti dari milah Ibrohim, Ishaq dan Ya’qub adalah tauhid dengan menjauhi perbuatan syirik. Memiliki keyakinan ini adalah bagian dari karunia Alloh. Selanjutnya ayat ini diakhiri dengan kalimat  “ tetapi kebanyakan manusia tidak mensyukuri (Nya) “

Apa arti dari tidak bersyukur ? Beragam tafsir dikemukakan para ulama, meski kesimpulannya adalah sama :

Syaikh Abu Bakar Aljazairi menafsirkannya dengan : Tidak beriman dan dan tidak beribadah kepada Alloh. Penulis tafsir jalalain berkata : Mereka berbuat syirik. Imam Baghowi berpendapat : Mereka tidak bertauhid. Dalam tafsir Alkhozin disebutkan : Mereka meninggalkan peribadahan kepada Alloh lalu menyembah selainNya.

Walhasil, hakekat syukur adalah : Ibadah, tauhid dan meninggalkan semua perbuatan syirik.

Maroji’ :
Tafsir Aisar (maktabah syamilah) hal 240
Tafsir Jalalain (maktabah syamilah) hal 240
Tafsir Albaghowi (maktabah syamilah) hal 240
Tafsir Alkhozin (maktabah syamilah) hal 240