Thoyyib Dan Khobits (6)
Zakariyya sudah berusia uzur namun belum dikaruniai anak
hingga akhirnya ia bermunajat kepada Alloh :
هُنَالِكَ دَعَا زَكَرِيَّا رَبَّهُ قَالَ رَبِّ
هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ
Disanalah Zakariyya berdoa kepada Robnya : Wahai Robku,
berilah aku dari sisi Engkau dzurriyyatan thoyyibah (seorang anak yang baik).
Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa
[ali imron : 38]
Imam Albaghowi menafsirkan dzurriyyatan thoyyibah dengan :
أي
ولدا مباركًا تقيًا صالحًا رضيًا
Anak yang membawa keberkahan,
bertaqwa, sholih dan diridloi
Alloh menjawan doa Zakariyya dengan berfirman :
فَنَادَتْهُ الْمَلَائِكَةُ وَهُوَ قَائِمٌ
يُصَلِّي فِي الْمِحْرَابِ أَنَّ اللَّهَ يُبَشِّرُكَ بِيَحْيَى مُصَدِّقًا
بِكَلِمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَسَيِّدًا وَحَصُورًا وَنَبِيًّا مِنَ الصَّالِحِينَ
Lalu malaikat jibril memanggil Zakariyya saat ia tengah
berdiri untuk sholat di mihrobnya : Sesungguhnya Alloh memberi kabar gembira
buatmu dengan kelahiran anak yang bernama Yahya, mushoddiqon (yang membenarkan)
kalimat yang datangnya dari Alloh, sayyidan (menjadi ikutan), hashuron (menahan
diri dari hawa nafsu) dan seorang nabi dari keturunan orang-orang sholih [ali imron : 39]
Inilah anak yang akan lahir. Alloh berikan nama “ Yahya “
dengan memiliki kriteria :
1. Mushoddiqon
(membenarkan kalimat dari Alloh), maksudnya nabi Isa
2. Sayyidan (yang
menjadi ikutan karena ilmu dan kasih sayangnya kepada sesama manusia
3. Hashuron (tidak
memiliki syahwat terhadap wanita)
4. Seorang nabi
seperti bapaknya
Maroji’ :
Albaghowi (maktabah syamilah) hal 55